Bab 36

34 12 0
                                    

Aku sudah merencanakan menelepon Cho Jin Woong pada hari Minggu pagi, tapi ternyata ia lebih gesit daripada aku. Saat pesawat telepon berdering pukul sembilan, aku sedang duduk di belakang komputer, dengan cangkir kopi kedua di meja di dekatnya.

"Kuanggap kau sudah bangun sejak pagi, So Eun," ujarnya. "Semoga aku benar."

"Terus terang, aku kesiangan pagi ini," sahutku. "Aku bangun pukul tujuh tadi."

"Justru itu yang sebetulnya kuharapkan. Aku sudah menghubungi Sing Sing."

"Untuk memastikan mereka tahu, apakah dalam beberapa hari terakhir ada mantan tahanan atau sipir yang terlibat dalam salah satu kecelakaan fatal?"

"Ya."

"Kau memperoleh sesuatu?"

"So Eun, kau berada di luar bangunan itu pada tanggal satu November. Im Hae Woon, tahanan yang pernah mendekam satu sel dengan Yoo Ah In, dilepas pagi itu. Dia tinggal di rumah semi permanen di daerah kumuh Manhattan. Dia tidak pernah terlihat lagi sejak hari Jumat malam.

"Aku menerima telepon terakhirnya pada hari Jumat malam, sekitar pukul setengah sebelas," ujarku. "Entah siapa yang meneleponku waktu itu kedengarannya mencemaskan keselamatannya."

"Kita tidak tahu apakah dia orang yang sama, dan kita tidak tahu apakah Hae Woon tidak hanya melanggar persyaratan pembebasannya dengan menghilang begitu saja."

"Menurutmu bagaimana?" tanyaku.

"Biasanya aku tidak begitu percaya hal-hal yang terjadi secara kebetulan, terutama dalam kasus-kasus seperti ini."

"Aku juga."

Aku mengungkapkan pada Jin Woong tentang pertemuanku dengan Sang Ho.

"Aku cuma bisa berharap tidak terjadi apa-apa pada Sang Ho sebelum kau menerima denahnya," ujar Jin Woong geram. "Aku sama sekali tidak heran mendengar ini. Kami semua menduga Yoo Ah In merencanakannya. Tapi aku bisa membayangkan efeknya atas dirimu."

"Maksudmu, fakta bahwa seharusnya Ah In mendekam di penjara, sehingga tidak sempat berkenalan dengan Min Young? Itu terus yang ada dalam pikiranku, dan mulai mengganggu konsentrasiku."

"Tapi kau tahu dengan salinan denah dan pernyataan yang akan dibuat Sang Ho di hadapan kejaksaan pun tidak akan pernah dapat menuntut Ah In. Sang Ho sendiri terlibat di dalamnya, sedangkan denah itu ditandatangani orang bernama Tae Oh, yang tidak dikenal oleh siapa-siapa."

"Ya, aku tahu itu."

"Masa berlakunya hukum untuk tindak kejahatan itu sudah lewat untuk mereka semua—untuk Ah In, Sang Ho, dan Tae Oh yang entah siapa itu."

"Jangan lupakan Hyun Sung. Kalau aku dapat membuktikan dia menghancurkan barang bukti yang berpeluang meringankan hukuman kliennya dengan melibatkan Yoo dalan kasus itu, dia akan berhadapan dengan komite etik."

Aku berjanji pada Jin Woong akan menunjukkan denah yang akan diserahkan Sang Ho padaku. Setelah mengakhiri pembicaraan kami, aku mencoba mengalihkan perhatianku kembali pada pekerjaanku. Prosesnya berjalan lambat, dan setelah berhasil menambah sedikit, aku menyadari sudah waktunya aku berangkat untuk memenuhi janji makan siang dengan keluarga Jessica.

Kali ini aku ingat membawa koper dan kantong plastik binatu berisi celana panjang, sweater, dan jaket.

Sebelum sampai ke dekat biara pada bruder Fransiscan di Graymoor pun aku tahu aku akan mampir di sana. Sepanjang minggu itu, suatu kenangan perlahan-lahan muncul dari bawah sadarku. Aku pernah mengunjungi tempat itu bersama ibuku setelah Min Young meninggal. Sebelumnya ia sudah menelepon Romo Jae Myung, pastor yang ia kenal. Si pastor akan berada di penginapan Saint Christopher hari itu, dan mereka berjanji akan bertemu di sana.

Daddy's Little Girl ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang