twelve

4.7K 564 20
                                    

Sepulangnya mereka ke rumah masing-masing, ternyata membuat keempatnya menjadi patung hidup. Jeno merasa kecewa karena ia tau bahwa sahabatnya itu berbohong dengan sangat mulus. Begitupun Renjun yang tak menyangka akan dibohongi sedemikian rupa.

Namun, Haechan serta Jaemin hanya tak ingin mereka banyak khawatir. Jadi, mereka lebih memilih untuk berbohong. Seharusnya itu lebih baik bukan malah semakin runyam seperti ini.

Haechan lalu membalikkan badannya, matanya melihat jam. Sekarang sudah pukul setengah 1 pagi, dan ia tidak bisa tertidur. Jika kemarin ia bisa mengirim pesan pada Jeno, tapi sekarang tidak lagi. Jeno mana mau membalasnya.

"Ini semua salahku.." Haechan lalu terisak pelan.

Pikirannya melayang kesana-kemari. Andai saja ia tak perlu mendebat Jaemin yang mengatakan bahwa mi goreng kantin sangat enak. Andai saja kaki mereka tak sampai di tempat itu. Isakannya terhenti ketika mendengar notifikasi dari ponsel pintar miliknya.

Jaemin : aku menangis
Jaemin : apa kita salah?
Jaemin : haechannie 😭

Haechan tanpa pikir panjang, langsung mendial nomor milik Jaemin. Begitu terhubung, terdengar raungan Jaemin dari seberang sana, kemudian ditambah dengan raungan Haechan yang menjadi-jadi. Raung tangis itu kemudian menjadi lagu tidur bagi mereka berdua.

Di rumah seberang, Jeno merasa menyesal, tidak seharusnya ia berkata seperti itu mengingat Haechan dan Jaemin punya perasaan yang sangat lembut. Ia menatap kedua kontak temannya. Bahkan masih terdapat keterangan online di perangkatnya pada nyaris jam satu pagi.

Apa yang sebenarnya mereka berdua lakukan selarut ini?!

Tak hanya Jeno yang kalut, Renjun pun begitu. Ia merasa berlebihan menanggapi semuanya. Haechan dan Jaemin sudah besar, mereka pasti tau mana yang benar dan mana yang salah. Tak jauh berbeda dengan temannya yang lain, Renjun lebih memilih belajar semalam suntuk tanpa ada keinginan untuk tidur.

***

Hal mengejutkan dipagi hari ialah, Haechan dan Jaemin ditinggal berangkat lebih dulu oleh Renjun dan Jeno.

"Mereka benar-benar mengibarkan bendera perang!" Haechan menggeram sebal.

"Sudahlah, telingaku panas mendengar kau menggerutu dari tadi. Yang terpenting sekarang adalah, kau harus menghemat oke?"

"Kau juga! Kita berdua."

Jaemin mendengus, "iya iya, kita berdua. Untung saja tadi aku sudah makan sangat banyak. Stok di perutku cukup sampai pulang sekolah nanti." Ucap Jaemin sembari menepuk perutnya, begitupun dengan Haechan.

"Geundae, jika mereka masih marah.. bukankah itu artinya kita akan pulang berdua lagi? Tanpa mereka?"

Haechan dan Jaemin kemudian saling menatap kemudian bersorak senang, lalu berpelukan layaknya teletabis di halte perumahan mereka.

Iya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Iya. Memang. Tangisan semalaman milik mereka itu hanya berlaku untuk malam itu juga. Untuk hari selanjutnya, mereka sih tidak peduli.

Hal mengejutkan lainnya adalah melihat Jeno dan Renjun yang duduk bersama di kursi milik Jaemin. Tak hanya itu, mereka bahkan dikerubungi oleh para gadis. Haechan dan Jaemin sudah bertekad akan tidak peduli dengan dua temannya itu. Mereka lalu hanya lewat dan duduk dibelakang Jeno dan Renjun.

"Jeno-ya, cokelat ini aku meminta ayahku membelikannya saat ia dinas di Malaysia!"

"Bekal ini buatan ibuku! Enak sekali. Kau harus makan ini agar bisa tumbuh lebih baik."

"Aku baru saja belajar merangkai bunga, dan aku membuat satu untukmu, Jeno!"

"Jeno, aku.."

"Jeno, ini..."

Dan masih banyak lagi. Jaemin dan Haechan tampak menahan tawa sesekali melirik satu sama lain. Beda halnya dengan Renjun yang sudah memejamkan mata, menahan emosi yang meluap, juga Jeno yang hanya tersenyum lalu mengangguk sesekali menanggapi omongan para gadis.

Han Jisung yang baru saja datang bahkan ikut terbengong melihat pemandangan itu. Ia yang biasanya melerai keributan seperti itu, memilih ikut menjadi penonton. Menyaksikan bagaimana para gadis itu nenaruh perhatian lebih pada teman kelasnya sendiri.

Ketika melewati bangku Haechan, ia menepuk pundak Haechan, "kasihan sekali temanmu itu ya." Lalu mereka tertawa bersama.

Haechan. Jaemin. Han.

Namun sedetik kemudian, raut mereka bertiga kembali menjadi datar. Haechan tampak membersihkan pundak yang ditepuk oleh Han. Lalu menatap Han garang. Yang ditatap hanya menaikkan bahunya, lalu kembali berjalan menuju bangkunya.

***

A/n :Buat yang bingung, jadi inituh bakal ngebahas anak 00L diluar nct, tapi bakal tetep lebih fokus ke nct okeyy! Jangan lupa votenya ( ˘ ³˘)♥

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

A/n :
Buat yang bingung, jadi inituh bakal ngebahas anak 00L diluar nct, tapi bakal tetep lebih fokus ke nct okeyy! Jangan lupa votenya
( ˘ ³˘)♥

friends -00lTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang