[COMPLETED] Mereka semua punya luka yang tercipta oleh ruang yang terbuka. Menjadi kuat sebelum waktunya dan menjadi lemah disaat yang tidak seharusnya.
nct dream 00l present.
huang renjun.
lee jeno.
lee donghyuck.
na jaemin.
⚠️Bahasa baku
⚠️Ha...
Dihari berikutnya, tak ada satupun gadis yang sekedar mampir untuk menyapa Jeno atau memberikan hadiah lagi. Benar-benar damai, seperti kembali pada keadaan semula.
"Woah, Haechan. Kau mengatakan apa pada mereka? Mereka benar-benar tidak datang lagi."
Renjun yang sangat takjub membuat Haechan memukul-mukul dadanya sendiri, merasa bangga akan tindakannya kemarin.
"Sudah ku bilang. Serahkan pada Haechan!"
"Tetap saja perasaanku tidak enak. Kau pasti mengatakan yang tidak-tidak pada mereka?!"
Haechan yang dituduh seperti itu, lantas maju mendekat selangkah pada Renjun. Memasang pose kuda-kuda, siap menyerang.
"Kalau kau gagal, akui saja. Aku lebih hebat darimu. Ayo maju kalau berani denganku!" Renjun kemudian mendorong Haechan memojok pada dinding kelas dengan mudah.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
***
Pada jam istirahat, keempatnya kembali makan bersama di kantin. Dengan Jeno yang membayar makanan milik Haechan juga Jaemin.
"Jeno-ya, boleh aku tambah? Ini benar-benar kurang untuk porsiku!"
"Tentu saja kau boleh tambah. Dan aku akan mencekikmu saat pulang nanti."
Haechan mengercutkan bibirnya, kesal.
"Kau sungguh pelit, Lee Jeno!"
"Tolong katakan itu pada dirimu yang sudah makan tiga piring mi goreng tanpa mau berbagi denganku Tuan Lee Haechan terhormat!" Renjun menyela dengan sebal. Ia bahkan tidak diperbolehkan Haechan untuk menyicip sedikit saja makanannya.
"Kau tau sendiri aku berdiet dan menahan lama untuk ini!"
"Dasar, buntalan lemak."
"Mwo? Kau baru saja mengumpatiku?"
"Ani. Aku tidak mengatakan apapun."
"Aku mendengarmu! Kau mengataiku buntalan lemak! Lalu bagaimana denganmu? Kumpulan tulang-belulang?"
"DIAM KAU BUNTALAN LEMAK!"
"KAU KUMPULAN TULANG-BELULANG."
"KAU BENAR-BENAR ADALAH BUNTALAN LEMAK!"
"DAN KAU ADALAH KUMPULAN TULANG HIDUP!"
"KAU TIDAK LIHAT PIPIMU ITU? BENAR-BENAR BESAR!"
"LIHAT BADANMU! KAU BENAR-BENAR HANYA TERDIRI DARI KUMPULAN TULANG HIDUP!"
Banyak pasang mata yang memerhatikan perdebatan dari Haechan dan Renjun. Jeno dan Jaemin yang merasa malu akhirnya pergi lebih dulu, secara diam-diam.
"Aku kemarin melihat mobil paman Lee. Dia pulang lebih awal?"
Jeno dan Jaemin jalan bersisian disepanjang koridor. Jeno menganggukan kepalanya, ingatannya kembali pada hari kemarin bersama sang Ayah.
"Ibuku sakit. Jadi dia pulang lebih awal."
"Ayahmu sungguh sangat romantis! Kau tau, ibuku selalu bercerita bahwa ayahku tidak pernah memperhatikannya! Dia juga selalu mengatainya lempeng dan tidak romantis!" Jeno hanya terkekeh kecil nendengar cerita dari Jaemin, tanpa sadar benaknya melirih kecil.
Padahal ayah tidak sebaik kelihatannya..
Tak sengaja, mereka berpapasan dengan para penggemar Jeno yang kapan hari terus-terusan memberikan hadiah. Hal itu membuat Jeno merapatkan diri pada Jaemin, takut kalau-kalau gadis itu tiba-tiba mendatanginya.
Namun yang terjadi, para gadis itu hanya menunduk kaku, lalu pergi berpencar. Sepertinya mengandalkan Haechan dalam beberapa situasi tertentu tidak buruk juga.
"Jaemin.."
"Hng?" Jaemin menoleh dan berhenti melangkah ketika menyadari Jeno tertinggal dibelakangnya.
"Apakah menurutmu.. aku pantas ikut olimpiade sains sekolah?"
"Kenapa tidak? Kau sangat pantas untuk ikut. Tapi kenapa tiba-tiba? Kau bilang sudah tak tertarik mengikuti hal semacam itu."
Jeno tersenyum tipis, "hanya ingin saja."
***
Haechan bertepuk tangan mendengar cerita Jeno tentang gadis-gadis di koridor tadi. Gadis-gadis itu bahkan terlihat menghindari Jeno.
"Tidak buruk untuk memercayaiku kan?"
Haechan kemudian berdiri dan merangkul Jaemin, "baiklah, karena kalian berdua ada kegiatan. Maka aku dan Jaemin akan pulang bersama. Jangan khawatir. Kami akan mengabari kalian."
"Kalau begitu, aku ke lapangan dulu." Jeno mengemasi tasnya, dan berlalu lebih dulu. Hari ini adalah agenda latihan beladirinya.
"Aku juga akan ke lab sekarang."
Renjun melangkah pergi, sebelum Haechan berteriak.
"HATI-HATI KUMPULAN TULANG-BELULANG. JANGAN SAMPAI KAU TERBANG TERBAWA ANGIN YA."
Renjun hanya mengacungkan jari tengahnya ke udara tanpa perlu repot-repot untuk menoleh.
"Kajja!"
"Bukankah kita harus menunggu Han?"
"Dia sepertinya harus ke lapangan dulu, lebih baik kita menunggunya di halte saja."
Han yang melihat Haechan dan Jaemin sudah keluar dari sekolah, membuatnya segera menghadap pada pelatih.
"Ssaem, bisakah aku izin pulang lebih awal? Aku sudah pemanasan dan bertarung sedikit tadi."
"Tentu saja! Tetap perbanyak latihanmu ya, aku bisa-bisa botak kalau kau dan Jeno izin lagi di minggu berikutnya."
Han membolakan matanya, "Jeno izin hari ini ssaem?"
Guru pelatih dengan nametag Minhyun itu mengangguk pelan.