Bab 16

138 21 0
                                    

Park Yoochun sedang berdiri di belakang konter saat aku membuka pintu tokonya, bel yang ditempelkan di pintu berdenting-denting.

Bayanganku yang samar-samar mengenai dirinya berkisar sekitar stasiun pompa bensin lama tempat ia bekerja sekian tahu lalu. Ia biasa mengisi bensin ke dalam tangki kendaraan kami, setelah itu menyemprot dan mengelap kaca depan mobil sampai mengilat. Aku masih ingat ibuku mengatakan, "Yoochun memang anak baik," ucapan sentimental yang tidak pernah dilontarkan lagi setelah ia mulai dicurigai sehubungan dengan kematian Min Young.

Kurasa kenanganku mengenai penampilannya secara fisik sebagian, atau mungkin semata-mata, didasarkan pada foto-fotonya yang kulihat dalam kliping-kliping koran yang disimpan ibuku, kliping-kliping yang membeberkan secara mendetail kasus pembunuhan Min Young dan sidangnya. Tidak ada yang lebih menggugah minat baca publik daripada diajukannya putra tampan sebuah keluarga terkemuka dan kaya sebagai tersangka dalam kasus pembunuhan seorang gadis remaja yang cantik.

Tentu saja ada gambar-gambar yang menyertai teks-teks itu: jenazah Min Young yang digotong keluar dari garasi yang menjadi tempat persembunyian; peti matinya yang digiring keluar dari gereja; ibuku dengan tangan-tangan tercakup, wajah yang mengungkapkan kesedihan amat sangat; ayahku, dengan ekspresi tidak keruan; aku sendiri, tampak kecil dan bingung; Park Yoochun, terguncang dan tegang; Yoo Ah In, arogan, tampan, dan menyeringai; Lee Kwang Soo, dengan senyum aneh yang tidak wajar.

Hari kerja yang sukses untuk para fotografer yang bertekad merangkum emosi insani yang sesungguhnya.

Ibuku tidak pernah menceritakan padaku, bahwa ia memiliki koleksi kliping surat kabar ataupun transkip sidang pengadilan ini. Setelah ia meninggal, aku sempat terguncang begitu menemukan bahwa koper yang selama ini menemani kepindahan kami kemana-mana sesungguhnya sebuah kotak pandora yang menyimpan kenangan sedih. Terbesit sekarang bahwa di saat-saat minuman keras menghantar ibuku ke suasana depresi, ada kemungkinan ia membuka koper itu dan menghayati kembali penderitaan pribadinya.

Aku yakin Yoochun dan Mrs. Park sudah mendengar aku ada di kota itu. Begitu ia mengangkat wajahnya dan melihatku, Yoochun tampak tertegun, tapi setelah itu ekspresinya berubah was-was. Aku menghirup berbagai aroma sedap daging asap dan penganan yang sepertinya merupakan ciri khas toko makanan Jerman, dan kami berdiri di sana sambil saling menatap.

Penampilan Yoochun yang gempal kelihatannya lebih sesuai untuk lelaki dewasa dibandingkan foto-fotonya di koran, ketika ia masih remaja. Pipinya yang gembil sudah susut, ekspresi matanya tidak lagi mengungkapkan rasa salah tingkah seperti dua puluh satu tahun yang lalu. Saat itu beberapa menit menjelang pukul enam, waktu tutup, dan sebagaimana kuharapkan, tidak ada pelanggan yang muncul pada saat-saat terakhir untuk mendapatkan pelayanan.

"Yoochun, aku Kim So Eun." Aku melangkah mendekat, dan mengulurkan tanganku melalui meja kasir. Ia menyambut uluranku, genggamannya mantap, bahkan sedikit terlalu kuat.

"Aku dengar kau kembali. Lee Kwang Soo bohong. Aku tidak ada disana malam itu." Suara protesnya bernada tersinggung.

"Aku tahu kau tidak di sana waktu itu."
"Tidak adil dia mengatakan itu."

Pintu yang memisahkan dapur dengan bagian muka toko itu membuka, kemudian Mrs. Park melangkah keluar. Kesan yang kuperoleh saat itu adalah bahwa ia senantiasa siap menghadapi apapun yang mungkin kurang menyenangkan untuk putranya.

Ia tampak lebih tua, tentu saja, dan ia bukan lagi wanita berpipi semerah apel yang kuingat. Tubuhnya lebih kurus sekarang. Rambutnya ubanan, dengan hanya sedikit nuansa bunga daffodil yang kuingat, dan ia berjalan sedikit pincang. Begitu melihatku, ia berkata, "So Eun?" dan ketika aku mengangguk, ekspresi cemasnya berubah menjadi senyuman selamat datang. Ia bergegas mengitari konter untuk merangkulku.

Daddy's Little Girl ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang