04. Permainan yang menyakitkan

3.2K 151 12
                                    

Belajar Menerima Kehidupan, Tanpa Harus membenci Keadaan adalah Teori yang Simple namun Susah untuk di Praktekan.


*Part Revisi*✍

🍃🍃🍃





"I...i..iya boleh" jawabnya pelan

"gue Mau Minta Izin untuk......" ucapannya Terhenti Begitu saja.  Ia Jadi Ragu sendiri Takut Lancang.
Ah..kenapa susah sekali mengatakannya.

"A..apa?" tanya Nayla ikut-ikutan Gugup

Dimas menarik Nafas Panjang. kemudian mendorong Pundak Nayla untuk rebahan.
Sorot matanya begitu lurus memandang kearah Nayla.

"Aduh. Dia Mau Ngapain?" ucapnya dalam hati.

Tangan dimas kemudian turun kearah baju tidur Nayla,membuka Kancing Piyamanya dari bawah.
Nayla dibuat spot Jantung dengan sikap,Dimas.
Jujur ia takut,sangat takut. bayangan-bayangan malam itu masih belum lekang diingatannya.

Dimas Terus membuka kancing baju piyama Nayla,hingga hanya tersisa,2 kancing bagian Atas yang masih Rapat.

Nayla diam melihat Dimas juga diam, kenapa? Apa dimas tau kalau dia takut? Apa dimas jijik Karena melihat Respon tubuhnya yang berlebihan??

*Karena teori ini lebih sulit daripada praktek,lebih baik gue langsung praktekin aja. Gengsi Gue kalau bilang Mau Elus Anak Gue.*

"Nay,gue mau minta izin buat ngelus perut loe.loe keramkan?" ujarnya Terburu-buru. Nervous sebenarnya

Nayla mengangguk membenarkan,Jantungnya Berdebar tak Karuan.

"makanya gue minta izin buat buka sebagian baju loe.gue mau tau gimana rasanya deket sama Anak sendiri tanpa ada pembatas" lanjutnya lagi,Sudah mulai bisa mengendalikan Kegugupannya.

Nayla kembali mengangguk Namun Bibirnya rapat. Ia masih dilanda kaget

Tangan Dimas terulur mengusap perutnya.ada getaran Aneh pada dirinya kala tangan Dimas menyentuh perutnya.
Ada Rasa bahagia ada juga rasa takut.
Entahlah ia juga bingung bagaimana menyikapinya.

"Kapan ceck up?" tanyanya masih setia mengelus perut Nayla yang aga menonjol.

"3 hari lagi" jawab Nayla,mulai Relax. Ia menikmati setiap Elusan tangan Berurat itu diperutnya.

"Gue Anterin" ucap Dimas Sesekali Tersenyum. tak Percaya sebentar lagi Akan ada yang memanggilnya Papah. akan ada Yang memintanya Untuk ditemani bermain. Akan Ada Yang merecoki Hari-harinya. Akan ada Yang Minta Jajan dan dibelikan Mainnya padanya.

"Iya"

Mata Nayla terpejam.rasanya Nyaman sekali ketika tangan Dimas berada di perutnya. Kram nya juga sudah membaik, apa mungkin selama ini anaknya merindukan Ayahnya.
Seulas senyuman terbit dari bibir cantiknya, ketika melihat dimas sekali kali mencium perutnya.

"Nay,masalah Malam pertama ataupun Malam-malam lainnya. loe boleh tidur di ranjang gue" nayla mengangguk

"Tapi sorry gue gak akan pernah mau Nyentuh loe.loe tau kan kita nikah karena Terpaksa?" Lanjut dimas.

Rasa senang yang baru saja ia rasakan lenyap begitu saja seiring kata Terpaksa terucap.

"Dan gue udah bikin kesepakatan sama orang tua gue,terutama Papah gue"

Nayla terdiam,menunggu ucapan dimas selanjutnya.

"Bokap gue ngizinin gue Nikah sama loe,dengan Syarat setelah loe ngelahirin Anak gue Nanti.Kita bakalan cerai.
Loe bakalan bebas dari gue. loe bisa punya cowok lain.dan Masalah Anak gue.
Gue sama bokap nyokap gue yang Urus dia sepenuhnya"

NAYLA  || Luka Berakhir Duka (End:Revisi📌)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang