Bab 24

52 13 0
                                    

Setelah sempat rikuh beberapa saat, aku menjelaskan mengapa aku belum pindah dari situ, dan bersikeras agar Opsir Lee ikut ke atas bersamaku untuk menelepon Mrs. Choi yang sedang menginap di rumah cucunya. Aku telah meninggalkan nomornya di sepotong kertas di sebelah komputerku. Ia memutar nomor itu, kemudian mempersilakan aku berbicara dengan Mrs. Choi.

"Aku merasa tidak enak, So Eun," ujar Mrs. Choi. "Aku sudah terlanjur meminta Opsir Lee agar pihak kepolisian mengawasi rumahku sementara aku pergi, dan aku memang mengatakan padanya kau berniat pindah, tapi seharusnya dia mempercayaimu saat kau mengatakan masih menjadi tamuku."

Itu benar, tapi kukatakan padanya, "Memang sebaiknya dia berhati-hati, Mrs. Choi." Aku tidak menambahkan bahwa, sekasar apa pun dia tadi, sebetulnya aku bersyukur dia ada di sini. Ini berarti aku tidak perlu sendirian memasuki apartemen ini, dan setelah dia pergi, aku bisa memasang sidik pengaman pintu itu.

Aku menanyakan keadaan cucu Mr. Choi, mengucapkan selamat malam, kemudian mengakhiri percakapan.

"Anda akan pindah besok kalau begitu, Ms. Kim?" tanya Opsir Lee. Dari nadanya, ia seolah mengatakan, "Ini topi Anda, tunggu apa lagi"

"Ya. Jangan khawatir. Aku akan pindah besok."

"Apa sudah ada yang menanggapi karton permintaan Anda di luar Sing Sing?"

"Terus terang sudah," sahutku, sambil melontarkan senyum puas penuh misteri—istilah Kim Bum.

Ia mengerutkan alisnya. Rupanya aku berhasil menggugah rasa ingin tahunya, memang itu tujuanku.

"Ucapan tidak enak Anda pada Yoo Ah In di Parkinson Inn hari ini sudah tersebar ke seluruh penjuru kota."

"Tidak ada salahnya bicara jujur, dan tidak ada yang mengatakan orang harus beramah-tamah pada pembunuh."

Pipinya memerah saat ia berdiri di sana dengan satu tangan pada pegangan pintu. "Ms. Kim, sebaiknya Anda mendengar nasihatku ini. Setahuku, berkat uang keluarganya, Yoo Ah In punya sejumlah pengikut yang sangat loyal padanya di penjara. Itu kenyataan. Dan beberapa di antara mereka sudah berkeliaran bebas saat ini. Tanpa berundingan dengan Yoo, salah seorang dari mereka mungkin saja memutuskan untuk menyingkirkan salah satu yang mengganggu baginya, dengan harapan memperoleh imbalan memadai tentunya.

"Siapa yang akan membebaskan aku dari biarawan yang meresahkan ini?" tanyaku.
"Apa maksud Anda?"

"Itu pertanyaan simbolis, Opsir Lee. Pada abad ke dua belas, Henry II mengucapkan hal yang sama pada para bangsawan kerajaan, dan tidak lama kemudian Uskup Thomas a Backet di bunuh di dalam gerejanya. Anda tahu sesuatu, Opsir Lee? Aku tidak tahu apakah Anda sedang mengingatkan atau mengancamku."

"Seorang reporter investigasi seharusnya dapat mengatakan bedanya, Ms. Kim."

Setelah itu ia pergi. Di telingaku langkah-langkah kakinya terdengar ekstra keras di tangga, seakan ia ingin aku tahu ia memang sedang melangkah pergi.

Aku memasang sidik pengaman pintu, berjalan ke jendela, mengawasi polisi itu kembali ke dalam mobil patrolinya dan melaju pergi.

Biasanya aku mandi di pagi hari, dan kalau hari itu terasa ekstra berat bagiku, aku mandi lagi sebelum tidur. Aku menganggap itu cara yang baik sekali untuk melemaskan otot-otot punggung dan leherku yang pegal-pegal. Malam ini aku memutuskan untuk melakukan lebih dari itu. aku mengisi bak dengan air panas dan memasukkan bath oil. Setelah enam bulan, botol itu masih hampir penuh, menunjukkan seberapa sering aku berendam. Namun malam ini aku membutuhkan itu, dan rasanya benar-benar enak bisa berbaring sambil brendam di sana. Aku terus berendam di dalam bak itu, sampai airnya mulai dingin.

Daddy's Little Girl ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang