Sejujurnya

98 10 0
                                    

Swara dan Sanskar sudah ada dikamarnya. Swara melihat ke arah Sanskar.  Swara bingung mengatakan apa pada Sanskar karena dia ingin bertemu dengan kakaknya. Sanskar dari tadi menatap Swara yang tadi melihat ke arah nya.

"Ada apa sayang? Jika kau ingin mengatakan sesuatu katakan saja," kata Sanskar.

"Sanskar aku masih merindukan Kak Vishal. Aku baru bertemu kemarin setelah dia pulang dari luar negeri. Apa aku boleh menemuinya," kata Swara.

"Kirain aku kamu mau bicara. Swara tentu saja kau boleh bertemu dengan kakakmu. Aku akan menemanimu untuk bertemu dengannya. Sekarang kau telepon Kak Vishal dan kau katakan padanya ingin bertemu dimana," kata Sanskar.

"Terima kasih Sanskar," kata Swara bahagia.

Swara kemudian menelpon Vishal tapi entah mengapa Vishal tak mengangkatnya.

"Kenapa sayang, apa ada masalah?" tanya Sanskar.

"Tidak ada, cuma Kak Vishal tak mengangkat telepon dariku," kata Swara.

"Kau coba lagi saja, mungkin kakakmu lagi ada pekerjaan," kata Sanskar.

"Iya Sanskar," kata Swara.

Swara menelpon Vishal kembali dan akhirnya Vishal mengangkat telepon dari Swara.

"Iya ada apa Swara?" tanya Vishal.

"Apa kakak sedang sibuk?" tanya Swara.

"Kakak tidak sibuk, memang nya ada apa Swara," kata Vishal.

"Aku ingin bertemu Kakak dan mengobrol dengan Kakak. Sanskar juga akan ikut," kata Swara.

"Baiklah. Kau tinggal kirim alamat tempatnya pada kakak dan kakak akan datang kesana," kata Vishal.

"Iya Kak. Aku akan mengirim alamat tempatnya," kata Swara lalu mengakhiri panggilan.

Swara lalu mengirim alamat tempatnya yaitu sebuah restoran. Swara dan Sanskar lalu menuju ke sana. Akhirnya Swara dan Sanskar sampai disana mereka lalu masuk ke dalam restoran. Vishal sampai disana dan langsung menghampiri Swara dan Sanskar. Sanskar lalu memesan makanan dan juga minuman.

"Maaf karena telah membuat kalian menunggu," kata Vishal yang baru datang.

"Tidak papa Kak. Sekarang kakak duduklah," kata Swara dan Vishal kemudian duduk.

"Oh iya Kak. Bagaimana kabar Kakak?" tanya Swara.

"Kau lihat sendiri kan Kakak baik-baik saja," kata Vishal.

"Apa Kak Vishal habis menangis?" tanya Sanskar.

"Siapa sih yang enggak sedih ditinggal adiknya nikah. Aku baru saja pulang dan aku jadi tak mempunyai waktu untuk bersama dengan Swara karena Swara sudah pergi ke rumahmu Sanskar. Pasti seorang Kakak akan merindukan adiknya. Tapi sebenarnya kakak kurang tidur saja," kata Vishal.

"Aku juga sangat merindukan Kakak," kata Swara lalu memeluk Vishal.

"Sudah lepaskan nanti ada yang cemburu lo," goda Vishal.

"Aku tidak mungkin cemburu Kak. Masa aku cemburu sama kakak istriku sih," kata Sanskar.

Vishal lalu melepaskan pelukan Swara. Vishal menaruh ponselnya di meja. Makanan dan minuman datang. Tanpa sengaja pelayan di restoran menumpahkan minuman dibaju Vishal.

"Maaf Tuan aku benar-benar tak sengaja," kata pelayan itu merasa bersalah dan berusaha membersihkannya.

"Sudah tidak papa. Aku akan membersihkan bajuku dulu, kalian makan saja," kata Vishal.

"Tuan maafkan aku," kata pelayan itu.

"Tidak papa," kata Vishal lalu pergi untuk membersihkan bajunya.

Vishal membersihkan bajunya dan setelah itu dia menatap dirinya di cermin. Air matanya pun menetes dan dia masih sedih karena penghianatan Kavita. Vishal lalu membasuh mukanya dengan air. Setelah itu Vishal kembali menatap dirinya dicermin.

Swara dan Sanskar sedang makan, tapi tiba-tiba ponsel Vishal berbunyi. Swara dengan segera mengangkat telepon itu.

"Aku mohon Vishal bebaskan putriku. Maafkan dia atas semua kesalahan dan dia sudah menyesal. Dia baru sadar kalau sebenarnya dia mencintaimu. Aku mohon bebaskan Kavita dari penjara. Aku mohon berikan Kavita kesempatan kedua untuk memperbaiki kesalahannya," kata penelpon itu yang tak lain adalah Ayah Kavita.

Swara langsung  mengakhiri panggilan tanpa mengatakan apapun pada Ayahnya Kavita. Swara masih belum percaya dengan perkataan Ayah Kavita. Vishal datang kesana dan langsung mengambil ponsel nya dari Swara.

"Kenapa kau mengambil ponsel Kakak?" tanya Vishal.

Swara berdiri dan langsung memeluk Vishal. Swara menangis membayangkan apa yang dirasakana kakaknya sekarang. Sanskar dan Vishal bingung kenapa Swara tiba-tiba menangis.

"Kau kenapa Swara? Kakak tidak marah karena kau mengambil ponsel kakak tanpa seizin kakak. Berhentilah menangis karena kakak tak tega melihat mu menangis seperti ini," kata Vishal melepaskan pelukan Swara dan menghapus air matanya.

"Kakak apa kau mencintai Kavita?" tanya Swara membuat Sanskar dan Vishal terkejut.

"Tidak Swara. Kakak tak mempunyai hubungan dengannya, apalagi mencintainya," kata Vishal berbohong.

"Kau ini memang aneh Swara. Kau menanyakan hal seperti itu pada kakakmu. Bukankah selama ini Kak Vishal ada diluar negeri. Bagaimana dia bisa mempunyai hubungan dengannya, apalagi mencintainya," kata Sanskar yang tak percaya.

"Katakan yang sejujurnya padaku Kak," kata Swara.

"Kau tau itu darimana Swara dan kenapa kau tiba-tiba menanyakan hal itu? Siapa yang memberitahu mu Swara?" tanya Vishal.

"Tadi Ayahnya Kavita menelpon Kakak dan dia mengatakan semuanya padaku," kata Swara.

"Baiklah. Sebenarnya aku mencintai Kavita tapi sebelum aku bertemu dengan nya. Tapi sekarang aku hanya membencinya," tegas Vishal.

"Kakak kau mengatakan itu, tapi hatimu itu berkata lain," kata Swara.

"Sudahlah Swara. Aku tak ingin membahas tentang ini lagi," kata Vishal lalu pergi.

"Apa yang aku dengar itu benar Swara kalau Kak Vishal dan Kavita mempunyai hubungan?" tanya Sanskar.

"Iya Sanskar. Tapi sekarang Kavita sudah sadar kalau dia mencintai Kak Vishal. Kita harus bisa membebaskan Kavita dari penjara," kata Swara.

"Swara tapi aku yakin itu hanya tipu daya Kavita saja agar dia dapat bebas. Aku tau sifatnya itu bagaimana," kata Sanskar yang setuju dengan pendapat Swara.

"Tapi bagaimana jika dia benar-benar sudah mencintai Kakakku. Aku mohon bantulah aku Sanskar," kata Swara memohon.

"Baiklah. Tapi ini aku lakukan demi dirimu Swara dan juga Kak Vishal," kata Sanskar terpaksa.

CINTA SEORANG SAHABAT  [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang