41. Keluarga Sempurna

10.3K 1.8K 329
                                    

Arti kata mencintai bukan menerima apa adanya, tetapi membantu saling membahagiakan.

Arti kata sayang bukan menjaga, tetapi saling mendengarkan, memahami dan merasakan.

Cinta bukan sebatas aku cinta kamu dan kamu cinta aku.

Cinta lebih luhur dari itu, saat aku menemukan maknamu untukku.

Dylano Khani, Bandung 2020

🌳🌳🌳

Makanan yang Dylan minta antar sudah tiba di kamar. Lengkap dari hidangan pembuka, utama dan penutup sudah terhidang.

Tadinya pelayan menunggu untuk menghidangkan satu per satu. Terlalu tidak nyaman. Akhirnya Tiffany putuskan meminta mereka menghidangkan semuanya dan meninggalkan ia dengan Christ. Mereka butuh privasi untuk saling berbincang dan berbagi banyak hal tentang Dylano.

"Jadi Christ ke rumah. Habis Papa sudah nggak benci Christ," cerita anak itu terdengar bersemangat.

"Tadi sudah ketemu Papa?"

Christ mengangguk. "Papa di kantor. Ada teman tuanya," jawab Christ dengan bahasa yang lucu.

"Teman tua?"

Anak itu mengangguk-angguk. "Sudah jadi kakek. Putih rambutnya." Barulah kalimat Christ ini mampu Tiffany mengerti.

"Kamu sudah makan?" tanya Tiffany. Anak itu menggeleng. "Kenapa?"

"Kalau makan harus nunggu Papa pulang," jelasnya.

Tiffany ber-oh. "Kalau begitu biar makan sama Mama, disuapi saja, ya? Papa bisa makan sendiri. Akan lebih baik makan lebih awal karena ini sudah sore. Mau, ya?" Tiffany mengangkat dagu Christ. Anak itu langsung mengangguk.

Tiffany meminta pelayan membawakan makanan tambahan untuk Christ. Sengaja ia minta mereka memotong makanan lebih kecil sehingga Christ lebih mudah menyendok dan memakannya.

Alasan anak tak mau makan kebanyakan karena makanannya sulit dimakan sendiri dan lama dikunyah. Itu bisa diatasi dengan memotong makanan lebih kecil disesuaikan mulutnya.

"Ini enak." Christ menunjuk salah satu menu di piring dan memakannya hingga habis. Karena menunggu makanan Christ, hidangan Tiffany jadi dingin. Walau begitu, ia masih makan hingga habis. Karena efek lapar.

Christ makan dengan lahap. Ini pertama kalinya ia makan dengan menikmati makanan. Belum lagi perhatian yang diberikan Tiffany padanya.

Selesai makan, pelayan membereskan semuanya. Kini Tiffany membacakan dongeng dari buku dongeng yang dibawa Christ dari kamarnya.

Terdengar suara pintu dibuka. Dylano hadir di antara mereka dengan wajah heran. "Christ kenapa ke sini?" tegurnya dengan kaku seperti biasa.

Mata Tiffany langsung melotot. "Kamu bisa nggak sih jangan samakan cara bicara kamu ke anak kecil dan cara bicara kamu dengan orang dewasa. Makanya dia sering mengira kamu benci padanya."

Dylano mengangguk. Ia duduk di samping Tiffany. Christ masih nyaman duduk di pangkuan gadis itu. Dylano menatap Tiffany selama pacarnya masih membacakan cerita untuk Christ. Anak itu sesekali tertawa mendengar suara lucu Tiffany mengalih suara karakter di buku dongeng.

"Kamu kok bisa akrab dengan dia? Padahal baru pertama kali ketemu?" tanya Dylano setelah Tiffany selesai bercerita.

"Heh, Christ! Papa bilang kita baru pertama ketemu." Tiffany dan Christ sama-sama tertawa. Mata Dylano menyipit.

"Papa sibuk jadi nggak tahu Mama," jawab anak itu.

"Mama?" Dylano kaget mendengar Christ memanggil Tiffany dengan kata Mama. Christ mengangguk. Ia sedikit berdiri dan menempelkan pipi ke pipi Tiffany. "Mama Christ," tegasnya.

Sepasang Sepatu (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang