Sang Ho meneleponku pada pukul tujuh hari Senin pagi. "Kau masih mau beli?"
"Ya. Bankku di Oldham-Hudson, Main Street. Aku akan ke sana pukul sembilan, dan kau bisa menemuiku di pelataran parkirnya pada pukul sembilan lewat lima."
"Oke."
Saat aku meninggalkan bangunan bank, ia muncul dengan kendaraannya dan memarkirnya persis di sebelah mobilku. Tak seorang pun bisa melihat apa yang terjadi dari arah jalan.
Ia membuka jendelanya. "Mana uangnya?"
Aku menyerahkan uang itu.
Setelah menghitung, ia berkata, "Oke, ini denahnya."
Aku mempelajarinya dengan cermat. Dalam terang siang, bulu kudukku berdiri saat aku membayangkan semua ini telah direncanakan oleh cucu si calon korban yang baru berusia tujuh belas tahun. Aku tahu aku akan membayar berapa pun yang diminta Sang Ho untuk mendapatkan izinnya untuk memuat ini di situsku.
"Sang Ho, kau tahu batas masa berlakunya hukum untuk kasus ini sudah berlalu. Kalaupun pihak kepolisian tahu mengenai ini, mereka tidak bisa melakukan apa-apa padamu. Tapi kalau aku memasukkan ini di Internet dan menulis apa yang telah kau ungkapkan padaku, itu akan mempengaruhi keputusan Mrs. Yoo dalam mewariskan uangnya untuk dana sosial atau Ah In."
Aku berdiri di luar mobil pickup-nya, sementara ia duduk di dalam, dengan tangan memegangi kemudi. Ia tampak sebagaimana jadinya ia sekarang; lelaki pekerja keras yang hampir tidak pernah menikmati waktu santai.
"Begini, aku lebih baik mengambil risiko dikejar oleh Ah In daripada membayangkan dirinya bergelimangan dalam uang. Silakan."
"Kau yakin?"
"Yakin. Demi Byung Chon."
¤¤¤♡♡☆♡♡¤¤¤
Setelah pengalaman mengemudi ke Boston dan terjebak dalam arus lalu lintasnya yang sibuk, aku menyisihkan waktu cukup untuk perjalananku ke Maine setelah aku mengkonfirmasi janji temu dengan Lee Yoon Ji, pejabat yang bertanggung jawab soal penerimaan siswa baru di Carrington Academy.
Karena itulah begitu tiba di Rockport, aku punya waktu cukup lama untuk menikmati sandwich panggang isi keju dan Coca Cola di sebuah kedai kopi yang terletak sekitar satu mil dari sekolah itu. Sesudah itu, aku merasa siap menghadapi wanita itu.
Saat aku digiring ke kantornya, ia menyalamiku dengan sopan, tapi tetap menjaga jarak, sehingga aku yakin ia tidak akan begitu antusias memberikan informasinya padaku. Ia berdiri di belakang mejanya dan mempersilakan aku duduk di depannya. Seperti kebanyakan eksekutif, ia memiliki ruang menerima tamu dengan sebuah sofa dan beberapa kursi, namun aku tidak diundang untuk duduk di sana.
Ia lebih muda daripada yang kuperkirakan, sekitar tiga puluh lima tahun, dengan rambut warna gelap dan mata besar bernuansa kecokelatan sepertinya agak resah. Dari pembicaraan singkat kami di telepon, jelas ia sangat bangga akan sekolahnya, dan tidak akan membiarkan reporter investigasi mencampakkan itu hanya karena ulah seorang siswanya.
"Dr. Lee," mulaiku, "sebaiknya aku berterus terang. Yoo Ah In pernah melewatkan masa-masa sekolahnya di Carrington. Dia dikeluarkan dari sekolah sebelumnya karena secara brutal menganiaya siswa lain. Dia berusia empat belas tahun ketika peristiwa itu terjadi.
"Di usia tujuh belas tahun dia merencanakan pembunuhan atas neneknya, yang ditembak sampai tiga kali. Benar-benar mukjizat neneknya bisa bertahan. Di usia sembilan belas tahun dia menghajar kakakku sampai mati. Saat ini aku sedang melacak kemungkinan masih ada satu orang lagi yang nyawanya dia cabut."
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy's Little Girl ✔
RomanceKetika Kim So Eun berusia delapan tahun, kakaknya, Min Young, tewas dibunuh di dekat rumah mereka di Oldham-on-the-Hudson. Ada tiga tersangka: Yoo Ah In, pemuda tampan dari keluarga kaya setempat, yang diam-diam menjalin hubungan dengan Min Young; P...