Bersamamu

35 3 0
                                    


Dengan bimbingan, dorongan dan masukan dari Ditya, perlahan Anaya mulai menemukan kepercayaan dirinya. Ia mulai berperan aktif dalam diskusi di kelas dan organisasi, menerima tawaran menjadi moderator, bertanya dalam seminar yang diikuti oleh audiens yang cukup banyak, dan lainnya. Dan setiap ia melakukan hal-hal yang baru, Anaya selalu memberitahu Ditya dan Ditya selalu memberinya ucapan selamat agar tetap semangat dalam berproses.

Esok hari, tibalah hari penentu kelulusan kuliah Ditya "Sidang Munaqasah". Ia mengundang Anaya untuk menghadiri dan menemaninya dalam sidang tersebut dan esok harinya Anaya datang, begitupun Reza dan Adi mereka juga datang. Ditya memakai pakaian rapih dan memakai jas serta sepatu yang mengkilat. Hal itu membuat Anaya terkesima berkata dalam hatinya bahwa ia beruntung memiliki suami seperti Ditya.

Sidangpun berlangsung dan setelah sidang selesai, Ditya dinyatakan lulus. Ditya ditarik oleh teman-teman kelas dan organisasinya untuk foto-foto bareng, Anaya hanya menunggu dan mengisi kejenuhannya dengan mengobrol bersama Reza dan Adi. Kemudian setelah sekian lama, akhirnya teman-teman Ditya meninggalkan mereka.

"Sayang, maaf yah tadi foto-fotonya lama"

"Ah.. elu, kasihan istri loe. Jenuh Dia" bentak Reza

"Gak papa mas, kan ada mereka berdua yang nemenin"

"Sekarang bagian kita bertiga lahk, yang foto-foto. Mba nay, foto-in kita donk" pinta Adi

"Ok kak, sini HP nya"

Merekapun berpost dengan berbagai gaya.

"Udah lahk, gue pegel" kata Adi

"Iya nih. Sekarang tinggal kalian berdua, sini gue foto-in"

"Siapa kak ?" ucap Anaya

"Ya elo lahk nay, sama kekasih hati loe" kepalanya menoleh ke Ditya

"Tapi.." belum selesai bicara, tangan Anaya malah ditarik dan menuruti kemauan Ditya untuk berfoto bersamanya

Berbagai gaya romantis dan harmonis Ditya dan Anaya telah dapatkan, kemudian mereka berempat berpisah. Reza dan Adi ke kosan, sedangkan Ditya dan Anaya akan pulang bersama ke rumah Bunda. Sesampainya di rumah, bunda sudah menyiapkan makanan kesukaan Ditya dan Anaya sebagai tanda syukuran kecil-kecilan atas kelulusan sidang skripsi Ditya.

Kemudian malam harinya ketika di balkon kamar, Anaya meminta izin untuk pulang sebentar ke rumah mamah dan papahnya.

"Mas dua minggu lagi Aya mau KKN, dan itu artinya Aya akan menjalani liburan kuliah di tempat dimana Aya ditugaskan. Besok kan hari minggu dan hari seninnya tanggal merah, Aya izin ke rumah mamah sama papah ya mas. Aya kangen sama mereka, Aya mau menemui mereka"

"Boleh sayang, mas ikut yah. Mas juga kangen sama papah sama mamah"

"Boleh mas"

"Tapi sebentar, kenapa istri mas manggil ke diri sendiri dengan sebutan Aya ?"

"Itu panggilan sayang terbaru Anaya terhadap diri sendiri mas"

"Dan panggilan sayang buat mas juga yah !"

"Kenapa bisa gitu mas ?" tertawa kecil

"Sayang sama diri sendiri, itu artinya juga sayang sama mas. Mas sayang sama kamu Aya"

"Aya juga.., sayang sama mas" tampak ragu dalam pengucapan, tapi matanya memancarkan bahwa itu tulus dari hatinya

"Terimakasih sayang"

"Terimakasih juga, mas sudah bersama Aya. Menerima Aya, memahami Aya, membantu dan menemani Aya untuk berubah, selalu ada di sisi Aya dan semuanya. Terimakasih mas"

"Sama-sama sayang. Mas bersyukur, karena bersamamu mas merasa berharga" Ditya menarik lembut bahu kanan Aya, menyandarkan kepala Aya di pundaknya, sambil memagang tangannya erat

Keesokan harinya, mereka pergi ke Brebes berdua. Bunda tidak ikut karena dua hari kedepan ia ada acara bersama ibu-ibu pengajian dan ada jadwal menengok Jihan. Sesampainya di Brebes, mamah dan papah Anaya merasa senang karena anak dan menantunya mengunjungi mereka. Setelah beristirahat, malamnya mereka mengobrol di ruang keluarga.

"Mah.. pah. Ini teh, kopi sama makanan-nya. Buat ngangetin"

"Makasih nak, suamimu kemana ?" ucap papah

"Mas Ditya sudah tidur, mungkin dia istirahat karena kecapean"

"Yasudah, biarkan saja" kata bunda

"Pah.. mah, maaf yah Anaya udah lama banget nggak pulang ke rumah" Anaya sudah duduk di kursi

"Nggak papa nay, yang penting mamah dan papah sehat dan kamu juga sehat" ucap bunda

"Tapi nay sering pulang ke rumah mertuamu kan ?" tanya papah

"Sering pah, kurang lebih sebulan sekali. Sekalian nemenin mas Ditya ke bengkel"

"Iya nak, ndak papa kamu sering pulang ke rumah mertuamu. Kasihan beliau sendirian kan" kata ayah

"Iya pah. Mah.. pah, besok kita jalan-jalan yuk" pinta Anaya

"Yukkk" jawab Dea dengan lantang

"Dea-dea, kalau denger jalan-jalan langsung nyamber aja" kata mamah

"Boleh nak, tapi yang deket-deket aja yah" sahut ayah

"Oke pah"

"Yeayyyy, jalan-jalan" teriak Dea

"Hustttt, jangan kenceng-kenceng bicaranya. Nanti mas Ditya bangun !"

"He.. maaf kak"

Keesokan harinya mereka pergi jalan-jalanke sebuah tempat pariwisata yang berada tidak jauh dari rumahnya. Meskipundengan anggota keluarga yang tidak lengkap, akan tetapi mereka tetap menikmatikebersamaan tersebut.

Ditya & AnayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang