[COMPLETED] Mereka semua punya luka yang tercipta oleh ruang yang terbuka. Menjadi kuat sebelum waktunya dan menjadi lemah disaat yang tidak seharusnya.
nct dream 00l present.
huang renjun.
lee jeno.
lee donghyuck.
na jaemin.
⚠️Bahasa baku
⚠️Ha...
Pemilik nama mengangkat pandangannya lalu tersenyum. Ia mengarahkan matanya pada ruang kosong di sampingnya. Meminta Mark untuk duduk disana.
"Ada hubungan apa hyung dengan Haechan?"
Mark tersenyum, "kami teman."
"Lalu apa yang kau lakukan tadi pagi padanya?"
Perlahan senyum Mark memudar.
"Kenapa tidak tanya pada Haechan?"
Jeno lalu berdiri, seulas senyum hadir di bibir tipisnya. Ia berdiri di hadapan Mark yang masih duduk di tempat yang sama. Dengan lancang, Jeno menaruh kedua tangannya pada bahu Mark. Sedikit meremasnya dengan kuat.
"Sunbaenim, dengar baik-baik. Aku tidak segan memukul orang yang melukai sahabatku. Bahkan jika itu kau sekalipun."
Mark hanya diam, saling beradu tatapan pada Jeno yang berdiri di depannya. Hal yang tak ia sangka kemudian adalah, Jeno tersenyum lebar. Lalu menepuk kedua bahunya dengan lembut.
"Sunbaenim harus segera ke kelas. Sebentar lagi bel berbunyi. Aku duluan sunbae."
Sedangkan, Mark masih menatung. Tidak menyangka, adik kelasnya bisa semenyeramkan itu.
***
Renjun memutar pulpennya berulang kali. Meskipun ada guru yang menerangkan di depan, tapi pikirannya sama sekali tak bisa fokus.
Haechan bukanlah tipe orang yang memiliki mood cepat berubah. Bahkan ketika Renjun mengambil porsi makanannya secara diam-diam, Haechan tidak pernah berada dalam mood seburuk itu. Sejak pagi juga Haechan baik-baik saja. Tidak ada yang aneh selama mereka di bus hingga Mark memanggilnya.
Pasti ada masalah dengan kakak kelasnya itu. Tapi apa?
"Renjun, kau dipanggil ssaem."
Bisikan pelan dan senggolan kecil dari Jaemin membuatnya tersadar.
"Jawabannya C, ssaem."
Sang guru tersenyum, "betul sekali Renjun. Kalian yang lain, lihatlah Renjun. Meskipun ia melamun dan berkhayal, tapi ia bisa memberikan jawaban yang benar untuk soal di atas. Dan kalian ketika berkhayal, saat ssaem tanya soal ini, hanya bisa diam cengengesan tidak jelas."
Lalu terdengar sorakan riuh dari siswa lain, merasa tidak terima dengan perbandingan dari sang guru. Termasuk sorakan riuh dari sahabatnya sendiri, Haechan. Tampaknya, mood Haechan sudah berangsur menjadi lebih baik.
Renjun hanya bisa tersenyum kecil pada teman-teman sekelasnya. Taeil juga ikut tersenyum melihat seisi kelas yang tampak bersatu karena tidak terima dibanding-bandingkan seperti itu.
Melihat salah seorang siswanya mengangkat tangan, Taeil kemudian menunjuknya.
"Ya, Ryujin? Ada apa?"
"Ssaem, aku tau ini sedikit privasi. Tapi benarkah ssaem belum memiliki pasangan?"
Sorakan riuh para gadis memenuhi ruang kelas. Sedangkan para pria di kelas itu hanya tertawa kecil, menikmati wajah sang guru yang tampak gelisah juga sedikit gusar.
"A-anu itu.."
"Tidak apa-apa ssaem, kami hanya ingin tau saja! Apa kami punya kesempatan atau tidak?" Seruan dari Somi, membuat wajah Taeil memerah. Sial. Ia digoda oleh anak-anak walinya. Melihat sang wali kelas yang salah tingkah, hal itu membuat para siswa menjadi lebih heboh.
"HEI CEPAT CARIKAN GEDUNG UNTUKKU! AKU AKAN MENJADI MOON RYUJIN TAHUN INI!"
Somi yang tak terima, ikut berdiri.
"AKU AKAN MENJADI MOON SOMI."
Haechan yang sedari tadi sudah lelah menahan diri, memukul mejanya lalu ikut berdiri.
"DIAM! TIDAK AKAN ADA MOON RYUJIN ATAU MOON SOMI. YANG ADA HANYA MOON HAECHAN!"
Setelah itu, Haechan mendapat bola-bola kertas yang dilempar padanya. Teriakan serta tawa anak kelas itu membuat Taeil kembali semangat. Ternyata, dirinya tak salah dalam mengambil langkah hidup.
***
Jaemin mengikuti langkah Taeil yang ada di depannya. Ah, sehabis kelas tadi ia diminta untuk membawakan lembar kerja siswa ke ruang guru. Meskipun sedikit heran, tapi Jaemin iya-iya saja. Toh, dirinya bisa menjadi bermanfaat bagi orang lain.
"Jaemin-ah.."
"Nne, ssaem?"
"Sudah berapa lama, kau dan Renjun, Jeno, juga Haechan berteman?"
Jaemin tampak berpikir sesaat sebelum menjawab.
"Sejujurnya, aku tidak mengingatnya dengan baik ssaem. Tetapi jika dihitung itu semenjak kami kecil berumur 4 atau 5 tahun? Ada apa ssaem?"
Taeil menggeleng, "tidak, hanya tanya saja. Kembalilah ke kelas. Terima kasih banyak atas bantuannya."
Jaemin tersenyum lalu membungkuk 90° pada gurunya. Setelah itu ia kembali berjalan ke kelas. Dengan pikiran yang melayang-layang, entah ada angin apa gurunya itu tiba-tiba bertanya tentang persahabatannya? Seperti ada yang tidak beres.
Tanpa sengaja, Jaemin melewati papan pengumuman, lebih sering disebut mading oleh anak-anak sekolah. Ada banyak pengumuman yang tercantum disana, termasuk tanggal pengumuman kejuaraan olimpiade yang diikuti Renjun dan Jeno.
Besok pengumumannya..tidak lama lagi..
Setelah puas membaca beberapa informasi lain, Jaemin akhirnya meninggalkan dinding itu.
***
a/n : iya jaem tidak lama lagi ini tamat T-T
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.