Bab 39

39 15 0
                                    

Aku biasa meletakkan ponselku di atas bantal di sebelahku. Selasa pagi itu pesawatnya berdering, dan membuatku terbangun. Saat menjawab "Halo" dalam suara masih mengantuk, aku melirik ke arah arlojiku dan terkejut melihat sudah pukul sembilan.

"Pasti habis semalaman di kota."

Ternyata Kim Bum.

"Oke," sahutku. "Aku naik mobil dari Maine ke Massachusetts, setelah itu melintasi daerah New York. Malam paling seru dalam hidupku."

"Mungkin kau terlalu capek untuk ke Manhattan."

"Mungkin kau sedang mencoba membatalkan undanganmu untuk datang ke Manhattan," sahutku. Sementara itu, aku sudah betul-betul bangun dan siap merasa kecewa sekaligus marah.

"Tadinya aku ingin usul aku yang pergi ke Oldham untuk menjemputmu, setelah itu kita akan mencari tempat yang asyik untuk makan."

"Itu beda," sambutku senang. "Ada satu tempat yang asyik, letaknya hanya lima belas menit dari tempat penginapan ini."

"Nah, begitu dong. Coba beri aku arahan."

Aku memberi petunjuk arah, kemudian ia memujiku. "So Eun, kau termasuk di antara sedikit cewek yang kukenal yang dapat memberikan arahan dengan baik. Apa aku yang mengajarimu? Tak usah kaujawab. Aku bisa sampai di sana sekitar pukul tujuh."

Klik.

Aku memesan sarapan untuk diantar ke kamar, mandi, mencuci rambutku, kemudian menelepon salon perawatan kuku yang dekat, membuat janji untuk pukul empat. Beberapa kukuku patah saat aku jatuh di pelataran parkir itu, dan aku ingin memperbaikinya.

Aku bahkan menyempatkan diri mengamati koleksi busanaku yang ala kadarnya, dan memutusakan mengenakan celana bernuansa cokelat daun dengan kerah berbulu lembut dan manset. Setelan itu kubeli secara impulsif pada akhir musimnya tahun lalu, dengan diskon setengah harga, dan belum kupakai sama sekali.

Memperagakannya di depan Kim Bum sepertinya boleh juga.

Terus terang, menyenangkan rasanya ada sesuatu untuk diantisipasi menjelang penghujung hari. Aku tahu tidak akan mudah bagiku melewatkan sore itu dengan menulis kisah Sang Ho mengenai perampokan tersebut, serta menghubungkan denah yang berpeluang menjadi barang bukti dengan pemakaian nama Tae Oh oleh Yoo Ah In di masa sekolahnya dulu.

Maksudku adalah, tidak mudah secara emosional, sebab andai Yoo Ah In dihukum ketika itu atas tindak kejahatannya, Min Young tidak akan pernah bertemu dengannya.

Ah In akan mendekam di penjara. Min Young akan tumbuh dewasa, masuk perguruan tinggi, dan seperti Jessica, mungkin menikah dan mempunyai beberapa anak. Mom dan Daddy mungkin masih akan tinggal di rumah pertanian yang bagus itu. Daddy juga akan menyukai tempat itu seperti ibuku, dan tentu saja menjelang saat ini mengakui keputusan untuk membelinya benar-benar tepat.

Aku seharusnya tumbuh dalam keluarga bahagia dan pergi kuliah. Pilihanku untuk mendalami dunia jurnalistik memang tidak ada hubungannya dengan kematian Min Young, karena itu mungkin aku toh akan menekuni bidang yang sama. Menapaki karier merupakan sesuatu yang amat menarik. Mungkin aku tidak akan menikah. Kurasa sejak awal aku lebih mengutamakan karier daripada komitmen.

Andai Ah In mendapatkan ganjarannya ketika itu, aku tidak akan menjalani kehidupanku dengan terus meratapi kakakku dan merindukan apa yang telah direnggut dariku.

Kini, bahkan andai aku berhasil meyakinkan nenek Ah In dan seluruh isi dunia ini mengenai kesalahannya, ia toh masih akan bebas. Batas masa berlakunya hukuman untuk tindak kejahatan itu sudah berlalu.

Dan bahkan andai neneknya mengubah surat wasiatnya, ayahnya masih punya banyak uang, setidaknya jauh melebihi standar normal, sehingga Ah In masih akan hidup dalam kecukupan.

Biarpun Lee Kwang Soo pembohong yang menjijikkan, dalam sidang ulang kisahnya berpeluang memancing keraguan para juri dalam memutuskan status bersalah Ah In.

Setelah itu catatannya akan dibersihkan.

Aku menghajar Cha sampai mati, dan rasanya bukan main.

Hanya ada satu cara untuk mengembalikan Yoo Ah In ke belakang terali besi, yaitu dengan mencari informasi tentang Cha, yang nyawanya dicabut oleh Ah In. Untungnya, tidak ada batas masa berlakunya untuk suatu tindak pembunuhan.

¤¤¤♡♡☆♡♡¤¤¤

Menjelang pukul setengah empat, aku sudah siap mentransfer semuanya ke situsku: cerita Jeong Seung Won yang pernah disergap oleh Yoo Ah In di sekolah menengah; kenekatan Ah In menggunakan nama "Tae Oh" karena peran yang dimainkannya di panggung; peran Ah In dalam merencanakan upaya pembunuhan atas diri neneknya.

Aku menulis bahwa Jang Hyun Sung, Esq., yang ketika itu ditunjuk oleh sidang sebagai pembela, menghancurkan denah orisinil yang mengaitkan Ah In dengan tindak kejahatan itu. Aku mengakhiri tulisanku dengan menampilkan denah dan poster pertunjukan itu berdampingan. Di layar, kemiripan kedua tanda tangan yang berbunyi "Tae Oh" itu benar-benar menakjubkan.

Aku mengecup jari-jariku untuk menyalut liputanku, menekan beberapa tombol komputer, dan dalam sekejap semuanya terpampang di situsku.

18/04/21

Daddy's Little Girl ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang