Bab 28

44 14 0
                                    

Aku menemukan Mrs. Park di dalam ruang tunggu di luar unit perawatan intensif. Ia sedang menangis diam-diam, air matanya turun membasahi pipi. Bibirnya tertutup rapat, seakan ia khawatir kalau ia tidak melakukan itu, semua kesedihan yang ia pendam selama ini akan mengalir keluar.

Mantelnya terselempang di pundak, dan meskipun baju hangat dan roknya bernuansa biru gelap, aku bisa melihat bercak-bercak bernuansa gelap yang pasti merupakan bekas darah Yoochun.

Seorang wanita bertubuh besar dan berpakaian sederhana berusia sekitar lima puluhan duduk di sebelahnya, seakan berusaha memberinya perlindungan. Ia mengangkat wajahnya ke arahku, tatapannya tidak bersahabat.

Aku tidak yakin reaksi apa yang kuharapkan dari Mrs. Park. Situskulah yang memicu serangan verbal yang dilakukan pengurus rumah tangga Mrs. Yoo, yang kemudian ditanggapi Yoochun dengan begitu mengenaskan.

Namun Mrs. Park bangkit berdiri, kemudian melintasi ruangan itu untuk menyambutku. "Kau mengerti, So Eun," isaknya. "Kau mengerti apa yang telah mereka lakukan terhadap putraku."

Aku merangkulnya. "Aku mengerti, Mrs. Park." Sambil memeluknya, aku mengalihkan mataku ke arah wanita yang sedari tadi menemaninya. Wanita itu menangkap pertanyaan yang diam-diam kulontarkan ke arahnya, dia membuat gerakan dengan tangannya, yang diartikan masih terlalu cepat untuk mengetahui kondisi Yoochun pada saat ini.

Kemudian ia memperkenalkan dirinya. "Aku Han Sung Kyung. Aku bekerja untuk Mrs. Park dan Yoochun di toko penganan mereka. Aku mengira Anda reporter."

Kami duduk bersama selama dua belas jam berikutnya. Dari waktu ke waktu kami masuk ke dalam dan berdiri di muka ruangan bersekat tempat Yoochun berbaring, dengan masker oksigen menutupi wajahnya, slang-slang di lengannya, perban tebal di pergelangan tangannya.

Selama malam panjang itu, aku melihat kecemasan yang membayang di wajah Mrs. Park, menyaksikan bibirnya bergerak dalam doa, dan mendapati aku sendiri mulai berdoa. Mulanya keluar begitu saja, tapi kemudian lebih intensif. Kalau Kau menyelamatkan Yoochun untuknya, aku akan mencoba menerima semua yang pernah terjadi. Mungkin aku tidak akan berhasil, tapi aku berjanji akan berusaha.

Berkas-berkas cahaya mulai menembus kegelapan di luar. Pukul sembilan lewat seperempat, seorang dokter memasuki ruang tunggu itu. "Keadaan Yoochun sudah stabil," ujarnya. "Dia akan pulih. Bagaimana kalau kalian pulang sekarang untuk tidur?"

Aku pulang dari rumah sakit naik taksi; dalam perjalanan, aku meminta sopir berhenti sebentar supaya aku bisa membeli koran pagi itu. Setelah membaca sekilas halaman muka harian Westchester Post itu, aku bersyukur di dalam unit perawatan intensif itu, Park Yoochun tidak memiliki akses untuk membaca koran.

Judul berita itu berbunyi "Tersangka Pembunuhan Melakukan Upaya Bunuh Diri".

Bagian selebihnya halaman depan itu memuat foto-foto tiga orang. Yang paling kiri foto Lee Kwang Soo yang berpose di depan kamera, dengan ekspresi sok tahu di wajahnya yang sama sekali tidak meyakinkan. Di sebelah kanan foto wanita berusia enam puluh limaan, dan tampang waswas yang semakin menonjolkan kerutan-kerutan wajahnya. Yang di tengah foto Yoochun, di belakang meja kasir tokonya, dengan pisau roti di tangan.

Foto itu telah dipotong sedemikian rupa, sehingga yang tampak hanya tangannya yang menggenggam pisau. Entah apa konteksnya, karena sama sekali tidak terlihat roti yang sedang dipotongnya. Matanya melihat ke kamera, kedua alisnya menyatu.

Daddy's Little Girl ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang