11. Virus

31 9 2
                                    

Sampai kapanpun manusia tidak akan pernah menang melawan alam semesta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sampai kapanpun manusia tidak akan pernah menang melawan alam semesta. Sesuatu yang di hasilkan oleh manusia selalu memiliki dampak buruk kedepannya - Ayah Ten

....

Setelah mendapat perintah untuk pergi lebih dulu. Haruto dan Mashiho kembali ke tempat awal di sebuah bangunan tua yang terletak di pinggiran kota Nagasaki.

Semua tahanan sudah di bawa kedalam di bantu beberapa orang yang di tugaskan oleh sang pemilik.

Mashiho yang tersadar ada sebuah tulisan di atas bangunan tersebut sedikit mengerutkan dahi. "Aku baru sadar," ujarnya.

"Hm?"

"Lihat itu Haruto."

Yang di suruh, mulai mengikuti telunjuk dari pria yang lebih dewasa darinya. Dia memicingkan mata karena tulisannya benar-benar tertutupi oleh tanaman liar.

"A's House?"

Anggukan dari Mashiho membuat keduanya mulai berpikir. Tempat apa sebenarnya ini. Tidak mungkin orang biasa. Mengingat tempat ini memiliki beberapa pengikut walaupun tidak banyak.

Suara mesin motor memasuki indera pendengeran mereka. Atensinya langsung mengarah pada sosok yang sedang memangku seseorang di jok motor tempat pengangkut barang.

"KETUA?!" pekik mereka.

Sang objek tidak mendengarkan, dia hanya fokus agar orang yang ada di pangkuannya tetap tersadar.

"Di antara kalian, apa ada yang bisa mengoperasi?"

"K-ka—"

"ADA NGGAK!!" bentaknya. Haruto dan Mashiho menggelengkan kepala dengan air muka kebingungan.

Tine sedikit kesulitan membawa Arthit yang di gendongnya ala bridal style. Dia jalan lebih dulu masuk ke dalam meninggalkan tiga orang yang sedang berargumen.

Pikirannya hanya tertuju pada sosok yang berada di gendongannya. Berkali-kali sosok ini hilang kesadarannya, berganti kepribadian dan semuanya mengeluh kesakitan.

Yang paling sakit mendengar erangan Biw. Tine sudah tidak bisa membayangkan jika anak kecil itu yang tertembak secara nyata di kehidupan. Ia sudah pasti akan menyalahkan dirinya seumur hidup.

Memasuki ruangan secara acak, namun feeling sang ketua mengatakan ruangan ini yang di butuhkan saat ini.

Jujur saja ia pun tidak mengerti harus melakukan apa saat ini. Jika sedang dalam misi, ia selalu berusaha menjaga tubuhnya agar tidak terluka. Namun jika sedang sial tertembak, ada tim medis yang selalu menolongnya.

Cklekk!!

"Saya yang urus sendiri, di sini tidak ada yang bisa mengoperasi."

Netra sang ketua menatap sosok yang menyelamatkan sebelumnya sudah berpakaian baju serba hijau dengan tangan di gantungkan di udara. Terlihat habis di sterilkan.

Grief: The Kinds of Love - [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang