10. Sepasang Sepatu

11.3K 1.9K 296
                                    

Tak satu pun di dunia ini belum pernah terluka. Berapa lama luka itu sembuh berbeda. Luka karenamu tidak pernah sembuh. Tak tahu mengapa.

-Tiffany Anggraeni Putri-

🌳🌳🌳

Ia tak menyerah untuk membuat terkesan banyak orang. Insiden di lampu merah itu, ah biarlah. Semua orang ada sisi jeleknya. Bagian ini paling penting, reuni. Tekad Tiffany berubah. Bukan hanya Dylano, tapi alumni satu SMAnya dulu.

Wajar. Menjadi anak penjual gorengan pinggir jalan yang sekolah di SMA elite bukan hal mudah. Tak ada yang mau berteman, bertanya. Kadang mengerjakan tugas kelompok saja, mereka saling tuduh. Tak mau mereka memasukan Tiffany dalam kelompok. Paling tidak hari ini, saatnya menunjukan jika Tiffany bisa sepadan dengan sebagian dari mereka.

Tiba di entrance hotel bintang lima di Bandung, ia sudah disambut beberapa staff yang berjaga. Mereka mengarahkan Tiffany ke tangga khusus menuju ballroom hotel tempat acara reuni.

Ia sempat berpapasan dengan beberapa orang yang memakai outfit semi formal. Pakaian mereka terlihat mewah. Gaun, jas, sepatu, aksesoris itu seakan bisa berkata, "Hargaku ribuan dollar."

Becermin pada kaca railing tangga, Tiffany tak kecewa dengan pakaiannya hari ini. Skater dress hitam dari LV membuat kesan 'sepadan' semakin jelas. Well, outfit Tiffany juga bisa berkata, "Hargaku tiga ribu dollar." - walau dibeli secara kredit. Demi hari ini.

Dengan Madeleine Sandal dari LV, Tiffany menaiki tangga kantilever spiral yang menghadap ke lobby

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan Madeleine Sandal dari LV, Tiffany menaiki tangga kantilever spiral yang menghadap ke lobby. Di bagian atasnya ada dinding batu indah memiliki ukiran seperti batik jawa.

Tiba di ujung tangga, pintu ballroom terlihat. Tiffany menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan. Jantung mulai berdebar lebih kencang. Ia hanya bisa berpegangan pada clutch di tangan.

Semakin dalam berjalan, melewati pintu kayu besar coklat tua ia terhenti di depan meja penerima tamu. Lekas Tiffany membuka tas tangan dan mengeluarkan undangan dari sana. "Silakan, Nona."

Yakin diizinkan masuk, Tiffany mulai meringsak ke dalam ruangan itu. Plafonnya sangat tinggi. Ada enam jutaian kandil kristal mewah di langit-langit. Di setiap sisi dindingnya terlapisi panel kayu putih dengan ukiran daun. Karpet merah tempat Tiffany berjalan begitu empuk terasa. Kualitas reuni anak-anak sultan di SMA Berbudi memang tak bisa diragukan.

"Fan!" panggil sebuah suara. Ke sana kini Tiffany berpaling. Lorna berjalan cepat ke arahnya. Wanita itu memakai gaun hitam layaknya dresscode semi formal di waktu malam.

"Aku sudah sediakan meja untuk kita," ajaknya lalu menuntun Tiffany berjalan semakin ke depan.

Kursi di ballroom itu diset dalam beberapa meja. Tujuannya untuk memperlihatkan kita ada di geng yang mana. Melewati pohon buatan dan meja yang mengelilinginya tempat gelas air putih ditata rapi, akhirnya mereka tiba di meja paling depan.

Sepasang Sepatu (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang