"Terkadang, sebuah ketidak sengajaan mengahantarkan kita pada perjalanan yang panjang, yang selalu berakhir dalam sebuah kesalahan dan penyesalan."
................Kyra tercengang, ia tak percaya kalau cowok yang sedari tadi berada dihadapannya itu kini mulai berbicara kepadanya. Lebih tepatnya ia kaget, karena ternyata cowok itu bisa bicara. Ya tentu Kyra pasti akan kaget, pasalnya sejak tadi ia telah bersusah payah mencari cara agar bisa mengajak cowok itu mengobrol, sampai-sampai Kyra pun harus menggunakan bahasa isyarat sebagai alternatif lainnya.
Pipinya merona seketika, karena menahan malu. Tatakla menyadari, bahwa dirinya telah menjadi tontonan beberapa teman sekelasnya, yang entah sudah berapa lama berada didalam kelas tersebut, memperhatikan gelegat mereka berdua. Kyra mulai merutuki dirinya sendiri, karena telah bertingkah bodoh seperti tadi, apalagi ia juga telah beranggapan bahwa cowok tersebut adalah seorang tunarungu.
"Maaf tadi aku tidak bisa mendengarkanmu karena sedang asik mendengarkan sebuah lagu, jadi tadi kamu mau bicara apa?" ucap cowok tersebut sembari melepaskan earphone bluetooth yang bertengger ditelinganya.
Kyra membelalakkan matanya tak percaya, sekarang ia memang benar-benar telah terlihat sangat bodoh dihadapan cowok itu. Kyra hanya bisa tertunduk lesu sembari menggeleng kikuk.
"Permisi, izinkan aku lewat, aku ingin duduk!" ucap Kyra tak bersemangat.Tanpa pikir panjang, cowok itu pun beranjak dari posisinya yang semula duduk menjadi berdiri, dengan maksud memberikan jalan untuk Kyra lewat dan duduk di sebelahnya. Dengan ragu Kyra akhirnya duduk disebelah cowok itu,lebih tepatnya di pojok dekat dinding.
"Arga!" ucap cowok itu singkat, membuat Kyra refleks menoleh kepadanya, Kyra menatap lekat cowok yang kini mulai kembali sibuk dengan handphonenya itu, dengan seulas seyum bahagia yang mengembang diwajahnya.
Belum sampai beberapa menit Kyra menyadarkan tubuh diatas kursi kayu tersebut, ketiga cewek stress yang kemarin melabraknya itupun tiba dikelas, dengan senyum licik mengarah ke pada Kyra.
Kyra tak ambil pusing soal itu dan mencoba mengabaikan semua hal yang telah terjadi dengan membaca novel miliknya, tak lupa ia juga memasangkan earphone di telinganya, karena malas mendengarkan suara-suara gaduh yang ditimbulkan oleh teman-temannya.
Sudah berapa menit, Kyra masih saja asik berada dalam dunianya, dan ia sama sekali tidak menyadari, kalau bel masuk jam pelajaran telah berbunyi. Semua murid langsung berhamburan ketempat duduk mereka masing-masing, tak lama seorang guru pun datang. Kondisi kelas yang tadi begitu ramai pun kini telah berubah menjadi sunyi senyap layaknya kuburan.
Semua anak terdiam, tidak ada satu pun yang berani bersuara, tenang dan tegang begitulah kondisi kelas saat ini. Entah aura apa yang terpancar dari guru tersebut, sehingga mampu membungkan mulut mereka seketika.
Sebenarnya apa yang perlu di takutkan dari sosok wanita muda berparas cantik tersebut, wanita itu sama sekali tidak terlihat menyeramkan, layaknya para hantu di film horor, tapi entahlah mengapa semua murid malah takut kepadanya.
Tanpa di sadari oleh Kyra, guru tersebut berjalan perlahan ke arahnya, lalu menarik lepas earphone dari telinga Kyra tanpa izin. Sontak hal itu membuat Kyra terpelonjat kaget, dia refleks menarik kembali earphone miliknya itu, tapi tanpa disadari yang menarik earphone dari telinga adalah seorang guru. Kyra pun hanya bisa terdiam pasrah, melihat earphonenya telah berada di tangan sang guru.
"Hei nak, kuping kau ini tidak dengar kah, kalau bel masuk sudah berbunyi?" tegas guru tersebut.
"E—enggak bu, maaf." kata Kyra seraya tertunduk segan.
"Sepertinya aku baru pertama kali ini lihat kau dikelas, kau murid baru ya?"tanya guru tersebut dengan logat khasnya.
"I—iya bu" Kata Kyra gugup.
"Nama kau ini siapa hah?" tanya guru itu.
"Kyra Bu!" jawabnya pelan.
"Murid baru saja sudah tidak bisa mentaati tata tertib di sekolah ini, bagaimana pula dengan mereka itu!" tunjuk guru tersebut kepada teman-teman Kyra yang menjadi maksudnya ia memberikan contoh.
Kyra hanya bisa diam membukam, yang saat ini bisa dia lakukan hanyalah mengumpati dirinya sendiri dalam hati.
"Sebagai hukumannya, karena kau tidak mau menaati peraturan dan juga tidak mau menghargai aku ini sebagai guru pengampu. Maka aku akan beri kau hukuman, hormat kau nak ya, didepan tiang berdera sana hah, sampai bel istirahat bunyi, paham kau nak?" tegas guru tersebut.
Mau tidak mau, Kyra harus menerima hukuman tersebut dengan lapang dada, dia juga tahu bahwa itu semua memanglah kesalahannya.
"Iy—iya bu!""Ya sudah silahkan"ujar sang guru.
Dengan terpaksa, Kyra pun beranjak pergi, meninggalkan kenyamanan ruang kelasnya itu.
Sorotan mata penuh kebahagiaan pun terpancar dari mata ketiga gadis stress itu, mereka terlihat begitu menikmatinya.Kyra bingung, etah ada apa dengan ketiga siswi perempuan itu, mereka sepertinya sangat benci dan tidak suka akan keberadaan Kyra. "Yah bodo amat lah, aku juga enggak butuh teman seperti mereka" pikir Kyra.
Sinar matahari, membakar hangat kulit putih Kyra, sudah 30 menit ia berdiri dilapangan ini, dengan tangan yang masih setia menempel dipelipisnya,l keringat pun mulai bercucuran dengan bebasnya, membasahi sekujur mungil gadis tersebut.
"Sial banget sih aku hari ini, tadi pagi aku udah jadi orang paling bego disekolah, sekarang tambah lagi masalahnya, jadi keliatan banget kayak anak yang lagi bermasalah!" gumam Kyra kesal. "Agra kemana sih? kok tadi dikelas dia gak ada ya? Kapan dia pergi dari kelas? Kenapa dia gak kasih tau dulu kek sebelum pergi, pamit dulu gitu. Astaga Kyra ... sadar Kyra, sadar, kamu siapanya Arga coba? sahabat bukan? Temen baru aja kenal tadi pagi, pacar apa lagi. Udah Kyra cukup halunya yah, mentang-mentang tuh cowok mirip oppa-oppa korea favoritmu tapi jangan deh ngehalu buat dapetin dia, mustahil!"Lanjut Kyra yang masih sibuk berdebat dengan dirinya sendiri.
Seluruh pasang sorot mata yang lewat disekitar lapangan itu pun menatap Kyra iba, tak jarang dari mereka pun ada mulai berbisik-bisik menebak pelajaran dan kesalahan apa yang membuat ia sampai dihukum disana dengan waktu yang cukup lama tesebut.
Kyra hanya bisa menghela nafas pasrah, ia harus bisa menjalankan hukumam ini sampai bel istirahat berbunyi. Sungguh yang ia rasakan saat ini adalah sebuah rasa menyesal, dia telah membuat suatu kesalahan lagi di sekolah barunya ini. Pertama terlambat masuk sekolah, dan kedua ia harus di hukum karena kecerobohannya itu.
Tiba-tiba saja kepala Kyra terasa sangat pusing, telinganya terus saja mengeluarkan suara denging yang cukup kuat, diikuti dengan penglihatannya yang mulai terasa berkunang-kunang.
BRUKK ....!
Dalam sekejap tubuhnya pun ambruk ke tanah, pandangannya pun terasa kabur, samar-samar ia masih merasakan bahwa tubuhnya langsung dibopong oleh seseorang. Entah siapa, Kyra tidak sempat melihat wajahnya, ia hanya melihat sebuah kalung berbentuk phoenix melingkari leher orang itu, sebelum semuanya menjadi gelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
WISH STONE
Подростковая литератураTidak semua hal yang terjadi sesuai dengan kehendakmu, begitu pula dengan takdir. Bagaimana rasanya, ketika orang yang sangat kamu sayangi justru menyakitimu bahkan memperlakukanmu dengan begitu hina. Membencimu, menyiksamu, bahkan tak segan ingin m...