"Kau kurang tidur semalam? Kantung matamu terlihat sangat jelas." Jaemin lalu mengangkat pandangannya pada Renjun. Ia memiringkan kepalanya lalu tersenyum manis.
"Kau menangis semalam suntuk, huh? Mata sipitmu itu membengkak sangat besar kau tau?"
Percakapan bisik-bisik yang singkat itu berakhir dengan Renjun yang memukul kepala Jaemin dengan gulungan buku tulisnya. Tidak sakit. Malah menimbulkan tawa gemas dari Jaemin. Jeno dan Haechan hanya menggerutu dari belakang sembari menendang pelan kursi keduanya bergantian.
"Selamat pagi, anak-anak!"
Tampak seorang guru lelaki dengan paras rupawan berdiri di depan kelas dengan senyuman lebar.
"Perkenalkan, nama saya Moon Taeil. Saya mengajar sains untuk kalian sekaligus menjadi wali kelas kalian untuk satu tahun kedepan. Salam kenal ya semuanya?"
"SALAM KENAL JUGA SSAEM!"
"Kalian lucu sekali. Baiklah bagaimana kalo perkenalan? Tak kenal maka tak sayang. Jadi bisakah ssaem mengenal kalian satu persatu lebih dulu?"
"BISA SSAEM!"
"Ayo mulai dari sana." Satu persatu siswa pun berdiri dan memperkenalkan namanya pada Taeil ssaem dengan lantang dan penuh semangat hingga akhirnya giliran Renjun
"Nama saya Huang Renjun. Sering dipanggil Renjun."
"Oke, Renjun. Selanjutnya!"
"Nama saya Na Jaemin. Biasa dipanggil Jaemin."
"Aku biasa memanggilnya Nana, ssaem!" Han Jisung dari bangku belakang berseru semangat membuat sang guru tersenyum menanggapinya.
"Ternyata Jaemin dan Jisung adalah teman dekat ya? Sampai punya nama panggilan."
Lain halnya dengan Renjun, Jeno dan Haechan yang berbalik menatap Jisung seolah mengajaknya berkelahi. Tolong ingatkan mereka, bahwa Han Jisung bahkan tak pernah sekalipun memanggil Jaemin dengan nama 'Nana'.
"Betul ssaem! Nana bahkan selalu memanggilku Jiji!"
"Itu bisa saja karena dia jijik denganmu.." Renjun melirih namun ucapan itu terdengar jelas pada seluruh telinga siswa dalam kelas itu, termasuk sang guru.
Merasakan kecanggungan yang melanda, akhirnya sang guru turun suara.
"Mungkin yang lainnya akan memperkenalkan diri di pertemuan berikut saja ya? Kita masuk dalam pelajaran. Buka buku kalian halaman...."
***
Karena ibu Haechan tampak sibuk belakangan ini, akhirnya mereka berempat terdampar pada salah satu meja kantin yang berada di tengah-tengah kantin. Hal itu karena meja yang lain sudah penuh oleh siswa yang kelasnya usai lebih dulu. Jangan lupakan dengan siswa ajaran baru yang sekarang menduduki kelas 7.
"Aku akan memesan nasi goreng. Kalian?" Haechan berdiri lalu menatap ketiga temannya bergantian.
"Aku ingin mi goreng." Renjun berucap lalu memberikan uangnya pada Haechan yang lalu ditepis oleh Jaemin.
"Kau tidak boleh memesan mi! Kemarin jadwal kau memakan mi instan dirumahmu kan? Tidak lagi. Pesan nasi goreng saja." Jeno hanya terkekeh melihat perseteruan kedua temannya.
"Haechan, aku mau mi goreng." Jeno lalu memberikan uangnya pada Haechan lalu mengedipkan sebelah matanya pada Renjun yang tampak sangat ingin mengamuk karena ulahnya.
Jaemin pun ikut menyodorkan uang, "aku roti cokelat saja."
"Tidak. Kau pasti akan kelaparan di jam pelajaran nanti, pesan makanan berat." Titah Jeno tegas. Namun Jaemin menggeleng.
"Aku tetap akan pesan roti cokelat. Itu saja Haechan."
Jeno yang kalah hanya mendengus sebal. Ia membuang mukanya, tak mau menatap Jaemin yang duduk dihadapannya. Jaemin pun tak ambil pusing. Apalagi Renjun.
Jaemin juga mengitari kantin dengan matanya, hingga ia melihat 2 orang siswa yang kebingungan mencari meja untuk makan. Mereka bahkan sudah memegang nampan masing-masing namun tak kunjung menemukan meja kosong. Agak sedikit kasihan Jaemin lalu memanggilnya.
"Hei, kalian!"
Kedua pemuda itu menoleh dan menemukan Jaemin yang tersenyum lebar lalu melambaikan tangannya.
"Duduk disini saja. Kalian ingin makan kan?"
Jeno dan Renjun memutar bola matanya. Mereka sangat tau sifat Jaemin yang sangat baik hati juga tidak enak hati dan cepat kasihan pada siapapun. Dari kelihatannya, kedua lelaki ini ternyata termasuk siswa tahun ajaran baru yang duduk dikelas 7.
"S-sunbae, apa tidak apa?" Jaemin tersenyum lalu menggeleng. Ia sedikit menggeser duduknya, lalu menepuk bagian kosong disebelahnya.
"Duduklah disini. Dan disamping Jeno juga bisa." Kedua lelaki itu lalu duduk ditempat yang diarahkan oleh Jaemin.
"Siapa namamu?"
"A-ah namaku Jisung, sunbae. Park Jisung. Kalo yang itu temanku, Zhong Chenle." Lelaki yang duduk di samping Jaemin menjawab seraya memperkenalkan temannya juga.
"Boleh aku memanggilmu Jisungie? Kau tampak sangat menggemaskan." Tanpa canggung sedikit pun, Jaemin mencubiti pipi adik kelas yang baru dikenalnya.
"T-tentu boleh sunbae."
"Kau bisa memanggilku hyung."
Jeno yang melihat itu tampak tak percaya.
"Makanlah lebih dulu, tidak apa kok."
Renjun yang merasa diperhatikan sedari tadi, mengalihkan pandangannya pada sosok pemuda yang duduk disamping Jeno.
"Apa yang kau lihat?!"
Chenle yang tertangkap basah menjadi gelagapan lalu menggeleng kuat.
"Ti-tidak hyung."
"HYUNG?"
"M-MAKSUDKU SUNBAENIM!" Jeno yang berada disampingnya, sampai menutup telinga, tidak tahan akan kelengkingan suara adik kelasnya itu.
"Diamlah. Kau bisa merusak telingaku!"
"Aku hanya.. aku hanya mengira sunbaenim mirip kenalanku."
Jaemin lalu memajukan tubuhnya. "Namanya Huang Renjun. Kau kenal?"
Chenle berpikir sebentar, kemudian mengangguk semangat. "Aku kenal! Dia anak teman ayahku! Aku selalu melihat fotonya ketika ikut ayah ke kantor dulu! Setiap sedang rapat, monitor komputernya berisi kolase foto-foto sunbaenim mulai kecil bahkan ketika menggunakan seragam ini tau!"
Dan Renjun pada saat itu juga merasa dunianya runtuh. Perlakuannya pada ayahnya kemarin benar-benar keterlaluan.
***
Newcomer! Zhong Chenle, Park Jisung! Votenya jangan lupa :"
KAMU SEDANG MEMBACA
friends -00l
Fanfiction[COMPLETED] Mereka semua punya luka yang tercipta oleh ruang yang terbuka. Menjadi kuat sebelum waktunya dan menjadi lemah disaat yang tidak seharusnya. nct dream 00l present. huang renjun. lee jeno. lee donghyuck. na jaemin. ⚠️Bahasa baku ⚠️Ha...