“Sekeras apapun tertawa, pasti tetap saja ada luka dibaliknya.”
......."Kaki Lo gimana masih sakit?" tanya Fino, memecahkan keheningan diantara mereka.
"Emm ... ma-masih sedikit!" jawab Kyra.
"Mau gue anter ke dokter?" tawar Fino, dengan mata yang masih terfokus menatap jalan.
"Egh ... u-udah gapapa kok, palingan bentar lagi sembuh, udah gak terlalu sakit juga sih kaya tadi!"
"Beneran?" tanya lelaki itu, ragu.
"Hu'um ... iya gapapa kok!" ujar Kyra meyakinkan.
Setelah beberapa menit berkendara, akhirnya mereka pun sampai. Saat hendak turun dari dalam mobil, sepintas mata gadis itu sempat menangkap wujud sebuah motor tua, dengan kondisi motor yang telah dimodifikasi, dengan begitu berantakannya, tengah terparkir begitu saja di halaman rumahnya.
Entah, Kyra tidak tahu motor siapa itu. Perasaannya pun kini tidak karuan. Kyra yang penasaran pun buru-buru untuk segera turun dari mobil itu, memastikan dengan segera, siapakah sosok sang pemilik motor itu.
Saat hendak turun dari dalam mobil, Kyra yang ceroboh itu pun sampai tidak sadar, kalau ternyata kakinya masih belum sembuh. Ia hampir saja jatuh tersungkur ketanah. Namun, belum sempat hal naas itu terjadi kepadanya, dengan sigap Fino pun langsung menangkap pundak Kyra dengan kedua tangannya, menahan tubuh mungil gadis itu agar tidak terjatuh.
"Ma—makasih!" ujar Kyra menoleh ke arah Fino.
Dengan telaten, Fino pun membantu Kyra berjalan perlahan, selangkah-demi selangkah. Ia terus memegangi tangan dan pundak Kyra dengan begitu erat.Baru saja, langkah mereka terhenti tepat di depan pintu rumah yang tidak tertutup rapat tersebut. Betapa syok dan terkejutnya Kyra, saat ia mendapati sang adik Semata Wayangnya, Awi. Tengah bermesraan dengan seorang lelaki. Begitu genitnya ia, sehingga duduk di atas pangkuan lelaki itu. Membuat siapapun yang melihat sikap kedua orang itu merasa jijik.
"AWII...!" pekik Kyra, membuat kedua remaja yang tengah dimabuk asmara itu pun langsung terpelonjak kaget. "AWI! APA-APAAN INI? KAMU TAU KAN, SEMUA ORANG SAAT INI LAGI GAK ADA DI RUMAH, TERUS KENAPA KAMU MALAH BAWA, SEMBARANG LAKI-LAKI KERUMAH!" ucap Kyra setengah emosi.
Kyra lalu melirik ke arah Fino, mengisyaratkan untuk lelaki itu agar melepaskan genggaman tangannya dari pundak Kyra. Fino yang berada dibelakang Kyra pun hanya bisa menatap gadis yang berada dihadapannya ini iba. Tanpa bisa berbuat apapun, untuk membantunya. Karena fikirnya, ini adalah masalah keluarga mereka, jadi tidak berhak untuk mencampuri urusan mereka berdua.
Dengan muka yang jutek dan mata yang melotot, Awi langsung bangkit dari tempat duduknya, berjalan mendekat kearah Kyra, meninggalkan lelakinya itu, yang kinu tengah berlagak memainkan ponsel miliknya.
"APA? MAU LO APA HAH! LO BUDEK YAH, APA PERLU GUE PERJELAS LAGI. SEKALI LAGI DENGERIN INI BAIK-BAIK. LO ITU, GAK BERHAK IKUT CAMPUR DAN SOK NGATUR-NGATUR HIDUP GUE, KARENA LO ITU BUKANLAH SIAPA-SIAPANYA GUE, BAGI GUE LO ITU CUMAN SEORANG PEMBUNUH, LO ITU BERENGSEK KYRA, GAK LEBIH. NGERTI!" ucap Awi, dengan nada suara tinggi."Sa—sampai kapan awi ... sa—sampai ka—pan kamu terus saja nyalahin kakak atas me—ninggalnya Papa," isak Kyra, yang sudah tidak kuat lagi untuk menahan air matanya agar tidak jatuh.
"Cih...PIKIR AJA SENDIRI!" ketus Awi,"Beb, cabut yuk! gue muak lama-lama disini, gak seru disini kita ke klub aja yuk!" ajak Awi kepada lelaki itu, yang tak lain adalah pacar barunya. Tanpa babibu lagi, cowok itu langsung bangkit dari tempat duduknya dan berjalan keluar dari dalam rumah terlebih dahulu, meninggalkan Awi yang masih menatap Kyra sinis.
KAMU SEDANG MEMBACA
WISH STONE
Teen FictionTidak semua hal yang terjadi sesuai dengan kehendakmu, begitu pula dengan takdir. Bagaimana rasanya, ketika orang yang sangat kamu sayangi justru menyakitimu bahkan memperlakukanmu dengan begitu hina. Membencimu, menyiksamu, bahkan tak segan ingin m...