Bab 40

64 16 0
                                    

Waktu menunjukkan pukul lima lewat seperempat ketika aku kembali ke tempat penginapan itu. Industri kosmetik multimiliyun dolar itu bakal bangkrut kalau harus mengandalkan diri pada orang-orang seperti aku. Sedikit wajah yang kumiliki musnah dalam kebakaran itu. Aku membeli bedak padat dan lipstik di toko farmasi satu-dua hari sesudahnya, tapi perlu waktu setengah jam untuk menggantikan produk-produk seperti maskara dan perona pipi.

Meskipun aku tidur sampai pukul sembilan tadi pagi, aku toh masih mengantuk dan ingin berbaring sebentar sebelum waktunya berpakaian untuk memenuhi janji kencanku dengan Kim Bum.

Aku bertanya-tanya, beginikah rasanya kalau seseorang sudah mendapat garis finisnya? Si atlet terus berlari dalam maraton itu, tahu ia hampir sampai di bagian terakhir pertandingan. Aku pernah mendengar ada saat di mana selama beberapa detik si pelari mengurangi kecepatannya, mengumpulkan tenaga, dan setelah itu mengerahkan segalanya untuk terakhir kali menuju kemenangannya.

Seperti itulah yang kurasakan. Aku sudah berhasil menelusuri jejak-jejak Yoo Ah In, dan aku yakin tak lama lagi aku dapat mengungkap apa yang telah dilakukannya pada Cha dan kapan kejadiannya. Kalau dugaanku benar, ia akan kembali masuk penjara.

Aku menghajar Cha sampai mati, dan rasanya bukan main.

Setelah itu diajukan ke muka pengadilan yang sesungguhnya, Komite Penegak Keadilan untuk Yoo Ah In akan mubazir dan segera tenggelam dalam ketiadaan, dan setelah itu, baru setelah itu, bak anak ayam yang baru menetas, aku akan mencoba melangkah menuju masa depan yang baru.

Malam ini aku akan bertemu seseorang yang ingin kulihat dan ingin melihatku. Entah ke mana kami melangkah setelah itu. Aku tidak tahu, juga belum memikirkan sejauh itu. Namun untuk pertama kali dalam hidupku aku mulai merasa antusias melihat ke depan, dengan hampir lunasnya utangku pada masa silam. Perasaan puas yang menumbuhkan harapan.

Kemudian aku melewati pintu masuk tempat penginapan itu, dan melihat Taehyung, adik seayahku, berdiri di sana menungguku.

Kali ini ia tidak tersenyum. Ia tampak resah, namun toh yakin apa yang dilakukannya, cara ia menyapaku tanpa basa-basi. "So Eun, ayo kita masuk. Kita harus bicara."

"Aku sudah mengundang adik Anda untuk menunggu di ruang rekreasi, tapi dia khawatir akan bersisipan dengan Anda," ujar Mrs. Kang.

Kekhawatirannya beralasan, sebab itulah yang akan terjadi, batinku. Aku akan tetap tinggal di atas andai aku tahu ia sedang menungguku.

Aku tidak ingin Mrs. Kang mendengar apa yang akan dikatakan anak ini, karena itu aku melangkah mendahuluinya ke ruang rekreasi. Kali ini aku menutup pintunya, dan kami berdiri berhadap-hadapan.

"Taehyung," mulaiku, "kau harus mendengarku. Aku tahu maksudmu baik. Aku tahu maksud ayahmu baik. Tapi kalian tidak perlu membuntutiku. Aku baik-baik saja, dan aku bisa menjaga diriku sendiri."

"Tidak, aku tidak bisa!" Matanya tampak berapi-api, dan untuk sesaat ia tampak begitu mirip ayahku, sehingga aku merasa seakan berada kembali di ruang makan rumah kami dulu, dan Daddy sedang mengatakan pada Min Young apa pun alasannya dia dilarang berhubungan dengan Yoo Ah In.

"So Eun, kami sudah melihat apa yang kaumasukkan ke dalam situsmu tadi siang. Dad khawatir setengah mati. Dia bilang keluarga Yoo sekarang punya alasan untuk membungkammu, dan mereka akan melakukan itu. Dia bilang kau telah menjadi ancaman berbahaya untuk mereka, dan itu berarti kau benar-benar dalam bahaya. So Eun, kau tidak boleh melakukan ini pada Dad ataupun pada dirimu sendiri. Atau padaku."

Ia tampak begitu khawatir, begitu emosional, sehingga aku merasa kasihan padanya. Aku meletakkan tanganku di atas lengannya. "Taehyung, bukan maksudku membuat kau dan ayahmu khawatir. Aku melakukan apa yang memang harus kulakukan. Aku tidak tahu lagi bagaimana cara mengatakannya padamu, tapi kumohon, biarkan aku sendiri. Selama ini kau sudah menjalani hidupmu tanpa aku, dan ayahmu sudah menjalani hidupnya tanpa aku sejak aku masih muda sekali. Apa sebetulnya masalahnya? Aku sudah coba katakan padamu tempo hari—kau tidak kenal aku. Kau tidak punya alasan untuk khawatir mengenai aku. Kau anak muda yang baik, tapi sebaiknya hubungan kita cukup sejauh itu."

Daddy's Little Girl ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang