44. Kesaksian

9.3K 1.6K 193
                                    

"Hanya ada Nyonya Tiara Khani di sana. Saya sempat melihat wanita yang ada di rekaman CCTV dan dia berputar balik. Nyonya Tiara meminta saya menyelamatkan bayi dalam kandungannya," jelas Tiffany.

"Apa ada ucapan dari korban yang sempat diucapkan kepada anda selain itu?"

Tiffany mengangguk. "Dia bilang maaf, untukku dan suaminya. Setelah itu ia pingsan. Hanya sebelum itu dia terus meminta agar kami menyelamatkan bayi dalam kandungannya. Tak ada ponsel bahkan kartu identitas di pakaiannya," tambah Tiffany.

Foto milik Daniel pun diungkap dalam persidangan itu. Ada satu hal yang ganjil. Tiffany bilang tak ada orang sama sekali lewat tempat itu selain Elisya. Nyatanya di beberapa rekaman CCTV sempat ada beberapa orang yang lewat.

Hasil penyelidikan polisi Amerika, orang-orang itu penjaga Tiara yang menyamar. Mereka meninggalkan Tiara atas perintah Rezha. CCTV di gedung tempat Tiffany menemukan Tiara sempat dihack oleh salah satu karyawan perusahaan itu tanpa sepengetahuan atasannya.

Akhirnya tuntutan atas kasus pembiaran berubah menjadi percobaan pembunuhan lalu dituntut oleh pengacara korban menjadi kasus pembunuhan berencana.

"Alasan Tiara Khani menutupi kejadian itu karena ia tahu Elisya mengandung bayi dari Papanya. Kesaksian Tiara tak bisa dihitung karena berada di bawah tekanan," giliran Dylano memberi kesaksian.

Kasus itu berujung ditahannya mantan body guard Tiara dan Rezha sendiri. Kasusnya akan naik banding dengan tuntutan pembunuhan berencana. Masalah Christopher sudah tak dipermasalahkan karena legalitas hukum dari firma dan pemerintah setempat walau menggemparkan dunia. Bahkan banyak yang mempertanyakan hubungan Dylano dan Tiara yang sebelumnya sempat digosipkan tidak harmonis.

Selesai sidang itu, Tiffany diperbolehkan kembali ke negaranya. Jadilah pasangan itu harus berpisah di bandara.

"Nggak mau ke Bandung?" tanya Tiffany.

"Selesai ini pulang, kok," jawab Dylano.

Keduanya sempat berpegangan tangan sebelum Dylano merelakan Tiffany pergi. Sedang gadis itu masih terus berjalan tanpa berani menengok ke belakang. Ia mencoba menahan air mata hingga akhirnya menetes sendiri kemudian ia usap.

Rasanya seperti kembali ke masa lalu. Saat mereka berpisah sepuluh tahun lalu, dua tahun sebelum Tiffany menerima undangan pernikahan Dylano. Keduanya berpisah di satu tempat bernama Bandar Udara.

FLASHBACK

Tak lama setelah ujian sekolah selesai, Dylano berangkat ke Amerika. Papanya akan melakukan operasi pemasangan ring di jantung bulan depan. Tak lupa Tiffany mengantarnya pergi ke bandara. Mereka sempat duduk bersama di kursi tunggu sebelum pesawat berangkat. Cukup lama karena sedang ada keterlambatan penerbangan.

"Kamu nggak akan menangis, 'kan?" Dylan mengusap rambut Tiffany lalu sedikit mencubit pipi gadis itu dengan gemas.

"Untuk apa? Aku sudah terlalu besar untuk menangis," bantah Tiffany.

Tiba-tiba saja Dylan memeluk Tiffany erat sekali. "Aku nggak bisa ninggalin kamu sebenarnya. Aku takut kamu nangis, takut kamu sakit. Aku sayang kamu, Tif! Jika aku bisa, aku ingin membawa kamu ikut denganku," bisiknya di telinga gadis itu.

Tiffany menenggelamkan dirinya dalam pelukan Dylano. Suatu hari rasa rindunya pasti akan menggebu. "Kamu janji akan pulang secepatnya, 'kan? Kamu pasti akan kembali sama aku lagi, kan? Kita akan bersama selamanya, kan?"

Sepasang Sepatu (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang