25. Jodoh

9.4K 1.6K 328
                                    

“Tentu aku peduli. Jika pria lain mundur aku bisa maju, kan?”

Memang ada sesuatu dibalik ucapan Dylano. Hari itu saat ia tengah duduk di atas railing jembatan dengan kaki yang menggantung tepat ke atas rel kereta api yang berada di bawah jembatan, Dylano tak berpikir untuk mati. Ia hanya membunuh bagian dirinya yang lemah.

Dylan sudah bertekad untuk pergi lagi jauh dari Tiffany. Hanya saja ia mendapat pesan dari Daniel. Awalnya Dylano bingung, untuk apa pria itu mengiriminya voice note? Tak ingin dirundung rasa penasaran, Dylan tekan tombol play. Isinya rekaman suara hanya dia tahu darimana sumbernya.

"Dia pengusaha, donk. Malah omzetnya bisa sampai ratusan juta. Kalau sampai aku nikahin dia, aku bisa hidup mewah. Tahu sendiri, gaji kita paling berapa. Belum lagi wajahnya cantik. Beruntung banget, nggak?"

"Terusin, Fal. Kalau sudah nikah, jajah terus. Jangan lupa bagi-bagi," terdengar suara pria lain.

Setelah VN itu selesai Dylan dengar, ia mendapat pesan dari Daniel. "Dia sekantor dengan temanku. Kurang apa coba usahaku ini? Supaya kamu yakin balik, sampai aku awasin laki-laki itu. Yakin mau ikhlaskan Fany sama dia?"

Tentu tidak. Dylano mana akan membiarkan pria itu memanfaatkan cintanya. "Makasih, biar aku bereskan sisanya," jawab Dylano membalas chat Daniel dengan pesan suara.

Ia minta latar belakang Naufal dan pekerjaannya. Waktunya singkat, apalagi Daniel bilang hari minggu mereka lamaran. Syukur Tiffany menceritakan itu pada Ema. Setelah banyak berpikir, akhirnya Dylano mengambil keputusan. Lebih baik Tiffany menderita sebelum menikah.

Posisi Tiffany memang serba salah. Sukses dengan latar belakang pendidikan tinggi dari universitas terkenal membuatnya sulit menemukan pria sepadan di usianya sekarang. Rata-rata pria-pria itu sudah menikah.

Mencari yang lebih pun bukan perkara mudah. Dengan wajah cantik banyak pria mendekati, hanya yang cocok jadi suami paling hitungan jari. Salah-salah seperti Naufal ini yang berniat menggantungkan hidup. Apalagi pria itu bukan pegawai negeri, hanya honorer.

Pulang ke Indonesia bukan perkara mudah. Meminta izin datang dengan pesawat pribadi tak seindah membuat izin masuk halaman tetangga. Setiap negara memiliki kedaulatan yang harus dihormati. Belum lagi tak sembarang lintasan udara bisa digunakan, salah-salah antar pesawt bisa bertabrakan. Belum lagi pandemi.

Beberapa hari sibuk dengan itu semua, akhirnya Dylano bisa kembali ke Indonesia. Nekat? Sudah pasti. Ia biasa melakukan ini. Bahkan delapan tahun lalu.

FLASHBACK

Dylano terpaksa kembali ke Amerika karena Neneknya meninggal. Kakek dibawa Papanya pulang. Terpaksa Dylano harus ikut dan kuliah di New York. Saat itu ia sudah jinak, Tiffany pawangnya. Semua berawal baik. Ia masih bisa saling berkirim email dan chat dengan Tiffany melalui gmail dan yahoo chat. Sampai perusahaan terguncang dan Papanya terkena serangan jantung.

Sebagai kakak, Dareno tak bisa diharapkan. Ia malah membuat semua menjadi buruk. Berbekal semangat dari Tiffany, Dylano menggebrak jalannya perusahaan hingga kembali stabil. Tidak heran, dampak krisis finansial tahun 2008 di seluruh dunia masih terasa di tubuh Khani Corporation.

Awalnya Dylano merasa senang, pertama kali ia mendapat pujian dari kedua orang tuanya. Tak pernah ia sangka, itu awal kesengsaraan baginya. Keluarga Khani melakukan kerjasama dengan keluarga Arifin. Dua perusahaan asal Indonesia yang sama-sama besar.

Itulah pertama kali ia bertemu Tiara Arifin. Seperti biasa, Dylano tak pernah ramah pada wanita dan Tiara orang yang sangat terobsesi. "Perusahaan ini tentu harus diteruskan oleh keturunan keluarga kita, 'kan?" ide Rezha Arifin, Papa Tiara.

Sepasang Sepatu (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang