31. Di balik New York Tahun 2015

9.4K 1.7K 351
                                    

FLASHBACK

"Aku hanya ke apartemennya saja. Aku ingin tahu keadaan dia bagaimana. Dia tak menghubungiku," ucap Tiara dari balik telpon. Dylano masih duduk di rangka jendela. Ia menelpon istrinya menanyakan keadaan anak mereka, tetapi wanita yang namanya tertulis dalam buku yang kini ia pegang malah Tiffany.

"Hati-hati. Jaga anak kita, jangan jauh-jauh dari penjaga. Ingat, Mama bisa marah padaku kalau tahu aku biarkan kamu keluar rumah," pesan Dylano.

Ia tak tahu pernikahan macam apa yang ia bangun dengan Tiara. Mereka menjadi suami istri. Ini ulang tahun pernikahan mereka yang keempat, tetapi baru beberapa bulan lalu Dylano datang ke rumah dan tidur di kamar yang sama dengan istrinya. Itupun mereka tidur di ranjang yang terpisah.

Tiara tersenyum sambil menutup telpon. Ia mengusap perutnya yang sudah semakin membesar. "Benar, aku mungkin tak bisa mendapatkan hati Papamu. Tapi kamu bisa. Setelah kamu lahir, keluarga kita akan sempurna. Tak akan ada perempuan itu lagi di antara kita."

Susah payah bagi Tiara untuk bisa mendapatkan hati Dylano. Pria itu selalu membangun benteng. Beberapa kali ia mengeluarkan ancaman dengan kematian Tiffany, hasilnya hanya bisa memenjarakan Dylano dalam status bukan dalam hubungan.

Bahkan terakhir kali keluarganya mengancam akan membunuh Tiffany jika tak segera memberi keturunan, Dylano malah menangis tepat di atas tubuh Tiara. Di sana, Tiara tahu sedalam apa ia sudah menyakiti suaminya.

"Aku sudah coba, begitu keras. Dari malam kemarin, kemarin dan kemarinnya lagi. Tetap aku tak bisa menyentuh kamu. Kenapa kamu nggak mengerti?" isak Dylano dengan mata yang sudah basah.

Tiara tahu seberapa besar kebencian Dylano padanya. Bahkan dalam sebuah kamar tertutup dan tanpa sehelai pakaianpun yang menutupi, Dylano tetap menolaknya. Pria itu sama sekali tak mau menyentuh Tiara. Seberapa keras Dylano menyentuh, bayangan Tiffany selalu menahannya.

"Lebih baik kalian punya anak dulu. Aku yakin kalau sudah ada anak, sikap Dylano akan berubah. Dulu Papa dan Mama menikah karena dijodohkan. Lihat, sekarang setelah kamu ada kami saling mencintai," nasehat Lorena.

"Bagaimana caranya? Dia menyentuhku saja tak bisa. Ingat Mama pernah memberiku saran memberikan obat perangsang? Dia dengan senang hati meminumnya. Justru dia malah menangis di depanku dan tak terjadi apapun. Harus bagaimana lagi aku, Ma?" tanya Tiara putus asa.

Akhirnya mereka mengambil jalan paling kontroversial. Mendengar kabar sahabatnya yang bisa hamil menggunakan teknologi IVF, setelah lima tahun menikah tak diberi keturunan , Tiara mendapat ide. Wanita itu mencari tahu bahwa ada firma yang bisa membantu masalahnya. Ia jelaskan akan hubungan pernikahan dengan Dylano. Menggunakan dalih ingin memperbaiki hubungan, prosedur itu dilakukan hingga sepuluh kali dan menelan dana sekitar sebelas milyar.

Sebelumnya sudah ada dua puluh lima wanita yang masih perawan hamil melalui bayi tabung. Walau hal ini sempat ditentang pemuka agama. Tiara terlalu berambisi hingga tetap melakukan hal ini.

"Terima kasih mau mendampingiku melakukan ini," ucap Tiara saat ia dan Dylano duduk di sebuah ruangan untuk dites kesehatan.

"Kau bilang hanya ingin anak. Aku hanya bisa membantumu dengan ini. Asal jangan paksa aku melakukan sesuatu yang tak mungkin lagi," jawab Dylano dingin seperti biasanya.

Tiara ingin memiliki Dylano. Namun, ia takut tekanan justru membuat Dylano hilang dari dunia ini. Belum lagi sudah beberapa kali Dylano mencoba bunuh diri.

Setidaknya menjalankan prosedur itu, Dylano masih mau diajak bekerja sama. Tahun itu mereka akhirnya bisa tinggal di rumah yang sama di London untuk program ini. Setelah berhasil dan Tiara dinyatakan hamil, akhirnya mereka kembali ke New York.

Sepasang Sepatu (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang