1.2. Freak

6 2 0
                                    

Hidden Chapter 17 - Before The War

....

Pagi tadi cuacanya sangat bagus, sudah di sebutkan berkali-kali dan di setuji oleh semuanya. Oleh karena itu, Tine Siriporn memutuskan untuk melihat tanaman di halaman belakang.

Ada hal yang mengganjal dalam pikiran pria berusia 26 tahun itu, sebuah catatan medis dan hasil diagnosa dokter kepada sosok bernama Bobby. Banyak yang harus di ungkapkan satu per satu olehnya, kenapa Bobby bisa berakhir seperti itu dan entah kenapa hatinya terus merasa bahwa semua misi yang sedang di jalankan saat ini sangat berhubungan dengan kematian kedua orang tuanya.

Kematian yang seharusnya belum waktunya terjadi, orang tua Tine Siriporn menjadi korban kekejaman dunia politik pemerintah dan keserakahan individual.

Sejenak Tine menghembuskan napasnya rendah dengan memejamkan mata dan menggelengkan kepalanya.

"Hah ... Sejuknya, nikmati semua ini dan jangan pikirkan yang lain Tine," serunya bermonolog.

Seharusnya dia khawatir dengan kepergian Bee bersama dua anak kepercayaannya. Entah kenapa, hatinya merasa hutan ini aman. Hutan yang di rancang hanya untuk healing atau lebih tepatnya adalah seseorang yang membutuhkan me time.

Terlihat dari bunga-bunga yang tumbuh di halaman belakang beserta aliran air kali yang jernih dengan alunan suara khas air mengalir. Hal itu membuat siapapun yang mendengarnya akan memejamkan mata dan mendapatkan ketenangan luar biasa.

Taman ini cukup luas, pemiliknya yang di terka oleh Tine Siriporn adalah Bobby tersebut sering menanam bunga untuk healing dirinya dari semua yang di pikirkan setiap waktu.

Arthit saat awal masuk ke rumah 2 lantai yang terbuat dari kayu jati tersebut tak sengaja menemukam dokumen tentang Bobby dan banyak hal yang memang menunjukan kepemilikan Bobby. Salah satunya foto di sebuah tempat dengan banyak orang remaja yamg di yakini oleh Tine itu adalah Bobby berserta rekannya saat remaja.

"Kenapa aku tidak asing dengan satu orang ini," ujar Tine menunjuk salah satu gambar anak remaja pria yang terlihat sangat tegas dan kuat.

Dia terus berjalan bersama hal yang di pikirkannya dalam otak dan tak lupa foto yang dia pegang.

Lawannya saat ini bukanlah kelompok yang baru saja di buat, mereka sudah terlatih dan teroganisir cukup lama. Maka dari itu, memecahkan semua masalah ini cukup sulit karena banyak cabang yang di turunkan oleh jantung pusat.

Tine berjalan terus hingga tak terasa dia ternyata berputar halaman belakang rumah tersebut yang langsung tersambung dengan hutan. Dia jalan lurus tanpa arah dan kembali lagi pada titik awal.

Benar-benar tempat untuk me time!

Tine melihat arlojinya di lengan kiri, dia mendengus dengan dirinya sendiri. Ternyata dia cukup lama di luar hingga matahari sudah tidak di tengah, melainkan sudah berjalan menuju sore.

Kakinya segera menaiki anak tangga untuk masuk ke dalam rumah, rumah ini benar-benar sangat nyaman.

Cklekk!

Suasana sangat damai dengan aura seperti menyambut ke dalam pelukan hangat langsung terasa oleh Tine Siriporn. Di ruang tengah terlihat kedua anak kepercayaannya sedang duduk dengan wajah serius, tentu di temani oleh hologram yang melayang bebas di hadapannya.

Sampai keduanya Haruto dan Mashiho tidak menyadari sang ketua sudah berdiri tepat di antara mereka.

"Mr. Jhony belum ketemu keberadaannya?" tanya Tine.

Haruto dan Mashiho terkejut hingga reflek wajahnya menengok ke sumber suara. Kejadiam tersebut membuat Tine Siriporn tertawa renyah.

"Belum ketua, bahkan Mark dan Tiffany sekretaris ketua hilang," jelas Haruto.

Grief: The Kinds of Love - [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang