eleven

4.8K 571 3
                                    

Haechan memegang kedua tangan Jaemin, lalu bertatapan cukup lama.

"Jaemin-ah, kau harapanku. Hanya kau yang bisa menyelamatkanku dan hanya aku yang bisa menyelamatkanmu. Jadi kau harus lindungi aku, oke?" Jaemin hanya menurut, mengangguk mantap. Haechan sudah dengan sangat baik menyusun rencana apa yang akan ia katakan ketika diintrogasi nanti.

Mereka lalu saling bertautan tangan, saling menguatkan.

"OH ITU MEREKA!"

Diluar skenario yang diceritakan Haechan, ternyata para ibunya dan juga kedua temannya itu menunggu di teras rumah Jeno entah sejak kapan. Masing-masing ibu tersebut kemudian memeluk anaknya dan menyuarakan kekhawatirannya.

Jaemin lalu tersenyum, "eomma mian, tadi kami terlalu asik bermain di taman sampai lupa pulang.. Handphone kami juga low battery sampai tidak bisa mengabari kalian. Nana minta maaf.."

Sang Ibu lalu memeluk sang anak kuat, "Eomma senang sekali melihat Jaemin pulang. Lain kali, tolong kabari eomma ya?" Jaemin mengangguk lucu.

"Nana janji!"

Haechan juga mendapat perlakuan yang sama dari ibunya. Keduanya lalu menatap takut pada kedua temannya yang bersilang dada di belakang sana.

"Eomma, ayo pulang. Echannie rindu eomma."

"Nana juga rinduuu sekali eomma!"

"Ahjumma, boleh kami berbicara dengan Haechan dan Jaemin sebentar? Kami janji tidak akan lama." Jeno yang meminta izin itu hanya mendapat senyuman dari kedua ibu temannya. Lantas, mereka pun ditinggalkan berempat disana.

Jeno dan Renjun tampak sama sekali belum berganti pakaian. Sama halnya Haechan dan Jaemin yang masih mengenakan seragam yang sama.

"Kalian habis darimana?"

Setelah cukup lama saling berdiam diri, Renjun akhirnya memecahkan keheningan.

"Kami dari taman kota."

"Kenapa tidak mengabari lebih dulu?"

"Karena baterai ponsel kami lemah."

"Hal apa yang membuat kalian tiba-tiba ke taman kota?"

Ah, gawat. Haechan tidak merapalkan ini tadi. Jaemin lalu melirik Haechan, meminta jawaban.

"Jaemin-ah, kenapa tidak langsung pulang tadi?"

Jaemin yang mulanya ingin berkelit akhirnya jujur.

"Kami ketinggalan bus terakhir." Suaranya mencicit pelan, dan kemudian ia sangat terkejut ketika melihat Jeno menarik lengan Haechan cukup kasar.

"HAECHAN!"

"JAEMIN!"

Jaemin lalu menarik tangan Haechan, dan menatap Jeno serta Renjun nyalang.

"Pasti Haechan yang menyuruhmu berkata begitu kan?!"

"TIDAK. JANGAN MENUDUH HAECHAN!"

"Kau—" Ucapan Renjun terpotong karena tepukan Jeno di bahunya.

Matanya menatap Jaemin begitu dalam, membuat yang lebih muda merasa grogi, terintimidasi. Namun hal yang tak disangka kemudian adalah Jeno tersenyum lebar.

"Geurae. Aku tidak tau apa alasan kalian berbohong. Tapi jika kalian memang tidak mau jujur, tak apa. Terserah apapun yang mau kalian lakukan. Karena aku.. tak akan peduli dengan kalian berdua lagi." Jeno kemudian masuk ke dalam rumahnya meninggalkan ketiga orang yang masih terdiam disana.

"Kalian benar-benar mengecewakan." Renjun kemudian berjalan pulang ke rumahnya, meninggalkan Haechan dan Jaemin yang hanya menunduk terdiam.

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
friends -00lTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang