seventeen

4.1K 502 19
                                    

Keduanya tercengang begitu saja ketika loker Jaemin terbuka dan tampak amplop putih di dalam sana, ketika Jaemin membukanya, isinya adalah uang sebesar 100.000 won. Tidak, bahkan lebih.

"Ige mwoya...?"

Sebelum ada orang lain yang melihat, dengan cepat Jaemin kembali menyembunyikan amplop itu ke dalam tumpukan bukunya.

"Tidak mungkin Renjun dan Jeno yang memberikan kita ini kan?" Haechan kemudian menggeleng. Itu Jisung. Percakapan di toilet tadi.

"Ayo ke kelas!" Haechan lagi-lagi menyeret Jaemin paksa menuju kelas. Keadaan kelas tampak kondusif, mengingat beberapa menit lagi bel masuk berbunyi. Tampak Renjun dan Jeno yang menantikan kedatangan mereka.

"Kalian darimana saja? Kenapa tidak bil—" Renjun menggantungkan ucapannya saat melihat Haechan berjalan tergesa-gesa ke belakang. Tepatnya ke arah Han Jisung yang menatapnya aneh.

Dan sedetik kemudian, pekikan heboh mengisi kelas itu. Haechan dengan erat memeluk Jisung. Tak hanya memeluk, ia bahkan memberikan kecupan-kecupan pada wajah Jisung hingga lehernya.

"YA!!!!" Han menggeram marah, berusaha melepaskan diri dari pelukan Haechan yang sungguh sangat kuat. Ia tak pernah menyangka kalau teman kelasnya ini punya kekuatan yang cukup kuat.

"Haechan!" Jeno bahkan berusaha menarik Haechan dari sana.

Berbeda dengan Renjun juga Jaemin yang hanya melihat kegilaan Haechan.

cup cup cup cup

Banyak dari mereka yang hanya tertawa melihat kejadian itu, Han juga sudah pasrah dengan aksi Haechan yang tak ada habisnya. Ia bahkan merasa pipinya basah karena kecupan Haechan.

Karena mulai merasa puas, Haechan mengendorkan pelukannya hingga berhasil ditarik oleh Jeno.

Han meliriknya sinis, lalu berteriak. "MICHEOSSEO?!"

Haechan kembali ingin memeluknya jika tak segera ditahan oleh Jeno. Pada akhirnya kericuhan itu berakhir karena masuknya Taeil untuk memulai pelajaran. Dari depan ia bisa melihat wajah dari setiap anak didiknya yang begitu aneh.

Ada yang berusaha menahan tawa, ada yang tampak kesal, ada yang biasa saja, ada yang tersenyum bahagia, dan masih banyak lagi.

"Apa ssaem melewatkan sesuatu?"

***

Han menahan mereka berempat untuk pulang. Ia sungguh tidak terima dengan perlakuan Haechan padanya. Mereka bertiga mendorong-dorong Haechan agar maju lebih dekat dengan Han.

"Cepat minta maaf pada Han." Bisikan Jaemin membuat Haechan menggerutu sebal.

"Terima kasih Han. Aku tidak tau kalau ternyata kau sangat memperhatikanku dan Jaemin."

Jeno, Renjun, Jaemin dibuat kebingungan.

"Jeno, Renjun. Bisa tinggalkan kami? Hanya sebentar."

Walaupun agak ragu, tapi Haechan memberikan isyarat agar mereka berdua segera pergi dari sana. Setelah ruang kelas kembali tertutup, Han kembali menatap Haechan dan Jaemin bergantian. Jaemin sudah takut-takut, meremas jarinya.

"Kau bilang apa tadi?"

"Kau sangat memperhatikanku dengan Jaemin. Aku tau itu! Aku jadi merasa bersalah selama ini sering mendebatmu."

Jaemin menarik lengan Haechan, "apa maksudmu? Jangan melantur pada Han."

"Haechan benar. Aku tak sengaja mengikuti kalian kemarin.."

Lirihan milik Han, membuat Haechan dan Jaemin terlonjak.

"Aku bilang juga apa. Jaemin-ah, dia pelakunya! Dia yang memberikan kita amplop itu!"

Jaemin menatap Han takut, "kau.. menaruh uang di lokerku?"

"Untuk apa? Aku tidak melakukannya."

"Aku mendengarmu menelepon di toilet!"

"Tapi aku tidak!"

"Kau iya!"

"Aku tidak, Haechan!"

"Kau iya! Mengaku saja!"

"Aku bilang aku tidak!"

"Kau iya! Aku mendengar mu!"

"Ku bilang tidak!"

"Kau—"

"Cukup. Aku memang mengikuti kalian berdua ke warnet tapi itu tidak sengaja. Dan aku tidak pernah memberikan kalian uang!"

***

Omake

Lalu terdengar bisik-bisik dari salah satu bilik yang tertutup, namun Haechan memilih acuh. Meskipun suaranya terdengar samar, tapi Haechan tak peduli tentang apa yang dibicarakan orang itu.

"Paman sudah letakkan di lokernya kan?"

"..."

"Tidak ada yang melihat kan?"

"..."

"Rahasiakan ini dari ayah. Kalau saja ayah atau ibu sampai tau, aku akan membenci paman!"

"..."

"Jisung tutup dulu. Sampai jumpa nanti paman."

Setelah mematikan sambungan telepon itu, ia kemudian keluar dari bilik kamar mandi. Matanya kesana kemari, tapi tak ada satu orang pun di toilet. Ia lalu mencuci tangannya, lalu bercermin.

"Kau benar-benar tampan, Park Jisung!" Ucapnya pada bayangannya di cermin.

***

Siapa yang meletakkan uang di loker Jaemin?

Park Jisung : I did.

jangan lupa votenyaaa! aku gak nyangka udah 2

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

jangan lupa votenyaaa! aku gak nyangka udah 2.5k views T-T thanks guys yang udah baca cerita ini T-T

friends -00lTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang