"Ketua dari Khan & Y Grouph, Dylano Al-Lail Khani hari ini resmi memberhentikan CEO dari KY Tech, Timothy Paul. Pemberhentian Timothy Paul dilakukan sesuai hasil rapat umum pemegang saham menyusul skandal bisnis Timothy yang diketahui memiliki jabatan ganda di perusahaan swasta lain. Saat ini Khan & Y Grouph tengah melebarkan sayapnya dalam dunia bisnis di Indonesia menyusul beberapa perusahaan nasional yang memutuskan bergabung bersama grup perusahaan ini."
Sambil melipat tangan, Tiffany duduk melihat ke arah televisi. Beberapa hari yang lalu Dylano batal berkunjung. Dia bilang ada urusan mendadak dan tak bisa ditunda. Rupanya urusan itu membuat ribut media di Indonesia.
"Mau mecat orang saja sampai berhari-hari prosesnya, mendingan punya toko saja. Paling kalau mecat kasih pesangon." Tiffany malah lupa kapan terakhir kali ia memecat pegawai saking terlalu baik. Pegawainya pun terhitung rajin. Fany sering berpikir gaji yang sesuai akan mengakibatkan pegawainya lebih rajin dan lebih dari itu, sikap majikan yang ramah.
Tentu Tiffany yang baru punya tiga toko tak bisa disamakan dengan Dylano yang memiliki puluhan perusahaan di bawahnya. Bahkan perusahaan-perusahaan itu berada di negara yang berbeda.
"Hebat juga dia sampai masuk berita. Aku sekali masuk berita waktu jadi saksi penjambretan," keluhnya.
Bel rumah berbunyi. Hari ini Tuti berjanji membawa laporan penjualan pada Tiffany. Maklum, Bu Bos sedang malas ke toko akibat kena PHP mantan rasa pacar. Akhirnya ia malas mandi. Bahkan saat salat hanya berganti pakaian dan pergi wudu.
Sudah pasti pagi ini ia hanya mengenakan kaos dan celana pendek serta rambut yang dicepol. Ruang tamu pun berantakan sisa camilan yang ia makan. Harap dimaklum, rumah ini tak ada ruang keluarga. Jadi menonton televisi dan kumpul keluarga tentu di ruang tamu. Lagian, tamu yang datang pun jarang.
Tiffany melangkah ke pintu keluar. Ia buka daun pintunya dan mendapat kejutan buket bunga selebar ember plus mantan yang sempat memberikan harapan palsu. Kaget, Tiffany hampir membanting pintu dan langsung ditahan Dylano.
"Kamu tunggu sini dulu! Aku malu! Kenapa datang nggak bilang-bilang!" protes Tiffany yang bersembunyi di balik daun pintu yang terbuka.
"Kamu suruh aku datang ke rumah," jawab Dylano enteng.
"Itu minggu kemarin, bukan hari ini!" teriak Tiffany. Rasanya ia ingin menangis karena ketahuan berpakaian begini di depan Dylano. Ini sudah kedua kali bahkan.
Dylano tetap masuk ke dalam rumah. Ia tarik daun pintu yang ditahan Tiffany. Tentu gadis itu kalah kuat. Dylan berhasil menarik daun pintu dan menutupnya. "Lebih cantik begini, nggak menor," pujinya. Ia asongkan buket bunga pada Tiffany. Buket itu kini berpindah tangan.
"Makasih. Tunggu di sini dulu! Lima menit saja!" tegas Tiffany.
Lekas ia lari ke dapur membawa tempat sampah. Semua sampah yang ada di ruang tamu ia buang ke dalam wadah itu kemudian dikembalikan ke dapur. Tak lupa makanan yang masih tersisa ia simpan ke kulkas. Tiffany membuka ikatan rambutnya agar terurai.
"Masuk!" panggilnya. Dylano berjalan memutar lemari yang menjadi sekat antara pintu dan ruang tamu. Tiffany menunjuk sofa kosong agar Dylan duduk di sana.
"Mau minum kopi?" tawarnya.
"Aku bisa bikin sendiri. Kalau mau mandi, mandi saja sana," saran Dylano.
Tentu kaget Tiffany dibuatnya. "Tahu dari mana?"
"Aku ketemu Ayah sama Bunda di jalan. Katanya mereka mau pergi ke rumah saudara kamu. Ayah bilang kamu ada di rumah dan belum mandi," jelas Dylano.
"Ayah ini bagaimana? Kok tega aib anaknya dibongkar begini depan lelaki," batin Tiffany.
"Ya sudah, ke dapur sana! Cari saja kopi sama gelasnya. Aku mau mandi dulu!"
Wanita itu naik ke tangga menuju kamar sementara Dylan pergi ke dapur untuk membuat kopi. Ia hafal letak dapur walau ini baru kedua kali ke rumah ini.
Lumayan lama Tiffany turun dari kamar dengan dress merah muda. Rambutnya terurai panjang. Kini ia duduk berhadapan dengan Dylano.
Terdengar suara decakan dari mulut Dylano. "Aku nggak suka lihat kamu menor," protesnya.
"Aku ini pakai make up ala Korea yang tipis-tipis. Masa iya menor!"
"Lipsticknya merah, nggak suka."
"Dasar laki-laki, ini warna Coral Pink!"
Selesai perdebatan itu, keduanya terdiam. Bingung mereka ingin bahas apa. Tak lama Dylano ingat dengan tas kertas di sampingnya. "Ini, sepatumu. Hampir terbuang karena ada di antara barang bekas," jelasnya.
"Kok bisa kamu temuin sih," kesal Tiffany. Ia juga kaget melihat kertas harapan yang ia tulis Dylano simpan.
"Karena kamu tulang rusukku," celetuk Dylano. Lain dengan Daniel yang mengucapkan hal seperti itu sambil senyum-senyum, Dylano malah berekspresi serius.
"Lebih tepatnya kamu ngebuntutin aku, benar?"
Kali ini Dylano hanya meneguk ludah. Ia melirik ke sekitar ruangan dan melihat foto wisuda Tiffany pun Kak Davis yang tergantung di dinding. "Kamu lulus S1 umur berapa tahun? S2?"
"Umur 22 tahun dan 24 tahun. Kenapa?"
"Sayang, aku nggak bisa lihat kamu langsung di usia itu."
"Karena ada Tiara Khani di sampingmu dan Daniel Hanif di sampingku."
Dylano tersenyum. "Dia selalu menjagamu?"
"Tidak juga, kadang aku ditampar wanita dan disebut pelakor karena Daniel sering berdusta dengan menggunakan aku alasan dia untuk putus dengan mantannya. Kadang kalau dia stress karena Ema, aku pasti tak bisa minta tolong padanya. Jadi, aku harus bisa sendiri."
Mereka sempat terdiam lagi. Dylano bangkit dari sofa dan duduk di samping Tiffany. Perlahan ia terus bergeser hingga mereka duduk berdempetan. "Aku sudah bilang kalau sama kamu, aku nggak bisa nahan," alasannya.
Tiffany tatap dalam kedua mata Dylano. "Dyl, aku ingin menerimamu lagi, tapi aku takut kamu pergi lagi. Aku takut terluka lagi," ucap Tiffany.
Tangan Dylano mengusap rambut Tiffany dengan lembut. "Aku tak punya jaminan, Tif. Aku hanya membuktikan dengan cara Tuhan mempertemukan kita lagi. Bukankah terlihat seperti aku dikembalikan padamu?"
Terdiam mereka. Tiffany angkat tangannya untuk merasakan halus kulit pipi Dylano. "Kalau begitu jangan pergi lagi, jadi milikku. Aku akan hapus semuanya, ingatan kamu pernah ninggalin aku, ingatan aku pernah hidup tanpa kamu. Aku akan berusaha membuat ingatan baru denganmu."
"Maafkan aku, Tif. Aku hanya manusia yang pasti lemah dan akan membuat kesalahan. Aku harap Tiffanyku bisa memberikan kesempatan kedua dan akan kugunakan untuk menghapus kenangan burukmu."
Tiffany melingkarkan lengan di pinggang Dylano. Ia peluk erat pria itu. Dylano balas memeluk. "Benar, tanpa perlu ia tahu, ia tetap bisa kembali padaku. Cukup aku saja yang terluka karena kenyataan itu," batin Dylano.
Tiffany mendongak. Pandangan matanya kembali bertubrukan dengan mata Dylano. Lagi-lagi mereka diam dan saling pandang. Tak lama kecupan hangat mendarat di bibir Tiffany dan gadis itu membiarkannya. Kecupan dari bibir Dylano Khani.
🌳🌳🌳
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepasang Sepatu (TAMAT)
Romance(SUDAH TERBIT CETAK DI PENERBIT KATADEPAN) Tiffany terpaksa bertemu kembali mantan kekasihnya, Dylano dalam reumi SMA. Ia ingin membuat pria itu terpesona dan menyesal sudah memutuskan hubungan mereka. Apalagi delapan tahun lalu Dylano hilang begitu...