twenty six

3.5K 422 18
                                    

"Kita dalam masalah besar."

Renjun, Jeno dan Haechan kini terduduk lemas di bangku taman. Letaknya tidak begitu jauh dari perumahan mereka.

"Sudah aku bilang! Lain kali saja, kau terlalu memaksa!"

Renjun berteriak membuat Haechan mendelik, "kalau bukan Jeno yang ceroboh, tidak akan seperti ini. Untuk apa kau gunakan otak cerdasmu itu hah? Menghitung kecepatan buah apel jatuh dari pohon? Menghitung jumlah air yang jatuh dari langit saat hujan? Menghitung laju kecepatan pesawat di langit? Harusnya kau gunakan itu untuk menghitung gerakan-gerakanmu tadi!"

Sedangkan Jeno, hanya diam. Tak bersuara sama sekali. Rautnya terlihat begitu kosong.

"Jaemin pasti membenciku."

Haechan berdecak, "ya. Kalau benda itu milikku, dan kau menumpahkan air diatasnya, aku pasti membunuhmu."

"Bagaimana jika Jaemin membenciku? Renjun-ah, Haechanie, bantu aku."

"Kita lihat saja, seharusnya Jaemin akan kembali seperti sedia kala besok."

"Bagaimana jika tidak..."

***

Jeno merutuk pelan di tengah malam. Karena moodnya yang memburuk setelah main ke rumah Jaemin tadi, nafsu makannya berkurang. Dan akibatnya, pukul dua belas malam ia merasa perutnya berbunyi, meronta-ronta minta diisi.

Dengan pelan, ia menuju ke dapur. Membuka lemari, dan sepertinya stok mi instan sudah habis. Tak lupa, ia membuka kulkas dan tidak ada makanan yang bisa ia makan. Dengan separuh ingatannya di tengah malam, ia berjinjit dengan tangan yang meraba-raba atas kulkas.

Gotcha.

Jeno mendapat beberapa lembar uang yang memang selalu dititipkan oleh ayah dan ibunya di atas kulkas, jaga-jaga jika Jeno membutuhkan uang saat mereka tak ada di rumah. Sepertinya makan di minimarket saat tengah malam, bukan hal yang buruk kan?

Berusaha untuk tidak menimbulkan suara, Jeno keluar dari rumahnya. Ia tak mau merepotkan ibunya ataupun ayahnya hanya karena ia merasa lapar. Lagipula ia sudah cukup dewasa untuk berjalan sendirian. Ia bukan Jaemin atau Haechan atau Renjun yang takut kegelapan. Toh, ada lampu jalan yang meneranginya.

Melewati rumah Jaemin, Jeno sedikit menghela napas dengan kasar. Lampu kamarnya sudah redup. Jaemin pasti sudah tidur. Hal itu sama dengan kamar milik Haechan dan Renjun.

"Sepertinya hanya aku yang hidup di malam hari."

Jeno tidak butuh waktu lama untuk makan 1 cup ramen instan di sana. Ia juga membeli beberapa camilan, jaga-jaga jika ia lapar lagi. Lalu, ia segera berjalan pulang, takut jika ayah maupun ibunya panik jika tidak menemukan dirinya.

Namun, ia cukup terkejut menemukan peristiwa yang tak terduga. Dengan gesit, Jeno menyembunyikan tubuhnya pada salah satu mobil yang terparkir disana. Penglihatannya tidak salah. Kedua insan itu saling berciuman dan bercumbu di depan rumah salah satu sahabatnya.

Dengan tangan yang sedikit gemetar, Jeno menaikkan tangannya. Merekam adegan itu di ponselnya. Baik dalam bentuk video maupun foto. Wajah kedua orang itu bahkan terlihat cukup jelas. Dan tidak dipungkiri, bahwa Jeno mengenalnya.

***

"Nana? Nana bilang hari ini ia piket, jadi ia berangkat lebih dulu. Dia tidak memberitau kalian?"

Renjun yang berdiri paling depan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "sepertinya aku lupa bibi. Maaf. Kami akan berangkat kalau begitu."

"Hati-hati di jalan ya."

Pada akhirnya mereka bertiga menuju ke sekolah tanpa Jaemin. Meskipun mendapat pandangan aneh dari beberapa siswa yang berada di gerbang dan koridor. Karena tak biasanya mereka kekurangan anggota.

"Apa lihat-lihat? Kau mau dipukul Jeno, hah?"

Haechan membolakan matanya pada kerumunan siswa yang berbisik-bisik sambil menunjuk mereka.

"Seperti tidak pernah lihat siswa tampan saja."

Ketiganya menarik napas panjang sebelum melangkah masuk ke dalam kelas. Disana sudah ada Jaemin yang menggunakan earphone dengan mata yang fokus membaca sebuah buku di hadapannya.

Jeno berjalan lebih dulu, dan duduk di tempat Renjun, persis di samping Jaemin.

"Nana.."

Namun ternyata hal itu sama sekali tidak digubris oleh sang pemilik nama. Jeno menoleh pada Renjun dan Haechan.

"Jaemin-ah.." Jeno menggoyangkan sedikit lengan Jaemin meskipun masih diacuhkan oleh pemilik nama.

"Mianhae, Jaemin-ah."

Haechan kemudian menoel punggung Jeno, lalu berucap tanpa suara.

"Duduk saja disitu. Dan tetap ajak dia bicara."

Renjun yang duduk disamping Haechan mengangguk dan mengacungkan jempolnya, tanda setuju dengan saran Haechan.

"Jaem—"

"Kembali ke tempatmu."

Jeno memanyunkan bibirnya lalu dengan berat hati meminta Renjun untuk bertukar posisi. Jaemin tidak pernah marah pada siapapun hingga seperti ini. Biasanya semua itu akan berlalu dalam satu jam, rekor terlama yaitu tiga jam. Namun kali ini, sepertinya akan menjadi sejarah baru.

"Selamat pagi, anak-anak.. Kita mulai pembelajaran hari ini."

Parahnya, Jaemin bahkan menolak ajakan ke kantin dengan tak berucap satu kata pun. Ia mengeluarkan kotak bekal yang sudah ia bawa dari rumah. Haechan yang melihat makanan kesukaannya disana, dengan segera duduk disamping Jaemin. Lalu mencomot sepotong sosis dari sana tanpa izin.

Hal itu membuat Renjun dan Jeno menarik rambut Haechan seolah ingin menyadarkan anak itu dari tingkahnya. Namun Haechan tetaplah Haechan, ia hanya menepis tangan-tangan nakal itu lalu kembali makan.

"Jwaemin, ini enak sekwali. Kau hnaywa membwawa satwu?"

Melihat makanan favoritnya, Haechan seakan lupa dengan situasi yang ada. Jaemin pun ikut memerhatikan Haechan yang masih memakan bekalnya dengan sangat lahap.

"Kau tidak makan? Woah, ini enak sekali."

Jaemin hanya menyodorkan kotak bekalnya agar berada tepat di hadapan Haechan. Lalu menempatkan kepalanya pada tumpukan tangannya.

"Hwarusnywa kau bilang, aku akan meminta du—"

Ucapan Haechan menggantung ketika melihat Jeno dan Renjun masing-masing memperlihatkan kepalan tangannya tepat di depan wajah Haechan.

Haechan yang tersadar, menoleh pada Jaemin yang sudah nampak tidur. Lalu ia menjambak rambutnya sendiri.

Ah sial, kenapa dirinya jadi ikut-ikutan menambah masalah?!

***

a/n :
daily update nie nie nie, btw tadi aku lagi nge-ig terus nemu ini wkwkwkw

amsyongggg wkwkwkwkwkwk, tapi di story ini mereka masih smp yaa kelas delapan huhuhu coba aja sma, dah cocok deh sama fotonya wkwk, jangan lupa votenya yaaaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

amsyongggg wkwkwkwkwkwk, tapi di story ini mereka masih smp yaa kelas delapan huhuhu coba aja sma, dah cocok deh sama fotonya wkwk, jangan lupa votenya yaaaa

friends -00lTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang