Pemakaman

52 4 0
                                    

Waktu sudah menunjukan jam setengah tujuh pagi, bunda menyarankan Ditya untuk tetap di rumah sakit menemani Anaya. Akan tetapi Anaya menolak, ia memaksa untuk mengikuti pemakaman sebagai tanda penghormatan kepada ayahnya.

Jenazah sampai ke rumah pada jam setengah delapan pagi, Jihan sedih ketika melihat kedatangan ayahnya yang sudah dalam keadaan meninggal. Anaya membuka kain yang menutupi wajah ayahnya dan memeluknya.

Disisi lain Jihan juga heran, siapa perempuan yang memakai kursi roda dan didorong oleh kakaknya Ditya. (Anaya memakai kursi roda karena belum sembuh sepenuhnya dan belum kuat untuk berjalan sendiri).

Akan tetapi Jihan menghiraukannya dan kembali tenggelam dalam kesedihan atas kepergian ayahnya. Bunda dan Ditya mencoba menguatkannya. Bacaan surah yasin begitu begitu berkelumut dibacakan, hingga akhirnya waktu pemakaman hampir tiba. Bunda membawa Anaya ke kamarnya untuk membantu mengganti pakaian dengan baju miliknya yang akan dikenakan ke pemakaman.

Jihan mengikuti kakaknya yang pergi ke dapur kemudian bertanya :

"Kak.. ayah" memeluk ditya

"Sabar ya dek, yg ridho, yang ikhlas" mengelus lembut kepala adiknya (setelah tangisnya cukup reda ia bertanya)

"Perempuan tadi siapa ? Kok tadi kakak mendorong kursi rodanya dan sekarang bunda juga membawanya ke kamar ?

"Perempuan itu istri kakak dek, namanya kak Anaya"

"Apa, i..stri, kapan kakak nikah. Kok nggak ngabarin adek" ucap Jihan kaget

"Kakak menikah tadi malam, atas permintaan ayah"

"Memangnya perempuan itu siapanya ayah ?"

"Setelah kecelakaan dia menolong ayah dan membawanya ke rumah sakit"

"Ayah kecelakaan ?"

"Iya dek, ngobrolnya kita lanjut nanti ya. Ayo kita siap-siap untuk memakamkan ayah"

"Iya kak"

Prosesi pemakaman sedang dilangsungkan, Ditya mengumandangkan adzan dan komat di dekat telinga ayahnya dengan kesedihan dan air mata yang harus ia tahan. Jihan memeluk Anaya yang berada di sisi kanannya karena sedih (semenjak keluar dari kamar bunda, Anaya tidak memakai kursi roda).

"Kak.." sontak saja Anaya kaget karena Jihan memeluknya dan memanggilnya kak, denggan sedikit ragupun ia membernikan diri membalas pelukan Anaya

"Yang sabar ya.." Anaya bisa membaca, kalau yang sedang memelukny adalah adik iparnya

Semua keluarga menaburi bunga di makam sang ayah, kemudian ustadz memimpin do'a. Ketika do'a berlangsung, Anaya juga berdo'a dalam hatinya "Terimakasih ayah atas pertemuan yang singkat ini, terimakasih atas pernikahan ini, semoga aku dan kak Ditya bisa hidup bahagia sesuai dengan pesan terakhir Ayah."

Ditya & AnayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang