thirty one

3.1K 518 5
                                    

Renjun membuang napasnya, soal-soalnya tidak begitu sulit meskipun ada beberapa jawaban miliknya yang ia ragukan. Namun, jauh dari itu, Renjun sepertinya lega sudah melewati olimpiade ini. Ia hanya perlu menunggu hasilnya keluar dengan namanya yang berada di urutan teratas.

"Hei, Huang!"

Mendengar namanya dipanggil, Renjun mencari arah suara. Menemukan teman kelasnya, Han Jisung.

"Bagaimana? Semuanya lancar?"

"Lancar. Hanya ada beberapa jawaban yang ku ragukan."

"Teman-temanmu tidak datang?"

Renjun menggeleng kecil.

"Tidak, mereka menungguku di rumah Nana. Ada apa?"

"Tidak ada apa-apa. Hanya ingin berbincang denganmu sedikit. Kalau begitu aku pergi!"

Renjun hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah Han yang menurutnya semakin kesini, semakin tak waras.

Omong-omong, hari ini adalah hari Renjun mewakili sekolah untuk ajang olimpiade sains. Berhubung sekolahnya terpilih menjadi tuan rumah, semua siswa diliburkan selama sehari penuh. Meskipun ada beberapa yang datang untuk kepentingan ekstrakurikuler atau sekadar ingin mampir ke perpustakaan atau kantin sekolah.

Ada sekitar belasan kelas yang digunakan untuk menyelenggarakan kegiatan ini. Banyak siswa dari sekolah lain yang turut mengagumi setiap inci dari sekolahnya. Renjun tak ambil pusing dan segera berjalan ke rumah Nana.

***

"Mana Jeno?"

Haechan tetap fokus dalam gamenya, dan menjawab.

"Mengurus anaknya."

Renjun mengangguk-angguk. Beberapa hari lalu, entah ide darimana Jeno tiba-tiba ingin memelihara seekor kucing. Diberi nama Bongshik. Dan Jeno sangat menyayanginya seperti anaknya sendiri.

"Bagaimana olimpiadenya? Apa sulit? Kau bisa menjawab semuanya?"

Renjun menoleh dan tersenyum pada Nana yang duduk disampingnya.

"Cukup sulit. Kau tau, aku sampai perlu menghitung ulang jawaban beberapa soal karena salah nilai. Kepalaku rasanya ingin pecah. Dan oh, kau tau? Aku juga bertemu Han Jisung tadi, sepertinya dia ikut sparing futsal disekolah."

Haechan melepaskan fokusnya, lalu menoleh pada Renjun.

"Dia menganggumu?"

Renjun menggeleng, "ani. Dia bertanya bagaimana olimpiadeku. Apa berjalan baik atau tidak."

"Heol. Dia benar-benar berubah menjadi malaikat. Bagaimanapun, aku masih membencinya."

Jaemin mendelik, "tidak boleh menyimpan dendam, Haechan. Kita berempat sudah sepakat kan?"

"Bagaimana aku bisa memaafkannya kalau dia berani me—"

"Aku datang!"

Jaemin menghela napas lega melihat kedatangan Jeno. Haechan sendiri masih tak tau jika Jeno juga mengikuti olimpiade yang sama dengan Renjun. Beruntung mereka mendapat penempatan kelas yang berbeda sehingga tak bertemu satu sama lain.

"Apa kau sekarang berpacaran dengan kucingmu itu?"

Renjun memberikan nada sinis terbaiknya untuk Jeno. Sejak munculnya kucing itu di hidup Jeno, mereka kadang terabaikan.

"Dia sedikit manja sebelum aku pergi. Ini saja aku perlu berlari tadi."

Ketiganya duduk bersila di lantai kamar, Jeno menyerahkan bungkusan yang ia bawa. Makanan cepat saji favorit mereka.

friends -00lTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang