Mesin cuci itu habis dipakai.
"Apa yang begitu penting, hingga tidak bisa ditunda sampai aku kembali, Mrs. Yoo?" tanya Mi Kyung, nada suaranya sedikit cemas, seakan khawatir ia telah melalaikan tugasnya. Ia pergi ke luar kota pada hari Kamis, untuk mengunjungi bibinya yang sakit. Sekarang sudah Sabtu pagi, dan ia baru saja kembali. "Anda sebetulnya tidak usah repot-repot mencuci saat Anda sibuk dengan urusan mendekorasi rumah-rumah itu."
Yoo In Na tidak tahu mengapa tiba-tiba rasa cemas melanda dirinya. Entah mengapa, ia tidak langsung menanggapi ucapan Mi Kyung.
"Ah, cuma sekali-sekali, waktu aku sedang mengecek lukisan dekoratifku dan memberikan sentuhan-sentuhan akhir, aku sekalian memasukkan lap-lap bekas cat ke dalam mesin cuci, daripada membiarkannya tergeletak di sana berlama-lama," jawabannya.
"Wah, kalau dilihat dari banyaknya sabun yang Anda pakai, sepertinya banyak sekali yang Anda cuci. Selain itu, Mrs. Yoo, aku mendengar tentang putri keluarga Kim di siaran berita kemarin. Aku masih terus memikirkannya. Siapa menyangka peristiwa seperti itu bisa terjadi di kota kecil ini? Betul-betul menyedihkan."
"Ya, tentu saja." Sepertinya Ah In yang habis memakai mesin ini, batin In Na. Yang jelas, Dong Joon, suaminya, tidak akan pernah menyentuh mesin cuci. Mungkin ia bahkan tidak tahu cara memakainya.
Mata Mi Kyung yang gelap tampak berkaca-kaca. Ia mengusapnya dengan tangan. "Kasihan ibunya."
Ah In? Kenapa dia sampai repot-repot mencuci sendiri?
Itu trik lama Ah In. Ketika berumur sebelas, dia berusaha mencuci bau asap rokok yang menempel di pakaian bermainnya.
"Kim Min Young gadis yang sangat cantik. Dan ayahnya Letnan Polisi! Seharusnya orang seperti dia mampu melindungi anaknya sendiri."
"Ya, seharuanya begitu," In Na duduk di meja dapur, mengorat-oret sketsa untuk dekorasi jendela rumah baru seorang pelanggannya.
"Tega-teganya menghancurkan kepala gadis itu. Orang itu pasti monster. Mudah-mudahan dia digantung begitu ditemukan."
Mi Kyung masih terus mendumel sendiri, dan sepertinya tidak mengharapkan ditanggapi. In Na menyelipkan sketsanya ke dalam map. "Mr. Yoo dan aku akan menemui beberapa teman di hotel untuk makan, Mi Kyung," ujarnya sambil turun dari bangku tingginya.
"Apa Ah In akan di rumah?"
Pertanyaan bagus, batin In Na. "Dia sedang joging, sebentar lagi pulang. Tanya saja sendiri padanya nanti." Ia merasa suaranya sedikit bergetar. Ah In agak gelisah dan murung seharian kemarin. Saat berita kematian Kim Min Young mulai merebak ke seluruh kota, ia mengira Ah In akan sedih. Ternyata reaksinya seperti tidak terlalu peduli. "Aku tidak begitu kenal dia, Mom," kilahnya.
Apakah itu karena Ah In, sama seperti kebanyakan anak muda berusia sembilan belas tahun, merasa sulit menghadapi kematian orang yang masih begitu muda? Apakah itu karena entah mengapa ia merasa seperti hidupnya sendiri terancam?
In Na menaiki tangga perlahan-lahan, tiba-tiba merasa sesuatu tidak enak sedang terjadi. Mereka pindah dari rumah kota mereka di East Seventieth Street, Manhattan, ke rumah dari zaman sebelum revolusi ini enam tahun lalu, saat Ah In mulai masuk asrama. Ketika itulah terpintas dalam diri mereka bahwa selama ini mereka sebetulnya ingin menetap di kota tempat rumah ibu Dong Joon berada, di mana mereka selalu melewatkan liburan musim panas. Kata Dong Joon, ia punya banyak kesempatan menghasilkan uang di sini, dan mulai melakukan investasinya di bidang real estate.
Rumah yang seakan tidak mengenal batas waktu itu menjadi sumber ketenangan yang tak ada habisnya bagi In Na, namun hari ini In Na tidak menyempatkan diri menikmati halusnya kayu selusuran tangga di bawah sentuhan tangannya, atau pemandangan lembah melalui jendela di atas tangga itu.
Ia langsung menuju kamar Ah In. Pintunya tertutup. Ah In sudah pergi selama sejam, dan seharusnya sebentar lagi kembali. Dengan was-was ia membuka pintu dan masuk ke dalam. Tempat tidurnya masih berantakan, tapi bagian lain ruangan itu tampak rapi. Ah In sangat rapi mengenai pakainnya, kadang-kadang ia bahkan menyetrika kembali celananya yang baru dicuci untuk menajamkan lipatannya, tapi ia sama sekali tidak peduli dengan pakaian kotornya. In Na boleh berharap melihat pakaian yang dikenakan Ah In pada hari Kamis dan kemarin menumpuk di lantai, menunggu Mi Kyung kembali.
Buru-buru ia melintasi ruangan, untuk melongok ke dalam tempat pakaian kotor di kamar mandi. Itu juga kosong.
Suatu saat antara Kamis pagi, saat Mi Kyung tidak ada, dan pagi ini, Ah In telah mencuci dan mengeringkan semua pakaian yang dikenakannya pada hari Kamis dan kemarin. Kenapa?
In Na ingin memeriksa lemari pakaiannya, namun ia menyadari risiko Ah In akan memergokinya melakukan itu. Ia merasa tidak siap untuk konfrontasi itu. Ia meninggalkan kamar itu sambil memastikan menutup pintunya kembali, kemudian menuju ujung lorong dan membelok masuk ke dalam kamar tidur utama, yang ia tambahkan bersama Dong Joon saat mereka memperluas rumah itu.
Tiba-tiba menyadari bahwa ia mungkin terserang migrain, ia menjatuhkan mapnya ke sofa di ruang duduk, pergi ke kamar mandi, dan membuka lemari obat. Sambil menelan dua pil sesuai resep, ia menatap cermin dan merasa terkejut melihat betapa pucat dan tegang tampangnya.
Ia masih mengenakan setelan jogingnya, karena tadinya ia merencanakan lari pagi setelah menyelesaikan sketsanya. Rambut pendeknya yang hitam kecokelatan diikat ke belakang, dan ia tidak memakai rias wajah. Menurut penilaiannya yang super kritis ia tampak lebih tua daripada umurnya yang baru empat puluh empat tahun, dengan kerut-kerut halus di seputar matanya dan sudut-sudut bibirnya.
Jendela kamar mandi itu menghadap ke halaman depan dan jalan masuk mobil. Saat melirik keluar ia melihat mobil yang tidak dikenalnya meluncur masuk. Tak lama kemudian bel rumah berbunyi. Ia berharap Mi Kyung akan menggunakan interkom untuk memberitahukan siapa yang datang, namun ternyata Mi Kyung naik ke atas dan menyerahkan sebuah kartu nama padanya.
"Dia ingin bicara dengan Ah In, Mrs. Yoo. Aku bilang padanya Ah In pergi joging, lalu dia bilang dia akan menunggu."
In Na lebih tinggi sekitar dua puluh senti dari Mi Kyung, yang tingginya hanya sekitar 150 senti, tapi ia hampir terpaksa mencengkram lengan wanita bertubuh kecil itu untuk menopang tubuhnya setelah ia membaca nama yang tercantum di kartu itu: Detektif Cho Jin Woong.
20/08/18
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy's Little Girl ✔
RomanceKetika Kim So Eun berusia delapan tahun, kakaknya, Min Young, tewas dibunuh di dekat rumah mereka di Oldham-on-the-Hudson. Ada tiga tersangka: Yoo Ah In, pemuda tampan dari keluarga kaya setempat, yang diam-diam menjalin hubungan dengan Min Young; P...