Bidai

17.9K 2K 226
                                    

Ayah atau kata lain tentangnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ayah atau kata lain tentangnya. Dia tak ikut mengandung selama sembilan bulan lebih. Konon gen X dan Y dari ayah hanya memberikan pelengkap, tapi X dari ibu adalah kehidupan. Faktanya tanpa sel dari ayah, tak akan terbentuk makhluk kecil yang disebut anak. Kita tinggalkan dulu pelajaran biologi itu.

Kembali pada ayah, seorang pria yang dianugerahi nama itu setelah hadirnya anak di antara ia dan pasangannya. Intinya ayah adalah pria. Dikutip dari buku karya Claudia Sabrina berjudul Seni Memahami Pria, pria cenderung memilih untuk menyembunyikan dan mengabaikan emosinya agar ia tidak dianggap lemah. Dan inilah yang terjadi ketika ayah yang seorang pria bertemu dengan anaknya yang juga pria.

"Senang di sekolah?" Pertanyaan itu selalu diulang setiap mereka bertemu seolah putranya hanya hidup di sekolah.

"Senang." Jawabannya juga selalu sama. Mulut kecil itu tak pernah menanggapi panjang pertanyaan papanya, karena papanya juga tak suka memperpanjang obrolan.

"Aku harap makanannya enak." Mereka masih berbicara dengan butir mata yang tak saling pandang.

Ada meja dengan diameter dua meter yang memisahkan mereka. Tubuh kecil Christopher sedikit terhalang bunga hiasan dalam vas jika dipandang dari sisi Dylano. Tak ada niatan pria itu menggesernya.

Hening, mereka berdua masih berpikir. Christopher mungkin saja sudah menjerit minta pulang ke rumah nenek. Sayang, dia memiliki 50 % DNA Dylano Al-lail Khani. Menahan rasa adalah bakat keduanya.

Meja itu ada di sebuah balkon dengan railing kaca. Dari sini memandang lepas keluar sana akan terlihat hamparan pasir putih pantai Southampton juga sabana dan perahu boat yang tengah berlayar di Samudera Atlantik Utara . Meadow Lane dikenal sebagai perumahan orang-orang terkaya di dunia.

Makanan di atas piring keramik putih sepertinya tak akan pernah habis. Waffle yang memiliki garis panggang dan aroma butter itu terlihat enak, bagi orang yang lapar. Ditambah saus maple dan segelas susu hangat. Makanan itu hanya sebatas pemandangan bagi ayah yang berusaha dekat dengan putranya.

Beberapa kali pisau makan Dylano bergeser di atas meja. Menghadapi anak berusia empat tahun ternyata lebih sulit daripada menarik perhatian investor asing.

"Kamu ikut nenek ke Indonesia?" Kali ini dia memberanikan diri bertanya lagi.

"Iya." Masih pendek lawannya menimpali.

"Ke makam mama?"

Kali ini lebih sial karena hanya anggukan dari Chris yang Dylano dapatkan. Setidaknya sampai, "Papa nggak ikut?"

Pertanyaan menyakitkan. Mungkin ini detik Dylano tak ingin berusaha memulai obrolan lagi. "Untuk apa?" batinnya.

Ia lupa kapan terakhir kali ia menginjak tanah kelahiran. Empat  tahun lalu mungkin saat Chris lahir, mengantar istrinya keperistirahatan terakhir. Kadang Dylano lupa jika Chris sudah empat tahun. Waktu berlalu secepat pelana kuda yang ditarik penunggangnya.

Sepasang Sepatu (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang