Memiliki kepribadian pendiam, membuat Anaya juga diam-diam menutupi status pernikahannya.
Seperti apa sebenarnya, kehidupan mahasiswa yang sudah menikah itu ?
Baca yukk, janga lupa vote juga yah...
Sampai tengah malam Anaya berulangkali menangis, wajahnya sembab. Usaha Ditya untuk menenangkanpun, tidak berhasil,
"Mas.., anak kita laki-laki apa perempuan ? dimakamkan dimana ?"
"Anak kita laki-laki sayang, dia dimakamkan di samping makam Ayah"
"Laki-laki adalah anak pertama yang Nay inginkan" terisak sejenak
"Mas, kasih nama anak kita siapa ?"
"Chrisya Putra Yanaya, nama yang sempat kita pilih bersama"
"Chrisya.." Anaya kembali menangis
"Mas, Nay udah boleh pulang belum ? Besok nay mau ke makam Anak kita mas" pintanya
"Besok pagi, mas tanya dulu sama dokter yah"
"Iya mas, tapi mas usahakan yah. Besok nay bisa pulang dan pergi ke makam menemui anak kita"
"Iya sayang, sekarang istirahat yah. Biar besok di ijinin pulang sama dokter"
"Iya mas" Ditya lega karena Anaya sudah bisa mengontrol kesedihannya, ia mengelus kepala Anaya dan mencium keningnya
Esok harinya di pagi hari Ditya menemui dokter, ia meminta izin agar istrinya bisa pulang hari ini. Dokter mengatakan bahwa hasil pemeriksaan, keadaan Anaya sudah cukup membaik dan boleh pulang. Akan tetapi sebelum Ditya keluar dari ruangan, dokter mengatakan bahwa penyebab kegururan Anaya yaitu karena ia memakan pil penggugur kandungan.
Saat mengetahui hal tersebut Ditya merasa heran, kenapa penyebabnya karena meminum pil penggugur kandungan. Apa ia sengaja melakukannya ? Lalu tadi malam, tangisnya !! Apa hanya sebuah sandiwara ?
Ditya menghampiri Anaya di kamar perawatan, dan mengabarkan kalau ia sudah diperbolehkan pulang. Ditya belum bisa menanyakan langsung kepada Anaya mengenai apa yang dikatan dokter tadi, hal itu karena ia melihat wajah berseri ditengah sedih Anaya dan membuatnya tidak tega.
Ditya makin keheranan, dan disepanjang jalan menuju pemakaman ia hanya diam tanpa mengobrol dengan istrinya. Begitupun dengan Anaya, dimobil ia kembali dengan raut wajah sedihnya dan sempat tidur sejenak. Saat turun dari mobil terutama saat ia sudah melihat makam anak kecil, tangisan Anaya kian pecah lebih dalam dari sebelumnya.
Anaya mengontrol tangisnya, ia mengobrol dengan buah hatinya yang kini ada di depannya namun sudah berbeda alam dengannya.
"Sayang, bunda minta maaf karena nggak bisa jagain kamu. Bunda sedih sayang, bunda kira kamu selamat. Bunda sudah mengecewakan kamu, ayahmu, kakek dan nenekmu, serta semua keluarga bunda dan ayahmu. Bunda.., bunda sangat bersalah, terutama pada kamu sayang. Bunda mohon, maafkan bunda. Seharusnya kamu bisa lahir kedunia ini dalam keadaan selamat sayang, bisa bertemu dengan ayah, bunda dan merasakan hangatnya keluarga seperti yang bunda rasakan. Maafkan bunda sayang, maaf."
"Ayah, Anaya minta maaf pada ayah. Anaya tidak becus menjaga cucu ayah, sehingga sekarang ia ada di samping ayah. Maafkan Anaya ayah" menghadap ke makam ayah yang ada disamping makam anaknya
Setelah cukup lama dan tak mau lebih lama lagi dengan kesedihannya, Ditya membujuk Anaya untuk segera pulang. Berkali-kali Ditya mengajaknya, kemudian Anaya baru bisa diajak pulang ketika keadaan fisiknya sudah begitu lemah karena sedihnya.
Dengan berat hati Anaya pulang meninggalkan makam buah hatinya. Kedua pundak Anaya dirangkul oleh tangan Ditya, membantunya berjalan dan menguatkan. Sesampainya di rumah Bunda dan Jihan menghampiri Anaya dan memeluknya, ia memberi dukungan serta dorongan agar Anaya kuat menghadapi hal ini.
Malam harinya ketika di balkon kamar Ditya memberanikan diri untuk mengatakan apa yang Dokter katakana kepada anaya secara langsung. Saat itu kesedihan Anaya sudah cukup reda.
"Sayang, mas mau bicara sesuatu"
"Boleh mas"
"Apa istri mas memakan pil penggugur kandungan ?"
"Pil itu..." Anaya syok dan kembali menangis serta menutupi kedua telinganya dengan tangan dan menggeleng-gelengkan kepalanya
"Kenapa sayang ?" Ditya heran dan membalikkan badan Anaya menjadi berhadapan dengannya
"Pil itu,"
"Tenang, sayang ucapkan dengan benar"
"Pil itu, Nay memakan pil itu karena dipaksa oleh kak Sindri di gudang restoran mas"
"Sindri ?, Sindri siapa sayang ? Yang mana ?"
"Setahu Nay, dia perempuan yang waktu itu sempat mampir ke bengekel kita, mas memperkenalkan Anaya ke dia"
"Istri mas nggak bohong kan ?"
"Nggak mas. Dia juga bilang, ia sengaja melakukan hal itu karena cintanya ke mas yang tidak terbalas. Ia tidak mau kita bersama dan bahagia mas, itu yang dia ucapkan kepada Nay"
"Sindri, kamu keterlaluan"
"Maaf, mas sempat berprasangka buruk kepada istri mas. Mas kira, istri mas sengaja memakan pil itu" pinta Ditya sambil memegangi kedua tangan Anaya
"Tidak mungkin nay melakukan itu mas, yang penting sekarang Nay sudah mengatakan yang sebenarnya kepada mas. Maaf juga Nay baru mengatakan hal ini sekarang"
"Tak mengapa sayang, kita harus sama-sama kuat menerima semua ini yah"
"Iya mas" memeluk suaminya
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.