Tanpa mereka sadari, pak Joko menggerakkan sedikit demi sedikit jari-jemari tangannya. Kemudian ia berlirih..
"D...ditya.."
"Ayah" jawab Ditya yang berbinar matanya
"Bunda.."
"Ayah. Bunda senang ayah sudah sadar"
"Ah.. (teringat kejadian tadi), ta..di ayah kecelakaan. Kita, dirumah sakit yah?"
"Iya Ayah. Ayah istirahat saja, jangan banyak pikiran"
"Nak.. terimakaksih yah, ka..kamu sudah menolong dan membawa om ke kesini"
"Sama-sama om"
"Dit..ya, ayah boleh minta sesuatu sama kamu?"
"Tentu boleh ayah, sebutkan saja. Aku pasti akan memenuhinya"
"A..yah mau, kamu menikah dengan orang yang telah menolong ayah malam ini juga"
"Menikah, bagaimana ini" Lirih Anaya dalam hati. ia belum siap, tegas hatinya.
"Tapi ayah.."
"Ayah mohon, Ah.." Meringis kesakitan dan megangi kepalanya
"Baiklah ayah, Ditya akan menuruti permintaan ayah" Tak punya pilihan lain
"Ayah.." Raut muka bu Ida memelas. Ditya menghampiri Anaya lebih dekat.
"Anaya bagaimana ? Apakah kamu mau menikah dengan saya ?" Pintanya dengan lembut
"Saya bingung kak, saya baru kenal kakak dan bertemupun baru beberapa kali saja. Saya berniat menikah, namun nanti setelah kuliah" Raut muka Anaya memelas
"Saya mohon, menikahlah dengan saya. Saya berjanji akan mencintaimu, saya berjanji akan menjagamu, membahagiakan-mu, selalu disampingmu termasuk menemani semua langkah untuk menggapai mimpi-mimpimu"
"Tapi kak.." terpotong
Arghhh (suara ayah Ditya kesakitan)
"Ayah.., Aku mohon A..anaya. Saya punya firasat tentang ayah saya, bantulah saya untuk memenuhi keinginannya"
"Tapi bagaimana dengan keluargaku, teman-teman-temanku, aku belum siap" Megeluarkan isi hatinya
"Keluargamu, biar aku yang mengabari dan masalah teman-temanmu aku akan tetap menemanimu sampai kamu siap" meyakinkan
"Baiklah, dengan mengucap Bis.. bismillahirrahmanirrahim Aku.. Aku siap menikah dengan kakak" ungkapnya yakin namun masih diselimuti kebimbangan
"Alhamdulillah.." ucap bu Ida
"Terimakasih Anaya" mengucap dengan senyuman
"Nak.. pakailah cincin ini untuk mahar pernikahnmu" Ayah melepas cincin yang dipakainya, dan memberikannya kepada Ditya
"Pakai juga cincin ini, sebagai tanda pernikahan kalian dan sebaiknya Anaya memakai cincin bunda, karena mungkin akan lebih pas ketika dipakaikan di tangannya" melepas cincin dan memberikannya kepada Ditya juga
"Terimakasih.. ayah, bunda. Kalau begitu aku akan menghubungi keluarga Anaya terlebih dahulu, kemudian mencari penghulu untuk pernikahan kami. Boleh kan yah.."
"Boleh nak.. silahkan" suaranya dan keadannya semakin melemas dan tak berdaya
Dalam keadaan tersebut, Anaya hanya terdiam berselimut kabut bahagia, yakin namun penuh kebimbangan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ditya & Anaya
RomanceMemiliki kepribadian pendiam, membuat Anaya juga diam-diam menutupi status pernikahannya. Seperti apa sebenarnya, kehidupan mahasiswa yang sudah menikah itu ? Baca yukk, janga lupa vote juga yah...