Sore hari, Anaya, Ditya dan keluarganya sedang berkumpula di ruang keluaga.
"Kak boleh nggak, aku pegang perut kakak"
"Penasaran ya" kata bunda
"Boleh.."
"Duh.. gimana rasanya yah" memegangi perut Anaya, dan mengelus-elusnya dibantu oleh Anaya
"Wah, seru banget. Fotoin dong kak, nanti aku mau ngirim fotonya ke dea dan kak dika" Ditya memotretnya
"Siip kak, makasih. Foto-fotonya bagus"
"Kuliah kebidanannya gimana dek ?"
"Lancar kak, cuma jihan harus giat aja biar nantinya bisa menjadi bidan yang baik"
"Syukurlah, nanti kalau ada apa-apa bilang ke kakak yah. Bunda juga, kalau butuh apa-apa bilang aja. Boleh ke Ditya, atau ke istri mas tercinta juga bisa" ucap Ditya
"Iya sayang, terimakasih"
"Makasih kakak-kakakku tercinta"
"Sama-sama dek" Ditya
Saat tengah malam, anaya terbangun dari tidurnya. Ia merasakan sakit di perutnya, kemudian ia hanya minum air yang ada di meja kerjanya, mengntrol rasa sakitnya kemudian tidur kembali. Karena ia tahu, bahwa ini hanya kontraksi palsu.
Pagi hari, rasa sakit di perutnya sudah tak ada. Seperti biasa, ia bersama Ditya melakukan oleh raga dan senam ibu hamil di taman samping kolam renang yang ada di rumahnya.
Hari ini, ia memutuskan untuk tetap bekerja karena ada rapat dengan klien mewakili pimpinannya yang berhalangan hadir.
"Selamat pagi mba nay.." seorang ibu yang bekerja sebagai OB menyapanya
"Selamat pagi juga bu"
"Perut mba nay sudah besar, perkiraan ibu sebentar lagi mba akan melahirkan. Soalnya perut mba nay sudah agak condong ke bawah"
"O..iya bu ?"
"Iya mba, ibu do'akan semoga selamat dan sehat untuk semuanya yah"
"Aamiin, terimakasih bu"
"Maaf bu nay, soft file berkas yang akan di presentasikan ada di mana ? Mau saya masukin di flash disk" seorang karyawan menghampirinya
"Saya lupa, ada di tas di ruangan saya. Mari ikut saya"
"Ibu saya pamit dulu yah"
"Iya mba"
Hingga siang hari ketika rapat sudah selesai. Rasa sakit di perutnya tidak ada, akan tetapi ketika menjelang pulang, rasa sakit itu hadir. Sesekali rasa sakit itu hilang lagi dan datang kembali.
Hingga akhirnya ia memutuskan untuk pulang ke rumah dan tidak memberi tahu Ditya meengenai kontraksi yang sudah beberapa kali ia rasakan. Sepanjang jalan pulang ia tidur, sembari untuk menenangkan diri.
Sesampainya di rumah, Anaya membersihkan badannya. Kemudian setelah maghrib, ia mengambil minum di dapur. Tiba-tiba saja, rasa sakitnya hadir bahkan lebih sakit dari sebelumnya.
"Eghhhhhh... ji..han" memegangi perutnya erat
"Kak nay, kenapa ?" tanya jihan yang syok melihat Anaya kesakitan
"Sepertinya, kakak akan melahirkan" ia berteriak memanggil kak ditya dan bunda, dan merekapun datang
"Bunda, mas, perut nay.."
"Kontraksinya sejak kapan sayang ?" tanya bunda
"Ta..di malam bunda" nada sambil menahan sakit
"Kenapa nggak bilang sama mas sayang ?"
"M..aaf mas"
Anaya segera dilarikan ke rumah sakit terdekat. Ketika tepat sampai di rumah sakit, air ketuban Anaya pecah. Dengan sigap pula, Anaya langsung di bawa ke ruang bersalin dan melahirkan saat itu juga.
Setengah jam setelah itu, dokter keluar dari ruangan dan berkata bahwa Anaya sudah berhasil melahirkan secara normal dan anaknya perempuan. Keesokan harinya, keluarga besar Anaya sudah hadir di rumah sakit tersebut.
"Sayang, sudah bangun" anaya membuka mata
"Anak kita dimana, selamat kan mas ?" panik
"Selamat sayang, anak kita perempuan. Lihatlah, dia ada disampingmu"
"Hati-hati" mamah Anaya menggendong, mencium dan memberikannya pada Ditya
"Baik mah, terimakasih" Ditya menggendongnya dan berdiri di samping Anaya
"Sayang.., ini bunda nak"
Isak haru Anaya rasakan, tangan kanannya berusaha menggapai wajah sang putri. Kemudian papah membantu Anaya yang berusaha duduk, Ditya memberikan putrinya kepada Anaya. Ia memeluk, mencium putrinya.
"Anaknya cantik kak, mirip kakak" Dea
"Mirip kakak aku" Jihan
"Mirip dengan ayah dan ibunya" bunda
"Nama bayinya siapa nak ?" tanya papah
"Kayla Putri Yanaya" jawab Anaya
"Iya, itu nama yang sudah kami persiapkan sendari dulu" lanjut Ditya
"Nama yang indah"
Tiga hari setelah itu, oleh dokterAnaya sudah siperbolehkan untuk pulang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ditya & Anaya
RomanceMemiliki kepribadian pendiam, membuat Anaya juga diam-diam menutupi status pernikahannya. Seperti apa sebenarnya, kehidupan mahasiswa yang sudah menikah itu ? Baca yukk, janga lupa vote juga yah...