Jeno yang terbangun di malam hari ketika mendengar suara barang pecah itu langsung mendekat menuju pintu kamarnya. Seperti bunyi gelas pecah yang sangat jelas di indra pendengarannya. Ia pun membuka sedikit pintunya untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi.
"KAU GILA. BAGAIMANA BISA KAU BERSELINGKUH KETIKA AKU SIBUK BEKERJA UNTUKMU?!"
"Jangan berteriak. Aku tak ingin Jeno terbangun. Sudah kukatakan, itu hanya salah paham. Kau harus mengerti. Aku tidak berselingkuh. Dia hanya datang bertamu, itu saja."
PLAKKKK
"DASAR WANITA KURANG AJAR. JANGAN KIRA AKU TIDAK TAU KAU PUNYA ANAK DENGANNYA YANG SEUMURAN JENO HAH?!" Sang ibu lalu berlutut dihadapan sang suami setelah kena tamparan yang cukup kuat. Ia berlutut, memohon dengan wajah berurai air mata.
"Donghae, a-aku minta maaf. Itu kesalahan di masa lalu. K-kau juga sudah berjanji untuk tidak akan mengungkit itu apalagi sampai Jeno tau kan? Aku mohon."
Donghae -sang Ayah- tertawa sangat keras, "kenapa? kau takut anakmu tau kalau ibunya adalah seorang jalang?"
"Dimana anakmu itu? Dimana dia sekarang?"
"Aku.. aku tidak tau. Seperti katamu, ketika kita menikah, aku akan meninggalkannya dan sekarang aku sudah tidak tau dia dimana. Donghae kumohon, jangan seperti ini. Aku tidak akan menerimanya lagi ketika bertamu. Aku janji, Donghae, aku janji."
Jeno terdiam. Mendengar dan merekam semuanya dengan jelas di dalam pikirannya.
***
"Tidak, Donghae. Jangan emosi. Tenangkan pikiranmu lebih dulu, oke? Aku tau kau pasti sangat marah saat ini. Tapi jangan mengambil keputusan dengan tergesa-gesa. Kau juga mencintainya kan?"
"..."
"Pikirkan juga Jeno. Kau tau sendiri Jeno masih kecil seumuran dengan Haechan. Dia masih sangat dini untuk paham tentang orang tuanya jika berpisah. Itu juga bisa berdampak buruk untuk perkembangannya nanti."
"..."
"Apa? Tidak, jangan Donghae. Jangan terbawa emosi, oke? Aku tau kau pasti sangat marah, tapi tolong tenangkan dirimu. Kau masih punya Jeno. Dia masih sangat membutuhkan peran orangtua di usia nya sekarang. Jangan bercerai. Jeno akan sangat terpukul bila hal itu terjadi."
"..."
"Dimana kau sekarang? Mau minum bersama?"
"..."
"Baiklah. Tunggu aku disana."
"Ayah pergi dulu, tidur yang nyenyak Echannie."
Haechan memejamkan matanya dengan erat ketika merasakan ciuman jatuh di keningnya, hingga pintu kamarnya yang kembali tertutup. Kedua matanya terbuka, mengerjap lucu, dengan pikirannya yang terus melayang-layang.
Ayah dan Ibu Jeno mau berpisah?
***
Namun keesokan harinya, Haechan sama sekali tak melihat keanehan pada Jeno. Ia tampak seperti biasanya, tidak ada hal aneh yang dilakukannya.
Apa mungkin yang dimaksudkan ayahnya itu Jeno yang lain?
"Haechan, kau kenapa? Apa kau sakit? Kau jadi lebih diam hari ini?" Pertanyaan Jeno membuat Haechan panik kepalang bukan main.
"Aku.." Matanya melirik-lirik kecil pada Jeno.
"Aku tidak apa-apa, hanya sedikit lelah saja."
Renjun mencengkeram pundak Jaemin dengan kuat tiba-tiba. Membuat Jeno terbangun dari duduknya lalu mendorong Renjun sedikit kuat.
"Apa yang kau lakukan pada Nana?!"
Ah, Nana merupakan nama panggilan mereka untuk Jaemin. Meskipun seringkali mereka juga tetap memanggilnya dengan nama Jaemin.
"Kenapa ada cap sepatu di punggung seragam mu?" Renjun meliriknya begitu tajam khas anak-anak yang sedang mengintrogasi.
"A-ah itu, aku.. tadi pagi, aku melempar sepatuku terus terjatuh diatas seragamku yang ada di atas kasur. Kalian paham kan?"
Haechan mengerjap lucu, "tapi ketika berangkat ke sekolah tadi, aku lihat seragam mu bersih?"
Jaemin dengan sigap menggeleng.
"Aniya, kau pasti salah lihat!"
"Ya sudah kalau aku salah lihat.."
Namun fakta yang terjadi sebenarnya ialah..
"Han.. aku minta maaf.. untuk kemarin Haechan mendorongmu."
"APA KAU TAU SERAGAM ITU BARU DIBELIKAN OLEH AYAHKU?!"
Jaemin yang terlihat sangat ketakutan itu segera berlutut dihadapan teman sekelasnya, Han Jisung.
"Aku mohon maaf, Han. Tolong, maafkan Haechan. Tolong maafkan Haechan!"
"Kenapa kau mau melindungi Haechan?"
"Dia temanku. Kau tau, aku sedari kecil bersamanya, aku tidak mungkin membiarkannya tersakiti. Tolong maafkan Haechan kali ini saja Han. Aku janji dia tidak akan seperti itu lagi."
Han lalu menyentakkan kakinya di punggung Jaemin dengan keras.
"T-tolong jangan laporkan ini pada ayahmu, Han. A-aku mohon."
"Kalau begitu, kau harus menuruti permintaanku, oke?"
"P-permintaan?"
"Kau tidak mau Haechan pindah sekolah kan? Kau tau ayahku siapa kan?"
Jaemin lalu mengangguk kuat.
"Aku akan menuruti semuanya!"
Renjun yang fasih berhitung, akhirnya diberikan tugas untuk membawa setumpuk tugas teman sekelasnya untuk dibawa keruang guru.
"Renjun-ah, mau ku bantu?" Haechan dan Jeno berseru dari tempatnya.
Namun, Renjun menggeleng, menolak bantuan.
"Tidak perlu, aku bisa melakukannya sendiri."
Tak lama setelah melihat Renjun pergi, Jaemin dengan sedikit tergesa ikut keluar menyusulnya.
"Jeno.. apakah hari ini menurutmu Nana terlihat aneh?"
Dan tanpa ragu, Jeno mengangguk mantap.
***
A/n
Im so sorry, ini bakal drama banget T-T

KAMU SEDANG MEMBACA
friends -00l
Fiksi Penggemar[COMPLETED] Mereka semua punya luka yang tercipta oleh ruang yang terbuka. Menjadi kuat sebelum waktunya dan menjadi lemah disaat yang tidak seharusnya. nct dream 00l present. huang renjun. lee jeno. lee donghyuck. na jaemin. ⚠️Bahasa baku ⚠️Ha...