PART 40

34 13 0
                                    

"Teman terbaik adalah, teman yang akan selalu bersama, disaat kita tengah berada pada titik tertinggi maupun terendah sekali pun"
.................

Revina telah berbicara panjang lebar sedari tadi. Sejak, ia mulai menginjakkan kaki diruang BK ini. Gadis itu sama sekali tidak bisa mengendalikan emosinya, tatkala melihat kelakuan Diva terus saja mengelak.

"Bukan lo gimana, gue liat dengan mata kepala gue sendiri, kalo lo itu ngijek tali sepatunya Kyra!" pekik Revina.

"Lo jangan asal nuduh yah, emang lo ada buktinya?" elak Diva, membuat Revina langsung terdiam.

"Benar apa yang dikatakan oleh Diva, kamu harus punya buktinya dulu sebelum menuduh orang lain itu bersalah. Memang, apakah Nak Revina punya buktinya?" ujar Bu Ririn, sang guru BK. Revina hanya bisa menggeleng pasrah mendengarnya. "Nah, kalau kamu belum ada bukti apapun yang bisa menjelaskan, kalau Diva memang benar bersalah, kamu tidak boleh asal menuduh orang sembarangan gitu. Nanti yang ada, malah menjadi pencemaran nama baik!" cicit Bu Ririn.

"T-tapi bu saya—" belum sempat Revina menyampaikan pembelaan diri, Bu Ririn langsung memotong ucapannya.

"Sudah Revina, cukup. Ibu tidak mau dengar apapun lagi soal kasus ini, sebelum kamu benar-benar membawa bukti yang kuat, untuk pembelaan diri!" tegas Bu Ririn, "baiklah, cukup sekian dulu pertemuan kita kali ini, segera kalian kembali ke kelas kalian, dan mengikuti mata pelajaran selanjutnya!" usir Bu ririn halus.

"Permisi bu!" pamit Revina, dengan rasa kesal yang sedang menggerogoti hatinya. Revina keluar terlebih dahulu dari ruangan itu, disusul oleh Diva yang berada tepat dibelangkangnya.

"Udah gue bilang kan, percuma aja lo laporin gue ke BK, malah buang-buang waktu doang. Yang ada malah elo sendiri kan yang malu, citra nama baik lo pun turun di mata guru-guru. Emang yah nasib lo jelek banget sama kaya temen lo itu si Kyra, kasian!" sembur Diva.

"Puas yah lo, ketawa aja yang kenceng. Lo kira gue bakalan diem gini aja?" kekeh Revina sedikit menghina, "Gue gak akan pernah berhenti sampe disini, gue akan bongkar seluruh kebusukan lo. Tunggu aja nanti, saat dimana semua orang tau tentang semua kebusukan yang ada di elo!" tegas Revina, yang langsung pergi dari tempat itu, meninggalkan Diva yang meneriakin dirinya.

"LO PIKIR GUE TAKUT HAH? GUE GAK TAKUT SAMA LO!" pekik Diva.

❄❄❄💮❄❄❄

Raut wajah Revina yang kusut pun berubah seketika, tatkala mendengar suara lembut Kyra yang tengah berbincang-bincang dengan Fino. Seulas senyuman pun mengembang dari bibir indahnya itu.

Dengan perlahan Revina pun membuka kenop pintu tersebut. Memperlihatkan tubuh mungil Kyra, yang tengah terduduk di atas ranjang, ditemanin oleh Fino yang sedang duduk disampingnya.

"Kyra Lu gpp kan? sekarang gimana? lo udah baikkan? Lo udah makan belum?" tanya Revina yang langsung menghampiri Kyra dan duduk di sebelahnya.

"Nanyanya satu-satu dong, jadi bingung tau, mau jawab yang mana dulu" kekeh Kyra

"Iya maaf, abisnya aku khawatir sama lu, Ky," cengir Revina "Btw lu sekarang udah baikan kan?"tanyanya khawatir.

"Iya, alhamdulilah aku udah baikkan kok, semua ini berkat Fino!" tunjuk Kyra dengan seyum manisnya.

"Makasih yah Fin udah jagain Kyra!" ujar Revina berterimakasih kepada cowok itu yang sedari tadi menjaga, merawat, serta membawa Kyra kesini, saat tidak ada Revina.

"Sans aja kok, gue juga gak keberatan!" ujar Fino, tersenyum tipis. "Gue keluar dulu yah, mau buang sampah!" Cowok itu pun langsung beranjak keluar UKS. Sembari membawa sampah obat-obatan dan makanan milik Kyra.

"Gue anterin lo pulang yah?" tawar Revina. "Nih tas lo, udah gue bawain?" menyondorkan tas ransel berwarna hijau toska kepada Kyra.

"Tinggal satu mapel lagi Rev .... tanggung kalo aku absen." tolak Kyra.

"Kyra .... lo itu lagi sakit, jadi lo harus istirahat dulu dirumah, jaga kesehatan lo, entar klo udah baikkan lo boleh kok sekolah lagi kok!" jelas Revina.

"Tapi—"

"Bener apa yang di bilang sama Revina, istirahat aja dulu di rumah, gak usah terlalu dipaksain. Lo ingetkan apa pesen Dokter tadi?" potong Fino, yang etah sejak kapan sudah berada lagi didalam ruang UKS itu.

"I-iya udah deh" ucap Kyra pasrah.

"Gitu dong, entar kalo lo udah sembuh gue traktir makan deh selama 3 hari, gimana?" tawar Revina.

"Beneran yah?"

"Iya-iya janji!" Revina pun memajukan jari kelingkingnya kearah Kyra, dengan cepat Kyra pun menautkan jari kelingkingnya, ke atas kelingking Kyra, lalu berberapa detik kemudian mereka pun tertawa bersama.

WISH STONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang