Jujurlah

39 3 0
                                    


Keesokan harinya mereka pulang bersama, Ditya kembali merasakan kehangatan bersama Anaya istrinya. Atas permintaan Ditya, Anaya memeluk erat tubuhnya.

Sesampainya di rumah bunda, bunda sangat senang.

"Sayang.. bunda kangen banget sama kalian" bunda memeluk mereka satu-persatu dan mencium keningnya

"Kami juga kangen banget sama bunda" jawab Ditya

"Maaf bunda, kami baru ada waktu pulang dan mengunjungi bunda sekarang" ucap Anaya

"Tidak papa sayang, ayo kita masuk"

Mereka makan malam bersama, kemudian setelah makan malam Anaya mengobrol dengan Bunda sedangkan Ditya kembali mengerjakan skripsinya. Setelah malam cukup larut, Anaya kembali ke kamar dan membawakan segelas kopi untuk suaminya dan air mineral untuknya.

Ditya ingin mengutarakan berbagai pertanyaannya mengenai Anaya secara langsung, akan tetapi ia merasa bahwa ini bukan waktu yang tepat. Ia harus menyelesaikan bab terakhir skripsinya terlebih dahulu, dan Anayapun sedang membaca buku.

Kemudian pagi harinya bunda pergi ke pengajian, dan di waktu itulah ia memberanikan diri untuk berbicara kepada Anaya. Ditya duduk di kursi, dan Anaya di lantai. Menguasai meja di depannya.

"Sayang.., mas mau bicara sesuatu" Ditya menghentikan membaca bukunya

"Silahkan mas" jawab Anaya sambil mengerjakan tugas di laptopnya. Mereka ada di ruang keluarga

Ditya turun dari kursi dan duduk di samping Anaya.

"Kenapa ketika di kampus bersama teman-teman, istri mas bersikap berbeda ke mas ?"

"B..berbeda gimana mas ?"

"Yang mas lihat. Istri mas, menjadi tertutup, kaku, dan salah tingkah" Anaya berhenti mengetik. Perlahan membalikkan Badannya, menghadap Ditya. Memegang lututnya, dan menatapnya mata pilu.

"M..aaf mas dan maaf juga, saya belum bisa menjawabnya sekarang" menundukkan pandangannya

"Kenapa sayang, mas sedih loh kalau bertemu istri mas di kampus dan mas hanya diberikan senyuman" tangan kanannya membelai wajah Anaya, kemudian berhenti dan mengangkat dagu Anay agar menatapnya

"M..maaf mas" matanya menunduk dan mulai menitikkan air mata

"Kalau ada apa-apa, cerita sama mas sayang. Mungkin, mas bisa bantu" Memegangi tangan anaya, Anaya hanya diam tanpa menjawab ucapan Ditya

"Apa istri mas belum menerima mas sepenuhnya ?"

"Nggak mas, bukan itu" jawab Anaya dengan sigap

"Apakah istri mas ada masalah di masa lalu yang belum selesai ? Pernah di bully dan sampai sekarang merasa belum menemukan kepercayaan diri, kurang dukungan dan dorongan dari keluarga serta orang tua, ditambah lagi sekarang menanggung beban belum bisa mengakui mas sebagai suami di depan teman-teman yang lain seperti pengakuan istri mas ketika di awal pernikahan. Benarkah begitu sayang ?"

Anaya kaget atas semua ucapan Ditya. Suaminya tahu hal itu dan ia malah terisak menangis karena tidak tahu apa yang harus ia ucapkan. Ditya memeluk Anaya, mencoba menenangkannya.

"Mas tahu sayang, Mas bersusah payah mencari semua tentangmu. Mas ada bersamamu, mari melangkah bersama mas. Mas akan membantumu menyembuhkan luka itu. Mas mau, istri mas hidup bahagia."

Ditya memeluk erat Anaya dan mencium keningnya, Anaya tidak angkat bicara kecuali hanya ada isak tangis yang terengah-engah di dada bidang Ditya. Sambil bercerita

[[ Alur Mundur ]]

Sejak pertama kali Ditya melihat hal yang tak biasa dari istrinya, ia heran kemudian mencari tahu kesana kemari untuk mencari tahu lebih dalam mengenai Anaya. Diam-diam Ditya menemui orang tua Anaya di Brebes untuk mengetahui tentang Anaya secara langsung dari orang tuanya.

Sedikit ia dapatkan informasi dari orang tua Anaya bahwa ia adalah anak yang tertutup. Namun Ditya belum merasa puas, kemudian ia mencari tahu dari teman satu organisasi dengan Anaya di kampus dan yang paling menguatkan Ditya yaitu ia sengaja membuka jejaring sosial milik Anaya di Handphone-nya, ia melihat satu persatu postingannya, hingga akhirnya ia menemukan postingan bahwa Anaya mengakui ia pernah di Bully semasa kecilnya.

[[ Kembali ke Cerita ]]

"Mas berjanji sayang, mas akan terus berada di sampingmu, mas akan memebantumu memulai langkah baru, mas akan mendampingimu sayang"

"Terimakasih mas" lirih Anaya

"Sama-sama, I love you sayang" Ditya kembali mencium kening Anaya dan mengelus-elus lembut kepalanya kemudian kembali memeluknya erat

Tanpa mereka sadari, bunda melihatadegan tersebut, bunda terharu dan iamerasa bahagia karena mungkin ayah telah memberi keputusan yang benar denganmenikahkan mereka.

Ditya & AnayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang