[COMPLETED] Mereka semua punya luka yang tercipta oleh ruang yang terbuka. Menjadi kuat sebelum waktunya dan menjadi lemah disaat yang tidak seharusnya.
nct dream 00l present.
huang renjun.
lee jeno.
lee donghyuck.
na jaemin.
⚠️Bahasa baku
⚠️Ha...
Jaemin sesekali melirik pada Renjun. Ia tampak kosong hari ini. Ketika melihat guru di depannya sedang sibuk bermain handphone. Jaemin sedikit menyikut lengan Renjun. Membuat anak itu tersentak, kaget.
"Ada masalah? Kau tampak sangat kacau, apa kau menangis semalam suntuk lagi? Matamu membengkak."
Renjun hanya tersenyum kecil lalu menggeleng.
"Tidak ada apa-apa, jangan khawatir."
"Kau bisa bercerita padaku jika ingin.."
Namun, Renjun tetap meneguhkan hatinya. Ia tidak butuh siapapun untuk menjadi teman ceritanya. Ia bisa sendirian. Ia tak butuh orang lain. Berbeda dengan Renjun dan Jaemin yang kembali memerhatikan guru di depan. Jeno malah sibuk menutupi Haechan dari pandangan guru. Anak itu ketiduran. Dan benar-benar menyusahkan.
Hal ini karena semalam, ia memaksa untuk menemani ayahnya bermain catur, walau tau sendiri dirinya tidak tau menau mana jenis-jenis bidak catur. Ia cukup senang karena bisa berbincang-bincang dengan ayahnya. Meskipun berujung ia tertidur di ruang kerja sang ayah, dan terbangun karena suara bising ayahnya yang menerima telepon dari seseorang.
"Ada apa menelepon malam-malam begini? Harusnya kau menelepon besok saja. Ada yang bisa kubantu untukmu?"
"..."
"Tidak berat tapi lumayan melelahkan. Bagaimana denganmu?"
"..."
"Tidak biasanya kau meneleponku. Bicara saja, aku tidak bisa lama. Haechan ingin ku pindahkan ke kamarnya."
"..."
"Jangan gegabah. Tolong pikirkan anakmu. Dia masih kecil, seumuran Haechan. Dia masih sangat dini untuk paham dan menerima tentang orang tuanya yang berpisah, dan tentu saja itu bisa berdampak buruk pada tumbuh kembangnya sebagai seorang remaja."
"..."
"Jangan terbawa emosi. Ini bahkan larut malam, kau perlu istirahat. Jangan terlalu banyak pikiran. Aku akan meneleponmu besok."
"..."
"Selamat malam."
Haechan mengerjap-ngerjapkan matanya lucu, ini terasa dejavu. Kata-kata ayahnya nyaris persis dengan waktu itu. Apa Ayah Jeno menelepon lagi di tengah malam seperti ini? Dan tak lama kemudian, ia merasa tubuhnya diangkat oleh sang ayah.
"Siapa yang menelepon ayah.."
"Ah, teman ayah. Kau mendengarnya? Jangan pikirkan itu. Kau tidur saja. Ayah akan mengantarmu sampai kamar."
Haechan merasa ayahnya menurunkan dirinya pada kasur kamarnya, sedikit lagi sampai, sebelum—
"BANGUN, BODOH. Ini sudah bel istirahat." Haechan mengusap-usap telinganya, melirik sinis pada Renjun yang berteriak. Telinganya terasa pecah.
"Ayo ke kantin. Aku mendapat uang jajan tambahan dari Ayahku kemarin."
Jeno hanya tersenyum masam, kenapa semua ayah temannya terasa sangat sempurna? Mereka berempat berjalan bersisian menuju kantin. Haechan menyodorkan uang jajannya pada Jaemin secara diam-diam tanpa disadari oleh Renjun juga Jeno.
"Hey, mau bermain sepulang sekolah nanti? Ayolah, kita sudah jarang bermain bersama." Haechan mengusul.
"Aku akan ikut kalau aku yang menentukan permainannya." Jeno diam-diam tersenyum, licik.
"Baiklah. Yang penting kita semua bermain, aku tidak takut!" Haechan membalasnya tanpa gentar.
***
"Kalian harusnya tau aku tidak bisa berlari secepat kalian huh.."
Sosok pemuda berkulit tan itu mengerang pelan, menyuarakan ketidakadilannya terhadap ketiga temannya yang sedang menertawakannya.
"Yayaya! Berhenti menertawakanku!"
Namun yang terjadi, ledakan tawa itu malah terdengar semakin pecah.
"Dasar perisak! Akan aku laporkan pada eomma ku! Biar kalian semua dimarahi."
Sosok lainnya merangkul pemuda itu, lalu keempatnya tertawa dengan riang. Sesederhana ini pertemanan milik mereka.
"Renjun-ah, Jeno-ya, Jaemin-ah, ayo berjanji. Tidak akan saling melupakan dan saling membantu dikala susah! Kita harus tumbuh bersama-sama! Berbagi masalah bersama, dan juga berbagi makanan bersama!!" Pemuda berkulit tan itu menyodorkan kelingking miliknya ke depan dan disambut pandangan aneh dari yang lainnya.
"Kau ingin kami mengambil jari mu, Haechan?" Jaemin bertanya lebih dulu.
Haechan menepuk dahinya dengan keras.
"Tidak bodoh. Tapi seperti ini." Tangannya menarik satu-satu kelingking temannya hingga saling menaut satu sama lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Di Amerika, mereka menyebut ini sebagai pinkypromise."
Renjun mengerjap, lalu menyahut "tapi kita sekarang tak berada di Amerika."
Jeno dan Jaemin tampak terkekeh melihat Haechan mendengus. Tangannya sedikit menjambak rambut Renjun, lalu berlari secepat mungkin.
"DASAR HUANG BODOH RENJUN!"
Teriakan menggema milik Haechan itu membuat Renjun berlari mengejarnya, dan membuat Jeno serta Jaemin terpingkal-pingkal ditempatnya.
Meninggalkan dua orang yang saling kejar-kejaran itu, Jeno merangkul pundak Jaemin. "Ayo kerumahku, eomma ku sudah masak banyak!"
"Kajja Jeno-yaaa! Aku juga merindukan bibi!"
"YAK JENO JAEMIN! MAU KEMANA KALIAN?!"
"MATI KAU LEE HAECHAN!"
Mereka hanya tidak sadar, bahwa dalam setiap tawa yang mereka alunkan bersama, terdapat serpihan luka yang ikut menguap. Bahwa dibalik senyuman dan janji yang telah mereka ucap, mereka telah menyimpan luka masing-masing dengan sangat apik. Tanpa ingin berbagi, kepada siapapun.
***
A/n :
mari kita masuk ke cerita yang sesungguhnya :D jangan lupa vote nya ya maniessss, hehehehehe, semoga hari kalian menyenangkaaan!