Bermesraan

113 14 0
                                    

"Iya ini aku Kavita," kata pria itu.

"Apa kau sudah puas melihat aku dipenjara karena dirimu?" tanya Kavita.

"Itu salahmu sendiri Kavita. Aku sangat kecewa padamu. Walaupun kau itu kekasihku tapi kau malah mau menikah dengan Sanskar adik iparku. Kita memang baru pertama bertemu secara langsung kemarin, tapi aku sudah memberikan apapapun yang kau minta. Tapi tega sekali kau berbuat seperti itu pada adikku. Mulai dari sekarang kau bukan lagi kekasihku. Kita putus dan jangan ganggu kehidupanku lagi ataupun kehidupan adikku. Jika tidak kau akan tau akibatnya," tegas pria itu yang tak lain adalah Vishal, kakaknya Swara.

"Baiklah karena sebenarnya aku tak mencintaimu. Aku hanya mencintai Sanskar dan bukan dirimu. Selama ini aku hanya pura-pura mencintaimu agar kau membelikan semua yang aku inginkan," kata Kavita.

"Terserah kau saja Kavita. Tapi aku tak akan membiarkan dirimu bebas dengan mudah dari penjara ini," tegas Vishal lalu pergi dari sana.

"Dasar kau bodoh Kavita. Seharusnya kau pura-pura menyesal telah melakukan itu agar Vishal mencabut laporannya. Sekarang kau pasti tak akan bisa keluar dengan mudah dari penjara ini. Karena semua yang dikatakan Vishal pasti itu benar-benar akan terjadi," kata Kavita menyesal karena telah berkata jujur pada Vishal.

Keesokan harinya, Swara sudah bangun lalu dia pergi ke kamar mandi untuk mandi. Swara sudah selesai mandi dan juga ganti pakaian lalu dia keluar dari kamar mandi. Swara melihat Sanskar yang masih tidur. Swara menghampiri Sanskar kemudian mengibas-ngibaskan rambutnya yang masih basah. Bukanya bangun karena terkena air karena rambut Swara yang basah. Sanskar malah langsung memeluk Swara dan Swara berusaha melepaskan pelukan Sanskar. Sanskar lalu membuka matanya dan menatap Swara.

"Sayang apa kau kira aku masih tidur? Sebenarnya aku tadi terbangun karena kau sudah tidak ada disampingku. Tapi aku hanya pura-pura tidur saja saat melihat kau keluar dari kamar mandi sayang," kata Sanskar.

"Baiklah. Cepat kau lepaskan pelukanmu. Bagaimana jika ada yang melihat nanti?" kata Swara.

"Tidak akan ada yang melihat sayang. Lagi pula jika mereka melihat aku dan dirimu seperti tidak papa karena kita kan sudah suami istri," kata Sanskar.

"Sanskar aku mohon lepaskan pelukanmu. Aku harus ke dapur untuk memasak," kata Swara.

"Baiklah sayang," kata Sanskar melepaskan pelukan nya.

"Apa kau mau aku buatkan kopi atau teh?" tanya Swara.

"Tidak perlu sayang. Kau pergi ke dapur saja dan aku akan segera menyusul. Aku nanti yang akan membuatkan teh untukmu dan untukku," kata Sanskar.

"Baiklah. Aku akan menunggumu di dapur," kata Swara lalu pergi.

Sanskar mengambil pakaian ganti lalu dia masuk ke dalam kamar mandi. Setelah selesai mandi dan juga ganti pakaian. Sanskar segera pergi ke dapur. Sanskar melihat Swara yang sedang memasak dibantu oleh pelayan. Sanskar menyuruh pelayan itu tanpa bicara dan hanya menggunakan kode. Swara tak menyadari akan kedatangan Sanskar. Sanskar memeluk Swara dari belakang dan membuat Swara terkejut.

"Cepat lepaskan Sanskar. Bagaimana kalau ada yang lihat?" kata Swara.

"Tidak akan ada yang melihat. Pelayan yang membantumu itu sudah aku suruh untuk pergi. Jadi kau tenang saja," kata Sanskar.

"Sanskar jika kau terus memelukku seperti ini bagaimana aku bisa memasak," kata Swara.

"Kau hanya banyak alasan saja. Kau bisa melanjutkan memasak walaupun aku memelukmu," kata Sanskar.

Sujata datang ke dapur dan melihat Sanskar yang memeluk Swara dari belakang. Sanskar langsung melepaskan pelukan nya saat melihat ibunya datang.

"Apa kalian tidak bisa bermesraan di kamar saja? Ini dapur untuk memasak bukan untuk bermesraan," kata Sujata marah.

"Maafkan kami Bu. Kami tak akan mengulanginya lagi. Apa ibu butuh sesuatu?" kata Swara.

"Tidak jadi," kata Sujata lalu pergi.

"Bukankah sudah aku bilang Sanskar. Kau jangan memeluk ku sesukamu saja. Lihat ibumu marah kan," kata Swara kesal.

"Maaf sayang. Aku tak akan mengulanginya lagi," kata Sanskar.

"Baiklah aku pegang kata-katamu," kata Swara.

"Iya sayang. Sekarang kau lanjutkan memasak dan aku akan membuatkan teh untuk kita," kata Sanskar.

"Tidak perlu membuat teh. Lebih baik kau bantu aku memasak. Karena pelayan sudah pergi gara-gara kamu. Jadi kamu yang harus membantuku," kata Swara.

"Dengan senang hati sayang," kata Sanskar.

Swara dan Sanskar melanjutkan memasak. Setelah selesai memasak, mereka menaruh semua makanan dimeja dan dibantu oleh pelayan. Sanskar menyuruh pelayan untuk memanggil Ram, Sujata dan Laks. Pelayan pun pergi, sedangkan Swara dan Sanskar duduk. Setelah semuanya datang mereka mulai makan.  Mereka semua sudah selesai makan.

"Wah makanannya sangat enak. Pasti ini buatan kamu kan Swara," puji Laks.

"Iya Laks," kata Swara.

"Bukan hanya Swara yang harus dipuji. Aku kan juga membantu Swara memasak dan kau juga harus memujiku," kata Sanskar.

"Baiklah. Masakan kalian berdua memang sangat enak," puji Laks lagi.

Sujata yang tidak suka melihat itu. Dia langsung pergi tanpa mengatakan sepatah katapun. Sanskar bingung kenapa akhir-akhir ini sikap Sujata berubah padanya.

"Ayah sebenarnya apa yang terjadi pada ibu? Kenapa akhir-akhir ini sikapnya berubah padaku?" tanya Sanskar.

"Dia baik-baik saja dan itu mungkin hanya perasaanmu saja Sanskar," kata Ram berbohong.

"Mungkin itu memang perasaanku saja," kata Sanskar.

CINTA SEORANG SAHABAT  [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang