[COMPLETED] Mereka semua punya luka yang tercipta oleh ruang yang terbuka. Menjadi kuat sebelum waktunya dan menjadi lemah disaat yang tidak seharusnya.
nct dream 00l present.
huang renjun.
lee jeno.
lee donghyuck.
na jaemin.
⚠️Bahasa baku
⚠️Ha...
Seperti yang banyak dikatakan orang-orang, bahwa kalian tidak akan bisa bermusuhan lama dengan teman kalian. Begitupun mereka. Mereka juga sudah duduk kembali sesuai dengan formasi awal mereka, meskipun sesekali melirik ke lemari pojokan kelas.
Masih terngiang-ngiang bagaimana Haechan merapalkan mantra gilanya dan secara kebetulan benda dari atas lemari terjatuh.
"Jeno-ya!" Hampir saja ponselnya terjatuh jika ia tak lebih cekatan dari itu.
"Kenapa?" Ia menatap Jaemin yang terlihat memainkan jarinya juga memainkan pandangannya pada Haechan lalu ke Jeno lalu ke Haechan dan ke Jeno lagi.
"Aku..ingin coklat ini." Jaemin menunjuk sebungkus coklat dengan malu-malu, coklat itu hasil pemberian dari gadis-gadis tadi pagi omong-omong.
Jeno lalu tertawa kecil dan memberikannya pada Jaemin, "ini, ambil saja, habiskan. Kau mau bekal ini juga? Atau mau keripik ini?" Haechan meneguk ludahnya.
Ia dan Jaemin benar-benar tidak ke kantin sama sekali hari ini, berbeda dengan Renjun dan Jeno yang sudah makan ke kantin tadi.
"Aku juga mau!" Haechan berseru lalu mengambil beberapa potong roti yang ada di atas meja Jeno.
Dan tanpa perasaan, Jeno memukul tangan Haechan. Ia menatapnya sengit.
"Apa yang kau lakukan?"
"Aku juga mau. Kau memberikannya secara cuma-cuma pada Jaemin. Kalau begitu kasih aku juga!" Jeno menggeleng lalu mengambil kembali roti yang sudah dipegang oleh Haechan.
"Tidak akan kuberikan padamu."
Renjun yang jengah kemudian melemparkan dua bungkus roti dan sebotol susu pisang di meja Haechan. Haechan kemudian menatap Renjun. Sedikit menyelidik.
"Sebenarnya kau ini kenapa? Lupa membawa uang jajan?" Renjun kemudian bertanya lalu membuka salah satu bungkus roti yang dibawanya kemudian memaksanya masuk di mulut Haechan.
Dan Haechan yang diperlakukan sedemikian rupa, hanya lanjut mengunyah dengan semangat. Jarang-jarang Renjun bersikap perhatian terang-terangan padanya seperti ini.
"Akwhahwjdjhwhw."
"Telan dulu baru bicara, bodoh."
Glek.
"Aku hanya ingin diet. Kau lihat pipiku ini? Semakin gembul seperti bola." Jeno yang duduk di sampingnya kemudian mencubiti pipi Haechan cukup ganas.
"Makanya berolahraga sepertiku."
Dengan kasar Haechan menepis tangan Jeno.
"Aku masih sangat ingat kau mengajak aku jogging dari subuh. Dan kau baru mengantarku pulang ketika petang. Dasar sinting." Jaemin dan Renjun hanya bisa terkikik geli mendengar Haechan berkeluh kesah. Diantara mereka berempat, Haechan lah yang paling jarang berolahraga.
Ia lebih senang beraktivitas di dalam rumah seperti tidur, bermain game, menonton kartun, menghitung semut, dan makan.
"Lalu kau, Jaemin?" Renjun kemudian menoleh, melihat Jaemin.
"Aku hanya tidak mood saja."
"Tapi, sejak kapan gadis-gadis itu berulah lagi? Kenapa aku baru melihatnya tadi pagi?" Haechan kemudian bertanya sebelum kembali mengigit roti yang masih dipegang oleh Renjun.
"Kemarin aku menunggu Renjun untuk pulang bersama. Ternyata ada mereka. Jadi, begitulah."
Haechan lalu tertawa, sangat keras.
"Aigoo, uri Jeno sudah besaar! Sudah memiliki penggemar, sebentar lagi punya kekasih."
Jeno yang kesal kemudian merebut roti yang dipegang Renjun, lalu mencekoki mulut Haechan secara paksa.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Rasakan. Rasakan. Rasakan itu."
Jaemin dan Renjun yang menjadi penonton, hanya bisa terbahak melihatnya.