Misteri Topi Trilby

11.7K 1.9K 193
                                    

Sebuah pulau yang berada di selatan ujung sungai Hudson di New York merupakan salah satu borough terkenal. Kota itu adalah Manhattan. Pusat kota yang namanya berasal dari Bahasa Algonquin berarti pulau berbukit.

Menjelajah sekitar Madison Avenue, Tiffany berhenti untuk makan malam di sebuah restoran yang berhadapan dengan Madison Park. Pada tahun 2017, restoran ini memiliki peringkat ketiga dari lima puluh restoran terbaik di dunia.

Berada di gedung putih yang bertetangga dengan The Clock Tower, restoran itu menyajikan pemandangan indah dari taman di seberangnya. Awal musim dingin di New York tahun 2019 Tiffany datang untuk menyimpan jejak di negara itu lagi.

Duduk berhadapan dengan jendela besar berangka putih, Tiffany bisa mencium bau bunga di belakangnya. Sebuah vas besar berdiri di tengah ruangan. Vas besar itu disimpan di atas meja dan ditemani dengan dua vas sedang.

Lampu tidak hanya berada di langit-langit. Tepat di kursi panjang kosong yang berhadapan dengan Tiffany terdapat dua lampu bertudung kotak di sisi kanan dan kiri.

Tiffany memesan scallop. Hidangan ini lebih aman untuk dimakan karena jelas bukan binatang berkaki empat. Binatang berupa kerang itu disajikan tanpa cangkang di atas piring bersama sayuran panggang dan saus coklat dengan rasa sedikit manis dan gurih.

Fany tahu datang ke restoran ini tak akan membuat kenyang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Fany tahu datang ke restoran ini tak akan membuat kenyang. Ia hanya ingin gaya-gayaan untuk diunggah mengisi media sosial. Prinsip yang kini ia tegakkan, "Sombonglah, selama masih ada alasan untuk sombong."

Bayangkan saja, untuk makan agar awet perlu memotong dengan potongan teramat kecil. Tak rela jika lekas habis, ini mahal. Sayangnya makan elegan itu harus berakhir. Ponsel Tiffany berdering dan pesan dari Laurace ia terima.

Sebelumnya mereka memang berjanji untuk bertemu di pusat kota. Letaknya lumayan jauh dari sini. Terpaksa Tiffany menyendok potongan besar kerang mahalnya kemudian ia lahap dan kunyah. Kenyal-kenyal, tetapi tidak alot. Lain jika Fany yang masak. Makanan mahal itu pasti alotnya melebihi ban mobil.

Membayar dengan kartu kredit yang bisa ia gunakan di luar negeri, Tiffany lekas beranjak. Walau ada serbet, tetap saja ia sempat melap tangan pada taplak putih meja yang ia duduki. Barulah Tiffany berjalan keluar sambil menjinjing tas Zara miliknya. Di jalan keluar restoran, seorang pelayan memberikan Tiffany mantel dan topi yang sempat gadis itu titipkan sebelumnya ketika masuk.

Gadis itu bergegas, ia berlari walau sepatu boot yang ia kenakan memiliki heels. Sambil memastikan tak ada barang yang tertinggal, ia menunduk sehingga menabrak seorang wanita di teras. Tentu Tiffany menunduk meminta maaf. Tak semua orang baik. Walau sudah mengucap maaf, tetap saja ia dimaki dan ditunjuk-tunjuk. Tak banyak melawan, Tiffany hanya tersenyum. Toh, ia sendiri yang salah. Memeriksa isi tas di jalan bukan saat duduk tadi.

Setelah puas memaki, perempuan itu pergi. Daripada malu, gadis itu lari menuju taksi kuning yang kebetulan baru menurunkan seseorang di sana. Ia tak sadar ketika salju turun dan jatuh di atas rambut. Begitu di dalam taksi, Tiffany hanya memeriksa keberadaan dompet dan ponselnya kembali. Kendaraan itu meninggalkan jalanan di depan gedung menuju Time Square.

Sepasang Sepatu (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang