Dilamar

124 14 0
                                    

3 Tahun kemudian Ragini, Laks, Sanskar dan Swara sudah wisuda. Sanskar mulai terbiasa dengan Swara yang selalu bersama Zain. Tapi Sanskar selalu bersikap seperti dulu atas saran dari Ragini. Zain mengajak Swara ke restoran. Swara pun datang ke restoran bersama dengan Sanskar karena Swara yang mengajak Sanskar. Mereka berdua lalu masuk ke restoran.

"Wahh kayaknya dia akan melamarmu Swara," kata Sanskar.

"Hei kau jangan ngarang deh," kata Swara.

"Aku ini berkata jujur loh. Masa dia menyiapkan semua ini untuk kamu. Karena restoran ini sudah disewa olehnya dan juga dihias dengan bunga," kata Sanskar.

"Mungkin," kata Swara.

Swara dan Sanskar lalu menghampiri Zain. Sedangkan Zain terlihat bingung saat melihat Sanskar bersama Swara.

"Swara kenapa kau mengajak Sanskar kesini. Bukankah aku hanya menyuruhmu datang sendiri," kata Zain.

"Kalau menurutmu aku mengganggu kalian. Aku akan pergi dari sana," kata Sanskar.

"Tidak Sanskar. Kau kan sahabat nya Swara. Jadi mana mungkin kau mengganggu," kata Zain.

Zain mengambil bunga mawar yang ada di meja lalu memberikan nya pada Swara. Kemudian Zain berlutut dan mengambil kotak yang berisi cincin di sakunya. Sedangkan Sanskar hanya bisa menahan kesedihannya melihat orang yang dia cintai dilamar di hadapannya.

"Swara maukah kau menikah denganku dan menjadi ibu dari anak-anakku," kata Zain.

Swara bingung harus bagaimana karena Swara lebih nyaman bersama Sanskar daripada kekasihnya sendiri yaitu Zain. Swara menoleh ke arah Sanskar dan melihat Sanskar yang bahagia. Swara lalu melihat ke arah Zain yang menunggu jawabannya.

"Aku mau," kata Swara.

Zain lalu memasangkan cincin ke jari Swara. Zain kemudian memeluk erat Swara. Tapi Swara tak terlihat bahagia, dia hanya bingung dengan perasaannya.

"Terima kasih Swara karena kau mau menikah denganku," kata Zain bahagia.

Swara hanya menatap ke arah Sanskar yang masih terlihat bahagia. Sanskar pura-pura mendapatkan pesan dari ayahnya kalau dia disuruh pulang. Swara lalu melepaskan pelukan Zain.

"Aku ucapkan selamat untul kalian. Swara Zain aku harus pulang sekarang karena aku disuruh ayah untuk pulang. Zain nanti kau antar Swara pulang ya," kata Sanskar.

"Iya Sanskar," kata Zain.

Sanskar keluar dari restoran dan dia langsung menangis saat dia sampai diluar.

"Mungkin aku benar-benar harus melupakanmu Swara. Aku akan bahagia jika kau bahagia," kata Sanskar lalu pergi dari sana.

Sanskar sudah sampai dirumah dan dia langsung menghapus air matanya. Dia lalu masuk ke dalam rumah dan menuju ke kamar. Setelah sampai di kamar, Sanskar mengambil kardus lalu menaruh semua foto dan lukisan Swara disitu. Setelah selesai, Sanskar menyimpan kardus itu diatas lemari.

Tok tok tok tok

"Siapa sih? Aku lagi ingin sendiri," kata Sanskar kesal lalu membukakan pintu.

"Sanskar bisa ibu bicarakan sesuatu padamu,"kata Sujata.

" Tentu saja Bu. Ayo masuk saja," kata Sanskar.

"Tumben banget kamu bolehin ibu masuk. Biasanya enggak boleh loh," kata Sujata bingung.

"Sudahlah Bu, jangan bahas itu lagi," kata Sanskar.

"Baiklah," kata Sujata.

Sujata lalu masuk ke dalam dan duduk disofa. Sanskar kemudian duduk disamping ibunya.

"Ada apa Bu?" tanya Sanskar.

"Aku hanya ingin menyampaikan pesan dari ayahmu. Katanya nanti malam temannya akan datang kesini bersama putrinya yang akan dijodohkan denganmu. Jadi nanti malam kau harus berpenampilan yang rapi dan bagus," kata Sujata.

"Iya Bu," kata Sanskar.

"Berarti kau mau dijodohkan," kata Sujata.

"Jika menurut Ibu dan Ayah itu yang terbaik, aku setuju," kata Sanskar lalu tersenyum.

"Ibu sangat bahagia karena kau menerima perjodohan ini," kata Sujata lalu pergi.

"Mungkin dengan perjodohan ini aku bisa melupakanmu walaupun itu sangat sulit bagiku. Tapi siapapun wanita yang akan dijodohkan denganku harus tau tentang diriku semuanya. Karena aku tak mau menyembunyikan apapun darinya," kata Sanskar.

CINTA SEORANG SAHABAT  [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang