Sidang Munaqasah Anaya sudah dilaksanakan kemarin dan ia dinyatakan lulus, selanjutnya ia tinggal menunggu waktu selama dua bulan setengah menuju hari ia di wisuda. Keesokan harinya, Anaya bersama teman-teman lainnya sedang makan-makan merayakan selesainya sidang Anaya.
"Nay kemarin pacar loe so sweat banget si, datang ke sidang dan bawa bunga buat loe" kata Ira
"Bener nay, apalagi pas loe foto-foto sama dia. Gue jadi bosan jomblo tau, hehe.." kata Anisa
"Ah.. udah, belum waktunya aja. Kita semua pasti bakalan ngerasain kok" pendapat Anaya
"Nah.. gue setuju" jawab Siska cepat
"Udah-udah, sekarang sikat dulu makanannya yuk" usul Ira saat makanan yang dipesan datang
"Terimakasih mba" ucap Annisa
"Sama-sama" ucap pelayan tersebut
Merekapun menghabiskan makanannya, setelah selesai Annisa dan Siska pulang duluan karena ada keperluan lain. Kini Anaya hanya tinggal berdua dengan Siska, Anaya beranjak ke kamar mandi dan meminta Siska menunggunya sebentar. Saat di kamar mandi, ia bertemu dengan perempuan teman Ditya kuliah yang waktu itu bertemu dengannya di bengkel.
"Mba temannya mas Ditya yang waktu itu ketemu di bengkel kan"
"Iya Anaya"
"O iya mba, saya lupa nama mba siapa yah ?"
"Nama saya Sindri. Anaya, keadaan kandunganmu bagaimana ? "
"Alhamdulillah baik mba, mba tahu dari mas Ditya yah"
"Iya, beberapa waktu yang lalu dia cerita sama saya"
"Hm.., pertemanan kalian pasti dekat yah"
"Iya, nay ikut saya sebentar yuk. Ada yang mau saya bicarakan"
"Kemana mba ?"
"Mari ikuti saya Anaya"
Dibalik semua itu, ternyata Sindri sedang menjalankan misi jahatnya. Anaya dibawa ke gudang yang berada di belakang Restoran. Sedangkan, disisi lain di kantor Ditya mulai merasakan firasat buruk
"Mba kenapa kita kesini ?"
"Kita akan mengobrol disini"
"Kenapa harus disini, tempat yang lain kan ada mba" tanyanya lagi, Anaya mulai merasa-kan firasat buruk
"Anaya minum pil ini" menyodorkan pil dan botol minum yang diambil dari tasnya
"Pil apa mba ?"
"Minum saja"
"Nggak mau mba, itu pil apa ?"
"Minum!" nada suara tinggi
"Minum, atau mau saya paksa"
"Nggak mau mba, jangan paksa saya"
"Awwwwhh" Sindri mendrong Anaya hingga ke tepi tembok, kemudian mengikat tangan Anaya dan mencekik kedua pipinya
"Mba.. apa yang mba lakukan, saya mohon.. jangan sakiti saya. S..saya sedang hamil dan saya nggak mau terjadi terjadi sesuatu pada anak saya" ucap Anaya terengah-engah
"Itu memang keinginan saya, saya nggak rela kamu dan Ditya hidup bahagia apalagi nanti jika anak ini lahir. Kamu colek Ditya dengan cara apa ? Asal kamu tahu, sejak kuliah saya sudah mendekati dia dengan berbagai cara termasuk mengungkapkan apa yang saya rasakan sama dia. Akan tetapi dia mengacuhkannya"
"Minumlah ini, untuk memberikan saya sedikit kebahagiaan" beberapa kali Anaya menghindari untuk tidak meminumnya, akan tetapi paksaan Sindri yang semakin ganas membuat Anaya menelan dengan beratnya
"Pil yang kamu minum adalah pil penyubur kandungan, alias penggugur kandungan. Saya mau kalian berduka bahkan berpisah saja sekalian, biar nanti Ditya hidup sama saya" melepaskan cekikan di dagu Anaya
"Ya.. ilahi.., kamu keterlaluan mba" Anaya menangis terisak
"Apa yang saya lakukan adalah balasan dari apa yang suamimu lakukan" Sindri beranjak pergi meninggalkan Anaya
"Mba mau kemana ? Mba lepaskan saya mba, jangan kurung saya"
Berkali-kali Anaya berteriak memangil Sindri, akan tetapi dia tetap meinggalkannya dan mengurungnya. Berkali-kali juga Anaya berteriak meminta tolong, akan tetapi tidak ada yang datang menghampirinya. Lima belas menit setelah itu, Anaya mulai merasakan sakit di bagian perutnya. Ia berusaha keras untuk bisa melepaskan ikatan di tangannya, kemudiam ia melihat potongan kaca dan langsung diambilnya untuk melepaskan ikatan di tangannya.
Disisi lain Ira merasa heran kenapa sudah hampir setengah jam, Anaya belum kembali dari kamar mandi. Sekali ia menengok ke kamar mandi, namun Anaya tidak ada disana.
Ia kembali ke meja makan, tak lama kemudian Anaya datang dengan raut wajah kesakitan sambil memegangi perutnya dan Ira baru sadar kalau kini perut Anaya sedikit buncit.
"Nay, loe kenapa. Trus habis dimana aja, gue pegel tahu nungguin loe"
"Tolong ambilin hp gue ra"
"Mba..., saya minta air mineral hangat ya" pinta Anaya pada pelayan yang melewatinya
"Ini.. (memberikan hp), loe kenapa nay ?" Anaya menghiraukannya dan langsung menghubungi Ditya agar segera menjemputnya
"Egh.., huhhh (rintih Anaya). Perut gue sakit ra" memegangi perutnya erat
"Kenapa ? Minum air hangat dulu nay, semoga nyerinya bisa sedikit berkurang" usulnya saat air hangat yang dipesannya datang
"Gue minum dulu ya, makasih mba" ucapnya pada Ira dan pelayan
Beberapa menit obrolan terjadi,beberapa kali pula Ira menanyakan kenapa perut Anaya bisa sakit. Akan tetapi iaselalu mengelak dan menutup-nutupi penyebab yang sebenarnya. Kemudian Dityadatang, Anaya menitipkan sebagian uang untuk membauar makanna tadi dan memberiIra ongkos sebagai permintaan maafnya karena tidak bisa pulang bareng dan telahmembuatnya menunggu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ditya & Anaya
RomanceMemiliki kepribadian pendiam, membuat Anaya juga diam-diam menutupi status pernikahannya. Seperti apa sebenarnya, kehidupan mahasiswa yang sudah menikah itu ? Baca yukk, janga lupa vote juga yah...