Jeno memilih tinggal lebih lama di sekolah. Ia menghabiskan waktunya di ruang latihan basket. Bermain seperti orang kesetanan. Tanpa peduli kalau ia menjadi satu-satunya pemain di lapangan.
Ia merebahkan tubuhnya di lapangan. Tidak peduli seragamnya akan kotor. Pandangannya terarah pada langit-langit bangunan. Dulu, ketika lelah begini ia selalu terbayang wajah ketiga temannya yang akan mengomel dan membawakannya minum, sapu tangan, dan makanan.
Siapa yang menyangka hari ini berakhir buruk? Ia kehilangan teman-temannya, dan juga ia kehilangan semangat hidupnya. Dengan sisa tenaga yang ia miliki, Jeno menarik badannya, bergegas untuk pulang.
Langit sudah tampak petang ketika ia tiba di rumahnya. Tanpa perlu menyapa ibunya yang sibuk di dapur, Jeno langsung masuk ke kamarnya. Ia menemukan seekor kucing yang tidur di atas kasurnya. Mendengar decitan pintu, kucing itu terbangun dan berjalan mendekat pada sang pemilik.
"Bongshik-ah, kau tidur dengan nyenyak huum?"
Jeno duduk di lantai, menyandarkan tubuhnya pada kasur dibelakangnya, ditemani Bongshik dipangkuannya. Tak seperti hari biasanya, Bongshik menatap lekat pemiliknya. Seolah ia bisa menemukan suatu masalah yang sedang dialami oleh pemiliknya.
"Kenapa kau menatapku seperti itu? Kau lapar?" Jeno baru saja ingin berdiri, mengambilkan makanan untuk kucingnya sebelum kucing itu mencakar tangannya.
"Itu sakit, Bongshik!"
Bongshik turun dari pangkuan pemiliknya, menarik sebuah tali pada tuannya. Ah, tali itu pemberian ketiga temannya. Di sepanjang talinya tercetak jelas nama Renjun-Jeno-Haechan-Jaemin-Bongshik.
Setelah tau bahwa Jeno memelihara sebuah kucing, Renjun yang tampak paling tidak senang sama sekali malah mengusulkan untuk membelikan Bongshik sebuah tali. Ditambah permintaan khusus Haechan pada pemilik toko untuk mencetak nama mereka sepanjang tali.
Jaemin akhirnya mendapat bagian untuk membayar talinya. Haechan menudingnya karena katanya Jaemin tidak berpartisipasi dalam pengumpulan ide untuk tali Bongshik.
"Hei kucing. Kami punya hadiah untukmu."
Meskipun tampak sangat ogah-ogahan, tapi Bongshik tetap berjalan mendekati Renjun.
"Kenapa kau menatapku seperti itu?! Ingin ku pukul?" Renjun lalu menyodorkan tali itu pada Jaemin.
"Kau saja yang pakaikan. Tampaknya dia tidak menyukaiku. Dasar kucing jelek."
"Kau yang tidak ramah padanya!" Haechan memukulnya pelan.
Jaemin hanya terkekeh lalu mengambil alih, ia menggunakan sebuah kalung pada leher Bongshik.
"Bongshik-ah, kalau kau ingin bermain atau merajuk pada Jeno, gigit tali ini dan bawa padanya. Dia akan mengerti. Aku letakkan talinya disini ya." Bongshik hanya mengeong.
Senyum Jeno terbit, ia kembali mengingat interaksi teman-temannya bersama Bongshik disini dulu. Itu sekitar hari kedua ia memelihara Bongshik.
"Ada apa? Kau ingin bermain?"
Bukannya antusias, Bongshik kembali duduk di pangkuan Jeno. Menatap talinya dan Jeno bergantian.
"Kau rindu mereka?"
"Meow!"
Jeno terkekeh kecil, tangannya terangkat mengelus bulu halus milik Bongshik.
"Mereka tidak akan datang lagi, Bongshik-ah." Sang kucing masih setia menatap mata sang majikan, seolah-olah ingin mendengarkan lebih banyak.
"Kami bertengkar, dan aku mengucapkan sesuatu yang tidak seharusnya. Kau tau, tadi di sekolah Renjun berteriak di kelas, ia marah padaku karena aku juara satu. Lalu ia bilang bahwa Jaemin adalah anak pungut. Tau apa lebih buruknya, Bongshik? Aku baru tau kalau Jaemin sering melakukan selfharm, Haechan juga menyukai laki-laki dan ia berpacaran dengan Mark hyung, dia juga sudah tau kalau ayah dan ibu ingin berpisah, lalu Renjun ternyata membohongiku, dia berkata ibunya akan pulang kalau dia juara satu padahal ibunya ada disini. Aku memberitahu mereka, Bongshik-ah. Aku memberitahu Renjun dan Haechan bahwa orangtua mereka selingkuh. Aku.. aku meminta mereka untuk tidak lagi saling berkomunikasi. Aku bilang kita hanya saling menyakiti diri masing-masing."
Jeno melipat lututnya, lalu menenggelamkan wajahnya diantara kedua lututnya. Ia menumpahkan tangisnya disana. Dengan Bongshik yang menemaninya.
Bongshik yang paham akan masalah tuannya, akhirnya melompat naik ke atas kasur, dengan hati-hati, ia mengulurkan salah satu kakinya untuk mengusap-usap kepala Jeno dari atas. Menguatkan sang pemilik atas masalah-masalah yang sedang dialaminya.
Namun naasnya, bukan semakin membaik. Jeno semakin mengeraskan tangisnya. Merasa sangat beruntung, karena ia masih memiliki Bongshik disampingnya.
Karena tidak ingin pemiliknya menangis lebih lama, Bongshik turun ke lantai, mengambil sebuah bulu dan memberikannya pada Jeno. Ia mulai mengeong, berusaha menarik perhatian majikannya. Jeno yang paham pun, mengikuti kemauan Bongshik. Mengajaknya bermain, melupakan masalahnya untuk sejenak.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
friends -00l
Fanfic[COMPLETED] Mereka semua punya luka yang tercipta oleh ruang yang terbuka. Menjadi kuat sebelum waktunya dan menjadi lemah disaat yang tidak seharusnya. nct dream 00l present. huang renjun. lee jeno. lee donghyuck. na jaemin. ⚠️Bahasa baku ⚠️Ha...