ten

4.7K 566 5
                                    

Jeno kembali mengelap keringatnya. Ia baru lima menit duduk di tepi lapangan. Latihannya baru saja selesai. Tadi juga ia sempat melihat Renjun masih dalam kelompok belajarnya.

Renjun : aku sebentar lagi akan selesai

Jeno : akan aku tunggu di depan ruanganmu

Renjun : oke

Jeno akhirnya berdiri, mengemasi barang-barangnya lalu pamitan dengan sang pelatih, teman-teman juga adik serta kakak kelasnya yang ada disana. Kakinya melangkah menuju ruang laboratorium. Ruangan itu menjadi ruangan khusus untuk para kelompok belajar yang sudah terbentuk dari awal.

Sembari menunggu, Jeno duduk di kursi depan ruangan. Menurut hitungannya, sudah seharusnya Renjun keluar sekarang.

"Ya! Renjun! Kenapa kau tidak bilang akan ada Jeno?! Setidaknya aku harus membelikannya cokelat atau biskuit."

"Dia sangat tampan. Renjun, jodohkan aku dengannya."

"Renjun, boleh kuminta nomor handphone nya?"

"Apa dia tertarik mengencani gadis?"

"Aku rasa dia akan menyukaiku, tolong aku Renjun-ah."

"HENTIKAN!"

Renjun memekik kesal. Otaknya sudah cukup panas karena belajar logaritma selama dua jam. Dan ditambah ocehan gadis-gadis yang menaruh minat pada Jeno. Pekikan itu membuat Jeno mengangkat pandangannya dan melihat Renjun dikerubungi oleh banyak gadis.

Sedangkan para gadis yang menjadi tersangka itu hanya tersenyum malu-malu, merasa di tatap oleh Jeno.

"Kau.. sudah selesai?" Jeno akhirnya bertanya dengan suara berat miliknya. Yang mana hal itu membuat para gadis menahan pekikan.

"Eoh. Aku sudah selesai. Sebaiknya kita segera pulang. Aku tidak tahan berada disini."

Jeno kemudian berdiri dan menghampiri Renjun. Ia melemparkan senyumnya pada gadis-gadis disana.

"Permisi ya semuanya. Aku dan Renjun harus pulang sekarang."

***

Dan Renjun berakhir mengomel di dalam bus sepanjang perjalanan.

"Pokoknya, aku tidak mau lagi pulang bersamamu. Lain kali kau bisa pulang lebih dulu tanpa menungguku."

"Bukan salahku kalau mereka menyukaiku, Renjun-ah."

"Tetap saja. Kau selalu berlaku baik pada mereka. Lihat saja tadi, kau bahkan senyum pada mereka. Kau pikir itu apa?"

"Aku hanya tersenyum?"

"Bagi mereka itu berbeda, bodoh. Ah, sejak kapan Haechan lebih pintar darimu hah? Kau bahkan nyaris membuat kepalaku meledak!"

Jeno menjadi manyun, "aku juga tidak menyukai mereka, Jaemin dan Haechan juga suka tersenyum pada orang lain, tapi..kenapa hanya aku yang salah?"

Keduanya turun ketika sampai di depan perumahan. Berjalan hingga sampai di depan rumah Jeno.

"Mampir saja dulu. Ada mobil ibuku, biar sekalian kita dapat minuman dingin. Kajja."

Baru saja masuk ke dalam rumah, ia sudah mendapati ibunya sedang arisan dengan ibu dari teman-temannya.

"Jeno-ya.. Apakah Haechan dan Jaemin bersama kalian?" Jeno lalu menggeleng dan menoleh pada Renjun.

"Ahjumma, waeyo..?"

Ibu Jaemin tampak sangat cemas, "mereka tidak ada kabar sama sekali. Aku pikir bisa saja mereka menunggu kalian pulang. T-tapi kalian hanya berdua."

"Telepon keduanya juga tidak aktif. Dan ini sudah hampir petang."

Diam-diam, dalam hati baik Renjun dan Jeno mengutuk kedua anak itu.

Kemana lagi perginya kalian bodoh?!

***

Guuuys happy 1k viewers 🥺💖 thank you so much udah baca cerita ini sejauh ini huhuhu terharu banget aku.. DAN TADI MEREKA VLIVE DONG HUHUHU, APA HARUS GANTI COVER YA HIKS SAYANG BANGET MA MEREKA.

friends -00lTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang