"Disinilah sekarang aku berada, memulai kisah hidup baruku."
.............."Kelas 12 ipa A!" ujarnya, sepanjang koridor sekolah, mencari-cari keberadaan kelas barunya itu. Kalian pasti bertanya dimana kepala sekolahnya? Dan kenapa dia tidak mengantarkan Kyra kekelasnya layaknya murid baru?
Ya itu karena, tadi kebetulan saja kepala sekolahnya itu sedang ada kepentingan mendadak yang tidak bisa dia tinggalkan, terpaksa Kyra sendirilah yang mencari keberadaan kelas barunya itu.
"Kelas 12 ipa A? Eh ... ini?" ucap Kyra yang menajamkan penglihatannya pada papan nama yang mengantung didepan ruangan tersebut "yeahh ... akhirnya ketemu juga!" pekik Kyra kegirangan.
Tok, tok , tok!
"Assalammu'alaikum, permisi!" ujarnya kepada seluruh penghuni yang berada didalam rungan tersebut. Seorang wanita paru baya dengan wajah yang begitu ramah tengah berdiri ditengah-tengan ruang kelas tersebut, memandangi Kyra.
"Waalaikumsalam" jawab sang wanita paruh baya tersebut yang tak lain adalah gurunya.
"Pagi bu!" sapa Kyra sopan, sembari mengecup punggung telapak tangan guru tersebut.
"Pagi, kamu murid baru yah?" tanya guru itu kepada Kyra.
"Iya bu, nama saya Kyra!" jawab Kyra memperkenalkan diri.
Mendapati Kyra hanya datang sendiri, membuat guru itu pun bertanya padanya.
"Kamu kesini sendirian? Gak kesasar kan?" tanya sang guru dengan nada khwartir."E—enggak bu, hehe." Kyra menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Awalnya beliau berniat hendak mengantarkan saya sampai kekelas, tapi karena sedang ada kepentingan mendadak, jadi saya di suruh untuk mencari sendiri." jawab Kyra yakin.
"Oh ... begitu, ya sudah nak, silahkan kamu memperkenalkan diri di depan" titah guru itu.
"Pagi semua!" sapanya ramah kepada seluruh teman barunya.
"Pagi juga!" jawab seluruhnya, kompak.
"Pagi juga cantik!" celetuk salah satu murid laki-laki yang mengeluarkan suara paling lantang.
"Perkenalkan nama saya Kyra Alisca, biasa dipanggil Kyra, aku pindahan dari Jakarta, salam kenal yah semua!"
"Eh ... mau jadi pacar gue gak?" celetuk, salah satu cowok diikuti oleh sorak ria seisi kelas.
"Cantik bener neng jadi pengen ambil" timpal salah satu cowok.
"Pipinya cuby, gemes banget jadi pengen cubit" tambah yang lain genit.
"Putih banget kulitnya, idaman gue banget nih!"
Kelas yang tadi sunyi kini menjadi sangat berisik, beberapa anak laki-laki dikelas mulai memperebutkan Kyra.
"Sudah-sudah kalian kok semua pada ribut, untuk sesi tanya jawabnya kalian bisa tanya-tanya saat jam istirahat, sekarang waktunya ibu mau lanjut materi yang tadi,PAHAM !" tegas guru tersebut.
"Paham bu" jawab seluruh murid kompak.
"Kyra kamu boleh duduk di bangku paling pojok itu yah, disana kamu enggak sendiri, teman sebangku kamu hari ini tidak masuk jadi, kamu duduk sendiri dulu yah!" tunjuk guru tersebut.
"Bu dia duduk sama saya aja?" tawar salah satu siswa laki-laki, membuat yang lain ikut berebut menawari tempat duduk kepada Kyra.
"Mending sama gue yakan, cantik?" tukas murid laki-laki yang lain.
"Sama gue aja sini, neng!" tambah yang lain, membuat teman disampingnya bergumam sebal.
"Njirr ... terus gue duduknya dimana dong?" protes teman sebangkunya
"Ya lu pindahlah disana, pojok!" balasnya santai.
"Dasar bangs—!" teman yang diusir itu hendak mengumpat, namun mulutnya sudah terlebih dahulu dibekap oleh tatapan tajam sang guru.
"Kalian semua kalo masih pada ribut ibu hukum kalian, lari sepuluh kali dilapangan mau?" bentak sang guru.
"Jangan galak-galak atuh bu, entar tambah keliatan tua!" cengir salah satu murid laki-laki yang duduk di bangku paling pinggir.
"Hush ... dasar bocah, ya sudah kalian semua jagan pada ribut!"
"Asiiyaap mami" ujar tiga orang murid lelaki yang berisik tadi kompak, diikuti dengan gelak tawa seisi kelas.
"Kyra silahkan!" titah guru itu
"Iya bu terimakasih." Jawab Kyra sopan.
Entah kenapa, saat Kyra hendak menuju ketempat duduknya, ada tiga pasang sorot mata yang memandangi Kyra dengan tatapan mata sinis. Sesekali mereka tersenyum kecut nan licik ke arahnya. Kyra tetap mencoba bersikap ramah, ia memberikan seulas senyuman ramah kepada ke tiga orang tersebut.
Sepanjang jam pelajaran, Kyra tidak bisa fokus. Semua murid laki-laki selalu menggodanya, melemparinya dengan kertas yang berisikan kata-kata gombal, bahkan ada yang mencoba mengajaknya ngobrol. Namun ia mencoba untuk menghiraukan itu semua dan mencoba memfokuskan dirinya pada materi yang diberikan oleh guru yang berada didepan.
KAMU SEDANG MEMBACA
WISH STONE
Teen FictionTidak semua hal yang terjadi sesuai dengan kehendakmu, begitu pula dengan takdir. Bagaimana rasanya, ketika orang yang sangat kamu sayangi justru menyakitimu bahkan memperlakukanmu dengan begitu hina. Membencimu, menyiksamu, bahkan tak segan ingin m...