9. Efek

10.8K 1.9K 260
                                    

Jalan Sukajadi memiliki bagian yang begitu rindang dipenuhi pohon-pohon. Nama Sukajadi sendiri berasal dari kata suka atau senang. Sedang kata jadi berasal dari bentuk cekungannya seperti gerabah alat masak yang disebut jadi. Kini alat tersebut kita kenal dengan sebutan pariuk. Jika kita mencoba berkendara di sepanjang jalan ini, akan terasa jalan yang tadinya menanjak, semakin ke utara akan menurun lalu menanjak kembali hingga bertemu dengan jalan Dr. Setiabudi. Persis seperti cekungan gerabah.

Di jalan ini ada mall terkenal dengan desain ruangannya yang cantik pun melewati sisi lain dari rumah sakit Hasan Sadikin Bandung. Toko roti kedua Tiffany yang memiliki bangunan paling luas dan menjadi induk ada di sini. Terhitung di Bandung Le Pain memilik tiga cabang.

Pernah ditawari untuk membuka toko di luar kota, Fany menolak. Alasannya karena tak bisa mengawasi dan paling penting agar rotinya lebih mudah dikenang. Setiap orang yang pulang ke Bandung dan membeli rotinya akan rindu kembali hingga datang lagi ke kota ini. Jalur S3 marketing walau bukan di bangku kampus.

Sukses? Banyak orang yang bilang kesuksesan adalah kebahagiaan. Nyatanya Fany tengah merana. Ia menyandarkan kepala di atas meja kayu coklat muda di toko dengan kedua tangan di samping kepala. Beberapa kali menarik napas, hati tetap sesak. Rencana semua hancur.

"Ya Allah, tolong beri kepastian kalau makhluk di dalam mobil itu bukan Dylano," rengutnya. Banyak pengunjung toko yang membeli roti dan nongkrong di sana melihat bimgung kelakuan gadis itu.

Berapa kali pun Tiffany melakukan flashback di dalam otak, tetap wajah orang di dalam mobil itu Dylano Khani. Harinya semakin terasa buruk.

Tersetrum oleh sebuah fakta, Tiffany mengangkat wajah dan duduk tegak. "Kalau memang itu dia, kemungkinan dia pasti datang di acara reuni. Pasti!"

Beberapa menit kemudian Tiffany berteriak. Ia mengacak rambut hingga lepas dari kuciran. Akibat perawatan di salon mahal, rambut itu jatuh cakep seperti di iklan sampo.

"Percuma aku memikirkan terlihat cantik di acara reuni! Dia sudah melihat penampilan jelekku. Dia pasti berpikir ...."

Tak tahu apa yang koslet di otaknya. Tiffany berkhayal Dylano ada di depannya dan mengatakan hal yang menyebalkan.

"Dilihat dari penampilan, terlihat sekali kamu ini nggak laku. Pasti kamu gagal, kan? Pasti kamu gagal move on dari aku sampai berpenampilan seperti orang stress." Terbayang senyum meremehkan Dylano, tersungging ke arah kiri sambil memalingkan pandangan.

Kembali Tiffany membaringkan kepala di atas meja. Wajahnya merengut dengan kening yang terlihat lipatannya dan bibir yang manyun. Dia frustrasi.

"Dylano tak akan bilang begitu. Dia pendiam. Paling dia menatap rendah padaku," keluhnya. Tangan kanan memukuli meja. Kini Tiffany membalikan wajah hingga melihat ke ruangan dalam toko.

Ada seorang anak kecil melompat-lompat di depan rak roti. Anak lucu. Ketika ia melompat, rambutnya bergerak-gerak naik turun. Sesekali anak itu mengusap kening dengan punggung tangan dan menunduk. Ia kecewa tak bisa mendapatkan sesuatu yang ia ingin ambil di rak itu.

Merasa kasihan, Tiffany berdiri. Ia menghampiri anak itu. Merasakan kehadiran Tiffany karena bayangan tubuh, anak itu mendongak. Sengaja Tiffany menundukan tubuhnya agar sepadan dengan mata anak itu.

"Ada yang bisa aku bantu?" Dengan wajah ramah dan berhias senyum Tiffany bertanya.

"Saya angat beterima kasih apabila anda mebawakan saya roti," jawab anak itu begitu kaku seperti anggota keluarga kerajaan. Kalimatnya terpenggal. Sepertinya ia memikirkan kosakata dulu. Tetap saja sikap itu membuat ia terlihat lucu. Dari proporsi wajah yang lebih besar dari tubuh dan pipi bakpau, Tiffany bisa menebak usia anak itu masih di bawah lima tahun.

Sepasang Sepatu (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang