Setelah pemakaman, kami kembali ke rumah. Para wanita tetangga kami telah menggelar meja, dan banyak orang hadir di sana; tetangga lama kami dari Irvington, teman-teman lingkungan gereja, teman-teman main bridge-nya, dan para rekannya sesama sukarelawan di rumah sakit. Banyak teman lama ayahku dan juga opsir-opsir kenalannya, beberapa di antara mereka masih mengenakan seragam dan sedang bertugas, mampir cukup lama untuk ikut menyatakan kesetiakawanan mereka.
Lima gadis sobat kental Min Young mengelompok di pojokan dengan mata sembab penuh air mata. Jessica yang rumahnya dikunjungi Min Young, tampak sangat terpukul dan sedang dihibur oleh keempat gadis lainnya.
Aku merasa tersisih dari mereka semua. Ibuku tampak sangat sedih dalam pakaian hitamnya, duduk di sofa ruang tamu. Teman-teman di sampingnya memegangi tangannya dan berusaha membujuknya minum secangkir teh. "Ini akan menghangatkanmu, Yo Won. Tanganmu dingin." Ia merasa agak terhibur, walaupun matanya masih basah oleh air mata, dan beberapa kali aku mendengar ia berkata, "Aku tidak percaya dia sudah tidak ada."
Ibu dan ayahku saling menguatkan di pemakaman, tapi sekarang mereka duduk di ruangan yang berbeda, ibuku di ruang tamu, ayahku di pojok teras belakang untuk menyendiri. Nenekku ada di dapur dengan beberapa teman lamanya dari Irvington, dengan sedih mengenang masa-masa yang lebih menyenangkan dalam hidupnya.
Aku berkeliling di antara mereka, dan meski tak usah dipertanyakan lagi bahwa mereka menyapaku dan menyatakan bahwa aku gadis kecil yang tegar, aku toh merasa amat sendirian. Aku ingin ada Min Young. Aku ingin ke atas, ke kamar kakakku, menemukan dia di sana, dan naik ke atas tempat tidurnya sementara ia asyik berceloteh di telepon dengan teman-temannya, atau dengan Yoo Ah In.
Sebelum menelpon Ah In, ia akan berkata, "Aku bisa mempercayaimu, kan, So Eun?"
Tentu saja bisa. Ah In hampir tidak pernah meneleponnya di rumah, karena Min Young dilarang berhubungan dengannya, sehingga selalu ada kecemasan saat Min Young menerima telepon di kamarnya, bahwa ibu atau ayahku mungkin mengangkat pesawat telepon di bawah dan mendengar suaranya.
Ibu atau ayahku? Atau hanya ayahku? Apakah ibu akan marah? Biar bagaimanapun, Ah In seorang Yoo. Mrs. Yoo senior maupun junior sekali-sekali menghadiri rapat di Women's Club, dimana ibuku juga menjadi anggotanya.
Kami kembali ke rumah siang hari. Pada pukul dua, orang-orang berpamitan sambil mengatakan, "Setelah semua yang kalian alami, kalian butuh istirahat."
Aku tahu bahwa itu berarti, setelah menyatakan duka cita pada yang sedang berkabung, sedikit menghibur, mereka siap pulang. Bila masih ada sedikit keengganan untuk meninggalkan rumah kami, alasannya karena mereka sangat ingin mengetahui perkembangan terakhir dari upaya menemukan pembunuh Min Young.
Sementara itu, semua orang sudah tahu tentang ledakan emosi Yoochun di sekolah, dan mereka juga tahu Min Young ada di dalam mobil Yoo Ah In ketika Ah In ditangkap karena melanggar batas kecepatan di jalan pada bulan sebelumnya.
Park Yoochun. Siapa menyangka anak muda pendiam yang tertutup itu bisa jatuh hati pada gadis seperti Min Young, atau bahwa Min Young menyatakan bersedia pergi dengannya ke pesta dansa Thanksgiving?
Yoo Ah In. Ia telah menyelesaikan tahun pertamanya di perguruan tinggi, dan ia pasti bukan anak bodoh—setiap orang bisa melihat itu. Namun menurut desas-desus ia telah dikeluarkan. Sepertinya ia telah menyia-nyiakan waktu di tahun pertamanya itu. Ia berusia sembilan belas tahun ketika ia mulai memperhatikan kakakku. Apa haknya main-main dengan Min Young yang baru duduk di kelas dua sekolah menengah?
"Bukankah konon dia terlibat dalam peristiwa yang menimpa neneknya di rumahnya itu?"
Persis saat aku tak sengaja mendengar itu, bel pintu berbunyi dan Mrs. Bae dari klub bridge ibuku, yang kebetulan sedang ada di ruang depan, berdiri untuk membuka pintu. Di teras depan berdiri Mrs. Yoo Chae Young, nenek Ah In, pemilik rumah dengan garasi tempat Min Young mengembuskan napas terakhirnya.
Ia wanita anggun dan mengesankan. Pundaknya lebar dan dadanya penuh. Ia selalu berdiri tegak, sehingga tampak lebih tinggi daripada sebenarnya. Rambutnya yang berwarna abu-abu besi bergelombang alamiah dan disisir ke belakang. Pada usia tujuh puluh tiga, alisnya masih hitam, menarik perhatian orang ke matanya yang cokelat muda dan menampilkan ekspresi cerdas. Garis rahangnya yang kuat tidak menunjukkan bekas kecantikan, tapi hal itu menambah kesan wibawanya.
Ia tidak memakai topi, dan mengenakan baju musim dingin abu-abu gelap berpotongan bagus. Ia masuk ke ruang muka, matanya segera menyapu seluruh ruangan, mencari ibuku yang sedang berusaha melepaskan tangannya dari teman-temannya dan berusaha berdiri.
Mrs. Yoo bergerak langsung ke arahnya. "Aku sedang berada di California, dan baru bisa kembali sekarang, tapi aku ingin menyampaikan rasa bela sungkawa padamu dan keluargamu, Yo Won. Bertahun-tahun lalu aku kehilangan anak lelakiku yang masih remaja karena kecelakaan ski, jadi aku bisa mengerti perasaan kalian saat ini."
Di saat ibuku mengangguk dengan rasa terima kasih, suara ayahku menggelegar memenuhi ruangan. "Ini bukan kecelakaan, Mrs. Yoo," ujarnya. "Anak gadisku dibunuh. Dia dihajar sampai mati, ada kemungkinan cucu Anda pelakunya. Malah, mengingat reputasinya, sebaiknya Anda tahu dialah tersangka utamanya. Jadi, aku mohon Anda pergi dari sini. Anda beruntung masih hidup sampai saat ini. Anda masih tidak percaya bahwa dia terlibat perampokan di mana Anda ditembak dan ditinggalkan dalam keadaan sekarat, ya kan?"
"Nam Gil, teganya kau mengatakan itu," ujar ibuku dalam nada memohon. "Mrs. Yoo, aku minta maaf. Suamiku..."
Rumah yang sedang penuh itu tiba-tiba seperti kosong, seakan hanya mereka bertiga yang ada di sana. Semua yang hadir seperti terpaku di tempat masing-masing, seakan pion-pion dalam pemainan yang biasa aku mainkan saat aku masih kecil.
Ayahku seperti sosok orang dari Kitab Perjanjian Lama. Ia telah melepaskan dasinya, bagian leher kemejanya dalam keadaan terbuka. Wajahnya seputih kemejanya. Mata birunya berubah gelap. Ia memiliki rambut tebal bernuansa cokelat alami, namun saat itu tampaknya jauh lebih lebat, seakan amarahnya telah membangkitkan medan listrik di dalamnya.
"Jangan minta maaf untukku, Yo Won," teriaknya. "Tak seorang polisi pun dalam rumah ini yang tidak tahu bahwa Yoo Ah In itu tukang bikin masalah. Anakku—anak kita—mati. Sekarang kau..." ia melangkah menghampiri Mrs. Yoo... "kau keluar dari rumah ini, dan bawa semua air mata buayamu."
Wajah Mrs. Yoo sekarang sama pucatnya seperti wajah ayahku. Ia tidak menjawab, melainkan meremas erat tangan ibuku, kemudian melangkah tenang ke pintu.
Saat membuka mulutnya, ibuku tidak meninggikan suaranya, namun nadanya tajam sekali. "Kau memang ingin Yoo Ah In yang menjadi pembunuh anakmu, ya kan, Nam Gil? Kau tahu Min Young tergila-gila padanya, dan kau tidak bisa menerima itu semua. Kau tahu sesuatu? Kau cemburu! Kalau kau mau bersikap lebih wajar dan membiarkan dia pergi dengan Ah In, atau anak muda lain, dia tidak akan perlu sembunyi-sembunyi melakukannya..."
Kemudian ibuku meniru gaya bicara ayahku, "Min Young, kau hanya boleh pergi ke pesta sekolah dengan teman lelaki dari sekolahmu. Tapi kau tidak boleh naik mobilnya. Aku yang akan menjemputmu, dan aku yang akan mengantarmu."
Wajah ayahku memerah, entah karena rasa malu atau marah, aku tidak tahu. "Kalau dia patuh padaku, dia masih hidup sekarang," ujarnya datar, suaranya tenang tapi pahit. "Kalau saja kau tidak mencium tangan orang yang namanya Yoo..."
"Untungnya kau tidak dilibatkan dalam pengusutan ini," sela ibuku. "Bagaimana dengan anak muda keluarga Park itu? Bagaimana dengan si pekerja serabutan, Lee Kwang Soo? Bagaimana dengan salesman itu? Apa mereka sudah menemukannya?"
"Bagaimana dengan peri gigi?" Kini suara ayahku bernada mengejek. Ia membalikkan tubuh dan kembali ke ruang kerja pribadinya, tempat teman-temannya sedang berkumpul. Ia menutup pintu di belakangnya. Akhirnya suasana menjadi sunyi.
17/01/19
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy's Little Girl ✔
Любовные романыKetika Kim So Eun berusia delapan tahun, kakaknya, Min Young, tewas dibunuh di dekat rumah mereka di Oldham-on-the-Hudson. Ada tiga tersangka: Yoo Ah In, pemuda tampan dari keluarga kaya setempat, yang diam-diam menjalin hubungan dengan Min Young; P...