"Bersikaplah biasa, dan jangan biarkan hal-hal yang negatif mengganggu hal yang baik"
.........."Lama banget!"tanya Revina, saat Kyra telah kembali ke tempat duduknya.
"I-iya tadi kebetulan aja ada anak kelas lain yang lagi ganti seragam, mangkanya jadi lama deh!" tutur Kyra. Ia terpaksa berbohong kepada Revina, karena tidak tahu harus menjelaskan apa kepada Revina, bahwa tadi secara tidak sengaja, ia sempat ribut sedikit dengan Fino.
"Oh ... gitu!"balas Revina singkat, dengan tangan yang masih asik mencatat semua materi yang ada dipapan tulis
"Rev, aku nanti pinjem catetan mu yah! Soalnya aku ketinggalan, ada beberapa materi di depan udah keburu di hapus!"ucap Kyra saat menyadari bahwa batas tulisan yang sedang ia catat, telah terganti oleh tulisan yang lain.
"Iya boleh kok, tapi entar kalo Lo udah selesai nyatet yang ini, Gue gantian yah minjem catetan Lu, yang sebelum Gue masuk!"ucap Revina menoleh kepada Kyra, sebuah senyuman pun mengembang diwajah oval miliknya, menambah kesan anggun dari seorang Revina.
"Oke!"balas Kyra dengan senyuman ramah nan hangat khasnya.
❄❄❄💮❄❄❄
"Buset makin rajin aja lo bro!" ucap Guntur yang tiba-tiba datang mengagetkan dirinya, dari arah samping."Ngepel lantainya yang bersih yah, biar entar istri lo gak brewokan"ledek Bayu.
"NJIRR ... YANG ADA COWOK ITU BAY, YANG BREWOKAN. BUKANNYA CEWEK!" ngegas Putra.
"NGEGAS AJA LU KAYA ODONG-ODONG!" ucap Bayu, tidak mau kalah.
"ODONG-ODONG GAK DI GAS JULEHAH!"
"LAH SIAPA YANG BILANG TUKIJEM?!"
"LO BARUSAN BILANGNYA GITU!"
"BILANG GIMANA?!"
"BILANG KLO ODONG-ODONG ITU DI GAS!"
"LAH, ITU LO YANG NGOMONG, BUKAN GUE?!"
"Lama-lama, gue sleding juga nih ginjal kalian berdua, diem bisa gak sih. Entar kalo pada ribut bisa dimarahin ama guru sebelah noh!" ketus Fino, yang langsung menghentikan kegiatan mengepel lantainya.
"Tau tuh panci gosong, mulutnya udah kaya toa masjid!" cibir Bayu memajukan bibirnya.
"BWAHAHAHA! emang keterlaluan nih mulutnya Bayu, masa abang Putra yang kuasepp begini dibilang mirip panci gosong, ya kan Put"cibir Agung, sok membela.
"Tau tuh si Bayu, syirik kali yah dia. Mangkanya sering ngeledekin gue mulu. Emang sih gue tau, cowok ganteng kaya gue mah, pasti banyak yang ngagumi!" ucap Putra.
"Prett, najis tau gak lo Put!" sembur Guntur.
"Muka lo Put, sama Pak Udin, masih gantengan Pak Udin tau!"timpal Fino dengan tangan yang masih sibuk mengepel lantai.
"Pak Udin guru matematika yang palaknya botak trus kumisan, yang kumisnya udah kaya ikan lele, dan galaknya nauzubilah, kalo ngomong suka pake kuah itu?" tanya Putra.
"Iya yang itu!"jelas Fino.
"Innalillahi Wa Innalillahi Rojiun, masa gue disamain sama dia sih? yah enggaklah, masih gantengan juga gue kali Fin!" ucapnya, membuat keempat temannya itu kini tertawa terbahak-bahak.
"Ya udah kali, terima aja nasib lo Put!" kekeh Bayu.
"Gak ada yah, gak mungkin juga kali gue jelek segitunya!" ucap Putra semakim membuat susana kini di penuhi oleh gelak tawa mereka.
"Udah-udah, mending kita ke kantin aja, ya kan Fin!" ajak Guntur, yang tawanya kini mulai mereda.
Memang sudah menjadi niat mereka berempat, untuk bolos jam pelajaran, hanya sekedar untuk menemui Fino, dan mengajaknya pergi kekantin bersama.
"Hmmh ... terus ini gimana?"cercah Fino.
"Udah tinggalin aja lah Fin!"timpal Agung dengan santainya.
"Enak aja kalo ngomong, batuin gue dulu lah, biar cepet kelar!" Ucap Fino sembari menyondorkan alat pel ke arahnya.
"Njirr ... ngapain kita kena imbasnya juga!"tolak Agung.
"Lo gak mau bantuin nih? Yaudah fine, tapi entar kalo Lo butuh—!"
Seolah paham ancaman apa yang akan Fino lontarkan kepadanya, Agung pun buru-buru untuk segera melaksanakan perintah ketuanya itu.
"Ampun bos, iya deh iya nih anak buah siap melayani pak ketua dengan senang hati!"ucap Agung pasrah. "tapi nanti Gue tetep bolehkan ya, minjem duit Lo kalo Gue lagi bokek, hehe!"cengir Agung namun hanya dibalas gumaman kecil oleh Fino
"Lo bertiga jangan cengar-cengir gak jelas kaya orang gila gitu, bantuin juga nih!"
"Kita juga Fin?" tanya Putra, Guntur, dan Bayu kompak
"Iya, mau cepet kelar gak nih, biar kita bisa langsung cabut kekantin."
"Karena kami ini anaknya baik hati dan tidak sombong, demi Pak Ketua apapun akan kami lakukan!"ucap Bayu di ikuti oleh Putra yang membawakannya sebuah ember yang berisikan air, dan Guntur yang mengepel.
KAMU SEDANG MEMBACA
WISH STONE
Teen FictionTidak semua hal yang terjadi sesuai dengan kehendakmu, begitu pula dengan takdir. Bagaimana rasanya, ketika orang yang sangat kamu sayangi justru menyakitimu bahkan memperlakukanmu dengan begitu hina. Membencimu, menyiksamu, bahkan tak segan ingin m...