Selepas perbincangan mereka di taman, Haechan menempel pada Jeno bak lem yang tak bisa lepas. Ia bahkan menunggu di depan pintu toilet umum ketika Jeno ingin buang air. Sedangkan Jaemin dan Renjun hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah Haechan.
"Mau sampai kapan kau menempeli ku?"
"Sampai akhir hidupku! Bahkan ketika aku atau kau menikah nanti, aku akan terus menempel padamu!"
"Aku tidak bersungguh-sungguh saat bilang itu. Itu hanya pikiran sesaatku, oke? Aku akan tetap disini bersama kau, Renjun dan Jaemin."
Haechan menampilkan wajah memelasnya.
"Tapi aku takut!"
Jaemin menarik tangan Renjun, merangkul Haechan dan Renjun di kedua sisi tubuhnya.
"Jeno tidak akan pergi kemana-mana. Kita bisa menahannya kalau dia akan pergi."
Renjun menoleh, "menahannya?"
Jaemin mengangguk kecil. Senyumnya terbit.
"Jeno tidak akan tahan melihat kita bertiga menangis di depan rumahnya kan?"
Jeno mendengus kasar, tapi itu ada benarnya. Melihat sahabatnya menangis karena dirinya is another level of pain. Haechan merangkul Jeno disisinya. Lalu kembali berjalan menuju ke perumahan tempat mereka tinggal.
"Aku hanya belum siap kalau harus berpisah dengan salah satu dari kalian."
Lirihan kecil Haechan menjadi penutup perbincangan mereka hari itu.
***
Jaemin memandang jendela kamarnya sekali lagi. Tak ada yang istimewa. Hanya jalanan malam yang tampak remang karena lampu jalanan. Bukan hanya Haechan saka yang memikirkan ucapan Jeno tadi sore, tapi dirinya juga sama.
Mereka dulu bahkan hanya anak-anak kecil yang polos. Jaemin duduk di kursi belajarnya. Menarik sebuah album foto yang ada di laci bukunya. Ia mulai menelisik setiap foto yang ada di sana.
"Aku akan juala satu!" Anak dengan pipi yang paling bulat itu berlari kencang menuju ke garis kapur yang ada di ujung taman.
"Tidak! Aku yang juala satunya." Renjun menyalip lari Haechan dengan mudah, diikuti erangan kesal dari Haechan. Lain halnya dengan kedua anak kecil yang penuh ambisi ini, ada dua anak kecil lainnya yang hanya berlari-lari kecil sambil berbagi tawa di bagian belakang. Itu Jeno dan Jaemin.
Dengan pikiran anak kecil seumurannya, Haechan berniat untuk mendorong Renjun agar temannya itu terjatuh dan ia bisa mencapai garis finish lebih dulu. Namun naasnya, Renjun berlari lebih cepat dari perkiraannya.
Tangannya belum sempat menyentuh bahu Renjun hingga dirinya sendirilah yang terjatuh disana.
"HUWAAAAAAAA!"
Renjun berhenti berlari dan menoleh ke belakang. Jeno dan Jaemin juga sebisa mungkin segera ke tempat Haechan terjatuh. Kedua lutut Haechan terdapat luka yang tidak begitu parah namun tetap menyakitkan untuk anak seusianya.
Haechan yang melihat lukanya sendiri, menjadi menangis lebih keras. Renjun merogoh kantongnya lalo menyodorkan sebuah permen.
"Ini punyaku, ambil saja. Jangan menangis. Aku mohon, jangan menangis. A-atau kau boleh jadi juala satunya, aku tidak mau juala satu lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
friends -00l
Fiksi Penggemar[COMPLETED] Mereka semua punya luka yang tercipta oleh ruang yang terbuka. Menjadi kuat sebelum waktunya dan menjadi lemah disaat yang tidak seharusnya. nct dream 00l present. huang renjun. lee jeno. lee donghyuck. na jaemin. ⚠️Bahasa baku ⚠️Ha...